Sunyi. Satu kata yang menggambarkan keheningan dari sebuah danau yang ada di pedalaman hutan tepi barat Benua Arsyanendra. Orang-orang menyebutnya "Danau Mauna". Permukaannya tenang, namun selalu diselimuti kabut tipis, menyimpan keheningan yang tak wajar, menjadikannya selalu terasa berbeda.
Bukan sekadar absennya suara, melainkan sebuah ketenangan yang menyimpan potensi bahaya, seperti harimau yang mengintai di balik rimbunnya dedaunan.
Permukaan airnya yang gelap memantulkan pepohonan purba di sekelilingnya bagaikan cermin yang rusak. Sedangkan kabut tipis tak pernah benar-benar pergi, melayang rendah seperti arwah penasaran. Bahkan kicauan burung seolah enggan memecah keheningan abadi danau ini.
Para pemburu dari desa-desa sekitar sesekali menghindarinya, bahkan para pemburu tua pun senantiasa memperingatkan mereka yang lebih muda untuk menjauhinya.
Bukan hanya karena cerita-cerita menakutkan, melainkan karena aura dingin dan sunyi yang menusuk tulang. Burung-burung yang biasanya ramai di hutan barat, bahkam tampak sengaja menghindar dari kawasan danau.
Meski begitu, ikan yang berlimpah di danau itu, membuat para penduduk sekitar tak begitu mempedulikan rumor-rumor tersebut, dan memilih untuk tetap melanjutkan rutinitas kehidupan mereka seperti biasa.
[20:32] Pedalaman Hutan Tepi Barat Arsyanendra
Pada suatu ketika, di balik permukaan airnya yang tenang nan sunyi, tanpa disadari oleh siapa pun, sebuah anomali misterius tiba-tiba muncul dari dasar danau itu, hingga perlahan mulai menimbulkan keresahan dan menciptakan rumor baru dengan cepat.
Hal ini pertama kali disadari oleh seorang Tetua Rimba yang menghuni kawasan di suatu pedalaman hutan bagian barat Benua Arsyanendra. Hewan buruan yang biasanya mudah ditemukan, tiba-tiba lenyap tanpa jejak di radius tertentu dari Danau Mauna.
Melalui kepekaan batin Tetua Rimba yang sudah terasah oleh puluhan tahun hidup berdampingan dengan hutan, ia merasakan ada getaran aneh yang mulai berdenyut dari kedalaman danau, seolah ada sesuatu yang telah bangun.
"Ada yang tidak beres dengan danau itu," ujarnya pada suatu malam di depan perapian yang agak jauh dari danau. Tepatnya di sebuah gubug kayu di atas bukit yang ada di sekitar Danau Mauna.
"Entah kenapa, keheningannya ... terasa seperti menunggu. Seolah ada kejahatan kuno yang sedang sedang tertidur, dan akan segera bangun dalam waktu dekat." Imbuhnya dengan raut wajah yang serius dan penuh waspada. Mungkin, inilah yang disebut firasat. Sebuah firasat yang ia harapkan agar tidak pernah terjadi. Walaupun lambat laun akan menjadi mimpi buruk bagi semua orang di kemudian hari nanti.