Tepat di umur ke sembilan belas tahun, Decha Amelous resmi mengklaim dirinya sudah tidak waras lagi. Gadis itu sendiri yang menyuarakan argumen konyolnya di pesta ulang tahun yang ke 19-nya, dihadapan semua orang yang menghadiri acara ulangtahunnya.
Katanya, "setiap orang akan mengalami hal terkocak dalam siklus hidupnya. Dan saat ini, aku sedang berada di siklus itu! Menjadi gila dan tak terhentikan. Mencoba menghentikanku? Konsekuensi terkecil adalah ikut menjadi gila."
Gelak tawa dari semua orang memenuhi ruangan. Mereka menganggap Decha sedang stand up comedy. Di dunia modern sekarang, hal-hal aneh akan selalu terjadi, seperti yang dilakukan Decha. Alih-alih percaya dengan omongan gadis itu, semua orang justru tertawa mendengarkan argumen halu-nya yang terlampau halu.
Padahal Decha bersungguh-sungguh dengan ucapannya yang satu ini. Tak mau ambil pusing, Decha hanya akan melakukan apapun yang membuatnya bahagia, toh ini hidupnya. Dia bebas untuk banyak hal dalam hidupnya. Mereka yang menghalangi jalannya, akan ia hempaskan sebisa mungkin.
"Decha, lo tuh ada-ada aja," ujar Mou disela tawanya. Moshela Urion merupakan sahabat Decha. Mereka telah bersahabat cukup lama.
"Gue serius," balas Decha memasang tampang sangarnya.
Tawa Mou seketika mereda. "Lo kok serem kalau serius sih," gerutu Mou menepuk bahu Decha.
"Gue beneran ih, gue udah gak tahan hidup normal kek orang-orang seumuran kita. Kehidupan asmara, pendidikan, keluarga, bagi gue ... itu bikin ribet dan menunda gue merasakan bahagia dengan diri gue sendiri," jelas Decha yang membuat Mou menatap sahabatnya dengan aneh.
"Lo sakit?" Mou meraba dahi Decha.
"Nggak ih, kenapa sih semua orang gak percaya." Decha berdecak kesal. Semua orang hanya menanggap ucapannya itu sebagai lelucon. Begitupula dengan kedua orang tua-nya bahkan sahabatnya sendiri menganggapnya tidak waras.
"Cha, mending lo nikmati pesta lo deh. Tuh gak liat si Demon liatin lo terus. Dia keknya naksir lu. Kalau dilihat-lihat dia ganteng, cocok sama lo yang cantik pas-pasan. Wkwk," celetuk Mou tertawa di akhir kalimatnya. Decha tersenyum sinis, "gue gak demen sama dia," ketusnya kesal.
"Yaelah, embat aja kali, Cha! Lo kan ahlinya nge-goda cowok," balas Mou gregetan.
"Gue kan udah bilang, gue bakal ngelepasin semua hal tentang diri gue yang terdahulu." Decha tersenyum tipis ke arah Mou.
Mou memutar bola mata, "lo itu ngeselin banget deh," timpalnya.
"Ya emang." Decha menjawab sekenanya.
"Cha, mana jiwa fakgirl lo sih?" Mou menggeram.
"Mou, Decha udah bilang mau berhenti jadi fakgirl. Kok Mou suka maksa sih!" Decha balik membalas ucapan Mou.
"Decha, gue kan gak suka kalau lo tiba-tiba berubah kek gini. Lo kayak orang asing bagi gue." Mou mengepalkan tangannya.