HIMMEL [DIPERTEMUAN KEDUA]

halsa
Chapter #31

Harapan

"Vina Widya Wirawan. Kasian sih dia dijadiin pacar karena alasan menyelamatkan dari pembullyan." Mentari cukup lama mengamati wajahnya dalam pantulan cermin. Lantas ia beranjak pergi, menyambar tas ransel di tepi ranjang dan bergegas pergi ke luar kamar. Ya, dimulai pagi ini Mentari akan sungguh-sungguh untuk menghindari Rean tapi dengan hati yang berharap agar Rean memberikan feedback atas rasa sukanya.

Katakan bahwa mengubur perasaan tidak semudah untuk mencintai. Begitulah Mentari dengan perasaannya yang entah mengapa harus menetap di sana.

Antara ucapan Gion yang mengatakan Rean pacaran hanya trauma, perlakuan Rean yang seolah menjadikannya sebagai seseorang yang spesial, dan betapa menyakitkan jikalau faktanya Rean sudah merasakan benih-benih cinta pada Vina, itu semua hadir memenuhi pikiran Mentari di pagi buta ini. Di sepanjang perjalanan pun Mentari menerka-nerka apakah Rean mencintainya atau tidak.

"Enggak, gue harus belajar melupakannya." Ucapan Mentari membuat supir taksi yang Mentari tumpangi itu terkekeh. Tanpa sadar Mentari berucap demikian di keheningan taksi yang tengah berhenti di lampu merah.

Bahkan sekarang Mentari mengingat kejadian di malam tadi yang mana Mentari terjaga setengah malam hanya memikirkan apakah Rean pun memiliki perasaan yang sama sepertinya? Jika iya maka Mentari akan menunggu Rean menyelesaikan masalahnya tanpa harus menyakiti siapa pun.

Bayangan Rean yang berkelebat di pikirannya mulai tampak nyata berdiri di hadapannya setelah menuruni taksi. Rean dengan kedua tangannya yang dimasukkan ke dalam saku celananya menatap Mentari penuh pertanyaan.

"Kenapa gak bareng gue?" Rean membenarkan tas yang tersampir di satu bahunya. "Kita masih satu tujuan, 'kan?"

Mentari terdiam sesaat sebelum menyadari bahwa itu bukan fatamorgana melainkan Rean. Dia benar-benar laki-laki yang memenuhi pikirannya.

"Mentari."

"Why?" sahut Mentari spontan.

"Lo kenapa sih, aneh!"

"Gue aneh!?" Entah mengapa Mentari harus merasa emosi. "Lo yang aneh!" Lantas ia melenggang pergi begitu saja mulai memasuki gapura yang berdiri kokoh tempat di mana keluar-masuknya ke sekolah yang menjadi tempat pertamanya bertemu lagi dengan Rean.

Lihat selengkapnya