[15:14] Tepi Lapangan Latihan, Kediaman Tetua Oza
Usai mendengar cerita Akasa, Vernon yang terlihat murung, kemudian meletakkan pedang pesanan yang dibawanya tadi, lalu duduk di dekat perapian. Ketika ia memandangi nyala api yang bergerak seperti hendak terbang ke atas, seketika terlintas kenangannya bersama Ratu Zafia dan Ratu Lusila, yang terjadi sekitar 120 tahun silam.
“Zafia! Aku menemukan tempat yang enak buat bersantai!” seru Lusila kecil dengan riang, menarik tangan sahabatnya.
“Wah, benarkah?” Zafia kecil mengikuti dengan antusias.
“Ya! Kemarilah!” Lusila membawanya melewati pepohonan rindang.
“Wah … indah sekali!” Zafia terkagum-kagum melihat kebun bunga yang luas dan berwarna-warni.
“Ya, kebun bunga ini indah sekali! Ini tempat yang cocok untuk makan siang,” kata Lusila sambil tersenyum.
“Ya, ayo kita makan!” Zafia setuju.
"Ya! Ayo!" Lusila mengangguk senang.
“Hmm? Apa yang kau bawa?” tanya Zafia melihat bungkusan di tangan Lusila.
“Ini adalah kue beras yang kering dan sedikit manis. Aku mengolesi sedikit madu di atasnya,” jawab Lusila sambil memperlihatkannya.
“Wah, kelihatannya lezat! Bentuknya juga indah, seperti bunga mawar,” puji Zafia.
“Ya, aku suka sekali bunga mawar. Karena ia indah dan juga harum!” kata Lusila dengan mata berbinar.
“Hehe, itu sangat cocok denganmu! Maksudku, warna rambutmu. Bukankah itu juga terlihat seperti bunga mawar?” Zafia terkekeh.
“Hehe, ya, kau benar!” Lusila tersipu malu.
“Oh iya, ngomong-ngomong, apa yang kau bawa?” tanya Lusila balik.
“Ah, ini adalah nasi kepal isi ayam yang dibungkus daun pisang. Lalu …” Zafia membuka bungkusan lainnya.
“Hmm?” Lusila menatap penasaran.
“Taraa … ini adalah teh melati yang ditambahkan nektar bunga,” Zafia memperlihatkan botol kecil berisi cairan berwarna kecokelatan.
“Wah, baunya harum!” Lusila menghirup aromanya dengan senang.
“Hehe, ya, bukankah ini kombinasi yang bagus?” tanya Zafia sambil tersenyum.