Historia - The Lost Continent

Hazsef
Chapter #5

Lembar Misteri

[14:35] Museum Budaya Kota Bain

Usai menjemput Akasa di kampusnya, Pak Tikta pun segera memacu mobilnya menuju ke museum. Perjalanan itu memakan waktu hampir 1 jam lamanya, karena kondisi lalu lintas yang lumayan padat. Meski begitu, tentu tak akan mampu memadamkan niat dan semangat mereka untuk membahas sesuatu yang penting.

Kemudian, setibanya di tempat tujuan, Pak Tikta pun langsung mengantar dan mempersilakan Akasa masuk ke museum. Akasa mengamati sekeliling dengan rasa ingin tahu bercampur canggung, namun tetap mengikuti langkah Pak Tikta melewati jalur utama hingga menuju ke aula seni dan budaya, yakni tempat di mana artefak peninggalan Kerajaan Ardana berada.

"Tidak asing dengan benda-benda berikut?" tanya Pak Tikta sambil melirik ke arah salah satu koleksi artefak-artefak kuno. Lalu, mata Akasa pun turut bergerak dan mengamatinya dalam diam.

"Ini … adalah salah satu dari sekian banyak artefak yang memiliki nilai seni dan sejarah yang tinggi, namun masih diselimuti oleh misteri. Bahkan, meski sudah melibatkan hingga ratusan peneliti dan para ahli sejarah, kami tetap masih harus bersusah payah selama bertahun-tahun hanya untuk menguliti sedikit informasi dari teka-teki yang terkandung di dalamnya. Sampai pada suatu ketika-" lanjut Pak Tikta menjelaskan dengan nada serius, namun tiba-tiba terhenti karena ada yang menyelanya.

"Datanglah seorang bocah yang entah dari mana, tiba-tiba muncul dan menuliskan satu dua kata, namun isinya mampu melampaui seluruh hasil jerih payah atas riset dari ratusan tenaga ahli." Celetuk Pak Alan yang tiba-tiba muncul di samping Pak Tikta dengan senyum tipis dan tatapan menyelidik pada Akasa, namun masih terkesan ramah.

"Singkat saja, Nak!" Pak Tikta kembali mengambil alih pembicaraan.

"Bagaimana dan dari mana kau tahu kalau artefak-artefak ini adalah peninggalan dari Kerajaan Ardana? Yang bahkan nama itu pun tidak disebutkan dalam sumber literasi maupun prasasti mana pun yang kami temukan. Apa ada hal yang kami lewatkan?" tanya Pak Tikta penasaran.

"Tidak ada. Semua yang Bapak lakukan sudah bagus. Hanya saja ...." Jawab Akasa menarik napas dalam-dalam, lalu menatap kedua pria yang berdiri di hadapannya dengan penuh keyakinan seraya berkata, "saya kebetulan mengetahui tentang kerajaan itu lebih baik dari siapa pun yang hidup pada masa ini."

Mendengar hal ini, Pak Tikta pun mengangkat alisnya tak percaya, sementara Pak Alan menyimak dengan tatapan intens.

"Apa maksudmu? Apakah kau ingin bilang bahwa kau memiliki leluhur dari kerajaan itu?" tanya Pak Tikta curiga.

"Ya, bisa dikatakan demikian," jawab Akasa singkat.

"Jadi, apa kau memiliki gambaran, kira-kira seperti apa Kerajaan Ardana itu?" tanya Pak Alan dengan nada penuh harap.

Akasa memejamkan mata sejenak, seolah melihat kenangan pada masa lalu, kemudian mulai lanjut bercerita, "itu … adalah salah satu kerajaan besar di Benua Arsyanendra. Memiliki dinding putih yang menjulang tinggi hingga ratusan meter ke atas langit."

"Dinding setinggi itu? Bagaimana mungkin?" sela Pak Alan heran namun penuh antusias. Sementara Pak Tikta menggelengkan kepalanya pelan, merasa heran sekaligus takjub dengan skala yang digambarkan Akasa.

"Ya. Selain itu, tanahnya pun subur, dengan bukit-bukit dan sungai-sungai yang mengalir ke sepanjang penjuru kerajaan dengan aliran yang tidak terlalu deras. Airnya pun sangat jernih, hingga mampu memantulkan birunya langit dan dalamnya kolam yang dipenuhi oleh ikan-ikan yang beragam bentuknya. Sebagian besar penduduk menyambung hidupnya di pasar tradisional yang terletak di bagian paling luar kerajaan, namun masih di dalam dinding kerajaan." Sambung Akasa melanjutkan.

"T-tunggu sebentar! Jadi maksudmu, masih ada bagian lainnya?" tanya Pak Tikta tak sabar.

"Ya, secara umum, ada 4 bagian yang membatasi tatanan masyarakat. Pada tatanan pertama, tepatnya di bagian paling luar, ada banyak tempat hiburan dan pasar yang juga menjadi kawasan penduduk pada umumnya tinggal." Jawab Akasa meluruskan.

"Kemudian pada tatanan kedua, adalah kompleks tempat tinggal para bangsawan dan pemimpin-pemimpin wilayah tertentu. Pada umumnya rumah mereka cukup luas, lengkap dengan halaman berumput yang hijau dan segar. Pada tatanan ini pula, terdapat pemandian air panas yang populer untuk umum." Lanjut Akasa menjelaskan, sedang matanya menerawang.

Lihat selengkapnya