Blurb
Semua orang terlalu ricuh dengan pasak kunci bangsa yang tidak pernah jelas, pasak kunci yang diricuhi pun terus menanggapi aspirasi rakyat yang tak pernah sesuai. Terus berlanjut tak kunjung usai. Sampai pitam. Mustahil kepuasan asal dilahap, keluar lagi, akan lapar lagi nanti.
Nyatanya, tidak tampak kan mereka apa yang terjadi di wilayah yang terletak antara 2°08' Lintang Utara - 3°05' Lintang Selatan serta 108°0' Bujur Timur dan 114°10' Bujur Timur ini? Rusuh. Tangan - tangan tak memiliki pasangan, kaki - kaki tak lagi untuk menopang, kepala manusia berserakan, bahkan kerikil jalanan tergantikan oleh netra - netra dengan warna iris yang beragam.
"Hei, Madura!" hanya dua kata bak mantra terlontar, habis tubuh ditempat.
Tanpa ada yang tahu, sebuah keluarga percikan darah Madura sibuk bermigrasi kesana kemari memproteksi diri dari endusan tajam si kejam Dayak. Kikisan mental Lingga sang kepala keluarga jelas tak patut dipertanyakan. Tandas. Permaisuri dan kelima ekornya pun hanya bisa berlagak sesuai namanya, mengekor.
Kini dibalik tirai ricuhnya atmosfer 98, dibeberapa titik pijak Pulau Kalimantan bagian barat, sebuah keluarga dengan egonya masing - masing berjuang mencari oase demi keleluasaan hidup yang damai.