[19:34] Situs Gunung Padang
Hari-hari berlalu di Situs Gunung Padang. Akasa dengan tekun mempelajari setiap batuan, mencoba menghubungkannya dengan ingatan-ingatannya sewaktu tersesat di dunia lain.
Catatan Pak Tikta yang berisi berbagai teori dan analisis situs juga ia pelajari dengan seksama. Namun, teka-teki tentang hubungan antara kedua tempat itu masih belum terpecahkan. Energi aneh yang dirasakan Akasa menjadi satu-satunya petunjuk samar.
Pada suatu sore, setelah seharian melakukan pengamatan tanpa hasil yang signifikan, Akasa merasa kelelahan. Ia memutuskan untuk beristirahat di bawah pohon purba yang rindang, tidak jauh dari area utama situs. Angin sepoi-sepoi dan suara alam perlahan membuatnya terlelap.
Dalam tidurnya, Akasa kembali menjelajahi Benua Arsyanendra. Kali ini, ia tidak melihat kejayaan Kerajaan Ardana, namun adegan kehancuran pada daratan yang menjadi medan perang besar sekitar ratusan atau bahkan ribuan tahun lalu.
Akasa menyaksikannya dalam keadaan melayang dari atas langit, mengamati dengan seksama pemandangan yang dipenuhi oleh lautan api dan darah di bawahnya. Dentuman suara besi maupun sesuatu yang menggelegar seperti ledakan, mengiringi suasana di tempat itu sebagai latar belakang musik alami yang mencekam.
Sejujurnya, ia merasa ada yang janggal, bingung atas apa yang sebenarnya terjadi. Namun entah karena diliputi oleh kepanikan, atau memang ada hal lain yang mengganggu daya psikomotoriknya, pada akhirnya Akasa hanya bisa terdiam, menatap betapa kisruhnya adegan perang antara bangsa yang terlihat seperti manusia yang berpakaian ala prajurit suatu kerajaan.
Ada yang membawa bendera dan tombak sambil menunggangi kuda yang dipakaikan sesuatu seperti armor, hingga yang berlarian cepat sambil mengayun-ayunkan pedang atau kapak.
Sementara di bagian belakang, ada barisan para pemanah dan sekumpulan orang-orang berjubah putih misterius yang mampu mengeluarkan berbagai macam sihir. Mereka bertempur melawan sesuatu yang bergerombol dalam jumlah besar, berwarna hitam, bersayap seperti kelelawar, dan bermata merah, seperti iblis.
Akasa yang sedari tadi menyaksikan semua adegan itu sambil melayang di atas langit, perlahan kini mulai merasakan ada yang aneh pada tubuhnya, seperti ada semacam tali yang menekan.
Namun ketika dilihat, tidak ada apa pun di sana. Akasa pun panik. Lalu, ketika ia sedang berusaha untuk melepaskan diri dari ikatan tersebut, tiba-tiba semuanya menjadi gelap. Mendatangkan kecemasan dan sedikit rasa pusing secara perlahan.
Saat Akasa coba membuka mata, barulah ia menyadari ada sesuatu yang tidak beres. Dunia serasa berbalik, rambutnya terjuntai ke atas, menampilkan tali kehijauan yang mengikat erat tubuhnya yang tergantung terbalik pada sebuah pohon yang asing. Sementara di hadapannya, berdiri sosok berjubah putih yang misterius, seolah sudah lama menunggunya sadar.
“Ugh ….” Erang Akasa yang baru saja siuman.
“Oh … akhirnya kau bangun!” ucap sesosok pria berjubah putih yang terlihat terbalik di mata Akasa.
“Hmm?” Akasa mengerjap-ngerjapkan matanya, mencoba fokus.
“Jadi, siapa kau? Darimana kau datang? Kenapa pakaianmu aneh sekali?” tanya kembali sosok misterius berjubah putih itu dengan penuh antusias karena penasaran.
Sosok misterius itu menatap Akasa dengan saksama. Wajahnya bersih, tanpa janggut maupun kumis, mengingatkan pada ketampanan seorang aktor terkenal dengan tatapan mata yang tajam dan penuh kebijaksanaan.
Rambutnya panjang sebahu, berwarna kelabu yang elegan dengan sedikit gelombang alami, sedang pakaiannya yang terbuat dari kulit yang dihitamkan, sekilas memunculkan kesan seperti sosok seorang pemburu monster legendaris.
Jubah putihnya yang bersih terlihat sederhana namun tampak mewah, dihiasi motif keemasan yang berkilauan, menambah aura misterius dan berwibawa layaknya figur penting dari suatu kerajaan.
Akasa pun hanya bisa tertegun dalam diam menatap sosok itu, meski dalam kondisinya yang masih agak linglung karena baru saja bangun, ditambah lagi dalam posisi terbalik, menyebabkan proses berpikirnya jadi agak terhambat dalam mencerna informasi, hingga mulai membuat sosok misterius berjubah putih itu pun mulai kehilangan kesabaran.