“Yan, Lo dipanggil Bu Ela di admin sektor.”
Lian yang tengah mengecek suhu di mesin pertama langsung melihat ke arah Rika yang kini tengah membagikan running untuk di isi. Masih pagi, apa yang mau Bu Ela lakukan kepadanya lagi, pikir Lian menerawang.
“Dia enggak akan gigit kali ini, ke sana saja mood nya lagi bagus ku rasa.” ucap Rika seolah bisa membaca pikiran Lian, dan pada kenyataannya Rika memang ‘orang pintar’ maka bukan hal aneh menurut Lian jika Rika – seniornya itu – bisa membaca pikirannya kali ini.
Dengan santai Lian berjalan ke arah luar produksi, melewati Baul dan Yudi yang masih berusaha membereskan mesinnya yang dibantu dengan para maintance yang sejak kemarin mengoperasi mesinnya yang malang.
Setelah sampai di admin sektor, kini Lian berhadapan dengan Bu Ela, atasannya yang memiliki proporsi tubuh sebelas dua belas degannya. Kecil mungil, berwajah dingin, dan bermulut pedas. Yang membedakannya hanya satu, Bu Ela adalah Formen yang memberikan perintah di tempatnya, sedangkan Lian hannyalah buruh kecil yang mendapatkan perintah. Seperti sekarang ini Lian diperintahkan untuk mengurus Line di sektor 7. Operator di Line sektor 7 katanya tak mampu menangani produksi pouch 125 gr Malaysia yang berskala besar kali ini.
“Mesin kamu di WO kan. Sekarang pergi urus yang di sektor 7 targetnya 300 karton.” Perintahnya cepat.
Lian tak mengerti kenapa harus dirinya, tapi sudahlah mood nya hancur setelah melihat mesinnya beberapa hari ini terus di setting tanpa ada kabar-kabar akan benar dengan cepat. Lian hanya mengangguk dan langsung berbalik meninggalkan admin sektor dengan diam.
Sesampainya di sektor 7, dilihatnya Line jajahan dalam keadaan hancur. Terlihat para pengepak yang hanya diam berdiri tak melakukan apa pun, mesin cut ting terlihat terbuka tengah dalam penyentingan, Box-Box yang berisi book-book kue terjejer. Lian menghitungnya dan ada 10 Box.
Lian mengernyit, dilihatnya lagi BS-an kue di samping mesin cut ting sudah terlalu banyak. Jika di timbang mungkin sudah hampir setengah kuintal. Lian pikir hari ini dia tak akan bisa beristirahat.
***
“Cut ting biar di urus sama Bang Noval sama Operator cut tingnya, Bang Asep bisa tolong ke oven turun kan speed jadi 25 untuk Line 26 dan speed 30 untuk Line 29”
“Enggak akan terlalu pelan Yan, nanti kita dapat komplain.” Asep merasa ragu.
“Enggak Bang, nanti Lian yang akan bilang alasannya.” Asep mau tak mau mengangguk dan berlalu ke arah area oven.