HINGGA KAU DATANG

Shalikhatin Pawestri
Chapter #3

CERITA #1. . . . . . .Dia Di sana. . . ..

Kantor Beauty Time.

Rania sedang sibuk membahas materi dengan tim sosial media, beberapa hal yang perlu dirubah dan dijadwalkan ulang. Tak berapa lama kemudian, pintu ruang tim konten terbuka. Seorang pria memunculkan separuh badannya. “Ran, ayo meeting. Orang dari Fly.co sudah datang,” ucapnya memotong aktivitas Rania.

“Oke pak.” Jawab Rania cepat.

Ia mengambil laptop yang diletakkan meja. Sebelum meninggalkan ruangan ia sempat memberikan sedikit arahan lagi pada timnya. Rania kemudian mengikuti Aksan—atasannya bagian bisnis strategi menuju ruang meeting.

Sesampainya diruang meeting, Rania dibuat terkejut. Laki-laki berkaca mata, tinggi dan perawakan kurus itu…. ada di sana. Orang yang membuat akhir pekannya kacau. Rania buru-buru mengatur mimik mukannya, mereka sempat saling pandang.

 Walaupun mencoba melupakan, nyatanya orang itu ternyata cukup membekas di kepalanya. Aksan saling memperkenalkan satu per satu. Kini Rania tahu, dia adalah Andikta, atau dipanggil Dika, bos dari Fly.co—perusahaan yang akan bekerja sama dengan kantornya untuk urusan kreatif advertising.

Aksan juga mengenalkan Rania, sebagai bagian leader dari konten kreator sekaligus senior copywriter. Presentasi kerja sama pun dimulai, tapi sayangnya, kesan buruk sebelumnya membuat Rania kesulitan menerima kehadiran Dikta secara profesional. Apalagi, selama presentasi, Dikta tampak menyentil tim konten dengan saran bahwa perlu ada upgrade untuk menyesuaikan flow dari Fly.co

 Rania bukan tipe yang anti kritik tetapi dirinya terlanjur kesal. Dan kritik dari Dikta terdengar seperti sindiran yang menggangu. Aksan terlihat puas dengan presentasi Dikta, kerja sama pun akan berlanjut untuk peluncuran produk serta peningkatan situs perusahaan.

 “Oke, kedepannya saya harap nanti Fly.co bisa saling bersinergi sama tim konten kita ya, Ran. Buat kelancaran project baru kita,” ujar Aksan, menutup rapat. “Selanjutnya nanti tim legal kami akan mengurus kontrak kerja samanya.”

Mereka semua meninggalkan ruang meeting menyisakan Rania sendirian. Ia menarik napas dalam-dalam lalu dihembuskan. Rania seperti sedang mencoba mengembalikan mood kerjanya mengingat ini baru setengah hari.

Setelah dirasa cukup tenang, Rania juga meninggalkan ruang meeting. Ia baru meletakkan laptopnya di meja saat teman kerja di depannya menyampaikan pesan dari resepsionis.

“Ran, katanya ada yang nyariin lo di bawah,”

“Siapa?”

“Gak tahu, kata resepsionis sih temen lo.”

Rania mengkerutkan kening, ia merasa tidak punya janji dengan siapa pun. Setengah bingung Rania pun meninggalkan tempatnya turun ke lobi. Dan rupanya, orang itu adalah Dikta yang sedang duduk santai di sofa.

Enggan Rania mendekat, namun Dikta sudah melihat Rania duluan dan langsung berdiri. Rania mendekatinya dengan setengah hati.

Lihat selengkapnya