Historia - The Lost Continent

Hazsef
Chapter #16

Kompetisi Pertarungan

[04:45] Desa Sima Suci

Sunyi pagi masih menyelimuti Desa Sima Suci ketika Balin dan Iko, bersama lima petarung terkuat dari suku mereka, melangkah keluar dari gubuk masing-masing. Harapan dan doa seluruh desa, menggantung di bahu mereka. Sebuah beban sekaligus kehormatan tertinggi, yang akan membawa nama Sima Suci ke Kerajaan Ardana, sebagai tempat turnamen pertarungan akbar ke-182 itu digelar.

Setelah berpamitan pada keluarga masing-masing, perjalanan mereka pun akhirnya dimulai. Perjalanan itu memakan waktu sehari semalam. Medan terjal dan vegetasi hutan yang rapat, tak menjadi halangan berarti bagi para pemburu ulung ini. Bagi mereka, medan semacam ini sudah seperti taman bermain yang bagus untuk melatih otot dan mengobati rasa bosan, yang mana setiap akar dan batu adalah pijakan yang familier.

Mulai dari melewati sungai yang deras, melintasi lembah-lembah sunyi, hingga berpapasan dengan bayangan hewan buas dalam pekatnya kabut hutan yang mengaburkan pandangan, semua itu membantu mengasah dan mempertajam insting mereka.

Ketika malam tiba, mereka mulai mendirikan api unggun di bawah rimbunnya pohon, berbagi cerita dan tawa, menyantap hasil buruan, sebelum akhirnya merebahkan diri di bawah selimut bintang. Menyimpan asa dan semangat membara untuk menyambut fajar esok.


[06:25] Kerajaan Ardana

Keesokan harinya, saat mentari pertama menembus kabut pagi, rombongan Balin pun kembali melanjutkan perjalanan. Setelah mendaki dua bukit terakhir yang curam, panorama agung Kerajaan Ardana akhirnya terhampar di hadapan mereka.

"Balin, temanku! Setelah sekian lama, akhirnya ...." Iko berseru sambil tersenyum, meskipun napasnya sedikit tersengal.

"Ya, Iko. Akhirnya kita sampai di kerajaan ini," angguk Balin pelan, tatapannya menyapu bentangan kota di bawah mereka. Udara pagi yang sejuk bercampur dengan aroma bunga dan rempah, bahkan sudah bisa tercium dari kejauhan.

"Siapa sangka? Kerajaan ini ... ternyata jauh lebih baik dari yang kukira!" puji Iko tak henti-hentinya merasa takjub.

"Ya, kau benar!" angguk Balin, lalu menoleh ke rombongannya yang lain seraya berkata, "tapi, janganlah kalian berpuas diri! Ingatlah pesan para tetua, selalu bersikaplah rendah hati. Karena kita tak pernah tahu, seberapa luas langit yang membentang di depan mata kita. Kerajaan ini ... adalah bukti dari langit yang belum kita jelajahi," tegurnya dengan wajahnya serius.

"Baik, Balin!" sahut kelima petarung lainnya serentak, semangat membara di mata mereka.

"Bagus! Kalau begitu, mari!" ajak Balin, memimpin langkah menuju gerbang Kerajaan Ardana yang menjulang tinggi, seiring dengan harapan dan tantangan yang menanti mereka setelah ini.


[07:00] Koloseum Kerajaan Ardana

Hari yang dinanti akhirnya tiba. Para pendekar dari berbagai penjuru Benua Arsyanendra, masing-masing telah membulatkan tekadnya demi membuktikan kelayakan mereka sebagai petarung sejati, pada acara turnamen pertarungan akbar ke-182 yang digelar di Kerajaan Ardana.

Sementara itu, Balin dan rombongannya, akhirnya sampai di depan pintu gerbang Kerajaan Ardana. Begitu mereka melewati gerbang itu, langkah mereka tiba-tiba terhenti. Pemandangan rumah-rumah berarsitektur anggun nan harmonis dengan ladang berumput hijau yang luas dan sungai-sungai yang mengalir jernih, seketika melebarkan mata semua orang dengan perasaan takjub.

Lihat selengkapnya