Hilang di Malam Pertama

Mar Shahle
Chapter #5

5. Aku Datang!

“Apa itu tadi?” desis Yuni dalam hatinya, coba mencari jawaban atas kejadian aneh di kamar mandi. Dengan hati yang waspada, Yuni memeriksa setiap sudut ruangan, mencoba merasakan kehadiran apa yang tadi membuatnya merasa tak sendirian.

Tak ada tanda-tanda keberadaan orang lain di kamar mandi, tetapi tubuhnya masih terasa ada yang menyentuh. Sebuah sensasi yang sulit dijelaskan, membuat bulu-bulu halus di tubuh Yini meremang. Yuni berpikir keras, “Mungkin hanya perasaanku saja, atau kah ada sesuatu yang tidak terlihat oleh mata?”

Dengan keberanian, Yuni memutuskan untuk melanjutkan mandinya meski hatinya masih terasa berdebar. Air yang mengalir menemani langkah-langkah Yuni, dan matanya tak henti-hentinya memperhatikan sekeliling ruangan yang terbuat dari dinding papan. Suara gemericik air menjadi latar belakang ketegangan yang masih membayangi pikirannya.

Sementara itu, Yuni mencoba mencari pemahaman dari kejadian tersebut. “Mungkin ini hanya imajinasi berlebihan atau mungkin ada sesuatu di luar kendali manusia yang sedang berlangsung,” batin Yuni sambil terus melanjutkan aktivitas mandinya agar cepat selesai.

Bulu-bulu halus di tubuhnya masih meremang, memberikan perasaan tak nyaman yang sulit dihilangkan. Yuni memutuskan untuk segera menyelesaikan mandinya dan keluar dari kamar mandi. Pintu kamar mandi terbuka, dan Yuni meninggalkan ruangan tersebut dengan langkah cepat.

Wajah Yuni yang tampak ketakutan tak luput dari perhatian bu Laras. Dengan rasa ingin tahu, wanita itu pun bertanya, “Kamu kenapa, Yun? Kok wajah kamu kayak orang ketakutan gitu?”

Yuni mencoba menyembunyikan ketakutan dari ibunya dan menjawab, “Nggak apa-apa kok, Bu. Oh ya, bu. Sepertinya perkataan ibu benar. Jangan mandi ketika maghrib.”

Bu Laras mengangguk mendengar perkataan Yuni, “Ya, dari dulu-kan memang nggak boleh,” seraya memperhatikan Yuni yang masuk ke dalam kamarnya.

“Kenapa sih anak itu?” batin bu Laras.

***

Di balik keramaian pasar yang telah meredup karena matahari telah tenggelam, Jaka dengan hati lega menutup tokonya. Wajahnya masih mencerminkan rasa lelah setelah mengantarkan pesanan kepada pembeli yang baru saja memberitahu akan mengadakan hajatan. Menarik gembok pintu kiosnya, Jaka melangkah keluar dan merasakan udara senja yang mulai menyelimuti pasar.

Sementara itu, ibunya yang bernama Tati, sudah pulang lebih awal karena merasa tidak enak badan. Jaka merasa sedikit lelah karena harus menyelesaikan pekerjaan di toko tanpa bantuan ibunya.

“Huft! Akhirnya selesai juga,” ucap Jaka lega.

Lihat selengkapnya