Susan berjingkrak-jingkrak saat keluar dari kelas, waktu istirahat. Dia senang sekali karena sebentar lagi libur musim panas.
Bruk! Susan jatuh. Matanya langsung melihat ke depan. Di sana ada kakaknya, Jack, yang susah payah untuk bangkit.
“Susan, apakah kalau berjalan harus berjingkrak-jingkrak seperti itu? Tidak ada cara lain? Kamu ini benar-benar selalu mencari masalah!” tukas Jack yang sudah bisa bangkit.
“Ah, Jack, aku sudah punya cara baru selain berjingkrak-jingkrak. Apakah menurutmu ini bagus?” tanya Susan bandel sambil berlari kencang.
Jack mengejar adiknya untuk menasihati. Jack menarik lengan Susan dengan napas terengahengah.
“Cukup tingkahmu! Kamu betul-betul terlalu aktif! Kepala Sekolah sering memarahiku karena tingkahmu. Katanya, kemarin kamu telah menjatuhkan gucinya yang paling bagus. Kamu ini bandel sekali! Kepala Sekolah menyuruhku agar menggantinya. Kamu tahu?” nasihat Jack panjang lebar.
Tiba-tiba Jack tertegun. Susan tidak ada lagi di depannya.
“Jadi, selama ini aku bicara sendiri. Lihat saja, kalau aku bertemu denganmu, pasti aku akan mengikatmu dan bicara panjang lebar,” keluh Jack.
Susan yang ternyata bersembunyi, nyengir mendengar kata-kata Jack. Aku akan mempermainkannya. Aku akan muncul di depan matanya berulang kali dan setelah itu berlari. Aku, kan, pelari hebat! pikir Susan nyengir sendiri.
Pukul dua belas lewat dua puluh lima menit, Susan menyambar tasnya dan berlari keluar dari sekolah.
“Akhirnya, sampai juga di rumah,” kata Susan dengan napas terengah-engah.
Susan terkejut. Nyaris saja dia roboh ke tanah. Di depannya tiba-tiba ada ... Jack!
“Ah, Susan. Ayo, masuk ke rumah!” ajak Jack.
“Aku tidak mau!” tukas Susan yang sudah bisa menenangkan diri.
“Harus!” Tiba-tiba nada Jack berubah menjadi galak sekali. “Aku akan melaporkan tingkahmu kepada Mama, kalau kamu telah menjatuhkan guci!” Jack menarik lengan Susan kuat.