Historia - The Lost Continent

Hazsef
Chapter #18

Seleksi Berburu

[11:45] Koloseum Kerajaan Ardana

Matahari siang telah membumbung tinggi, memancarkan terik di atas lapangan luas di luar koloseum, tempat lebih dari seribu petarung dari seluruh penjuru Arsyanendra berdiri tegap.

Wajah mereka masih memancarkan ketegangan dari tes penghancuran batu, namun sorot mata mereka penuh harap dan tekad untuk melanjutkan. Udara dipenuhi bisikan antusiasme dan bau tanah yang baru dibersihkan.

Selain Balin, rupanya ada banyak peserta yang menjanjikan, salah satunya adalah Hansa, seorang petarung veteran wanita dari Lembah Bina yang penuh ketenangan. Gaya berpedangnya yang elegan ditambah kelihaiannya dalam ilmu sihir, menjadikannya sebagai pengguna pedang sihir tak tertandingi di wilayah selatan hingga tenggara dari Benua Arsyanendra.

Di sisi lain, ada Tanvir dari perairan utara yang memakai tameng dan pedang pendek, Gavin dari Kerajaan Agra yang memakai tombak, Catur dari Suku Chaka yang memiliki pergerakan lincah, Arga dari suku Caiden yang memiliki tubuh bugar layaknya seorang binaragawan, dan petarung-petarung unik lainnya.

Ada ratusan petarung yang mampu memenuhi standar kualifikasi Kerajaan Ardana, namun di antara mereka semua, nama-nama itu adalah yang paling menonjol, dengan sorot utama yang tertuju pada sosok Balin dan seorang petarung bernama Wayan, yang mampu menghancurkan Batu Osmium berkeping-keping hanya dengan sekali ayunan tongkatnya.

Bahkan, tidak seperti Balin yang merobohkan batu besar itu dengan tenang dan elegan, Wayan yang memukul serampangan, seketika langsung menghancurkan Batu Osmium hingga kepingan-kepingannya sampai menghempas jauh ke mana-mana, hingga menabrak dan membuat banyak retakan pada pilar-pilar dinding-dinding arena ujian.

Jika Balin adalah orang yang membuat kedua penguasa kerajaan besar seperti Ratu Zafia dan Ratu Lusila sampai ribut, maka Wayan adalah orang yang mampu menghentikan pertikaian kecil di antara mereka.

"Wah, sepertinya kita tunda dulu main-mainnya! Ada hal lebih penting yang harus kita perhatikan. Jadi, Zafia ... berhentilah merajuk seperti anak-anak dan bersikaplah tenang layaknya seorang penguasa," tegur Ratu Lusila yang seketika bersikap tenang dan penuh wibawa seraya menatap penuh antusias ke arah gambar proyeksi di atas arena.

Mendengar hal ini, semua orang pun kembali terdiam dengan wajah datar, seraya membatin dalam hati, "serius dia bicara seperti itu?" gumam para pemimpin kerajaan lain sambil menatap penuh heran.

Sementara Ratu Zafia pun masih menggerutu "siapa yang menasihati siapa?" ujarnya tampak kesal. Namun sedetik kemudian, beliau pun menoleh ke arah gambar proyeksi dan berkata,"ya, tapi ada benarnya juga. Daripada berdebat denganmu, lebih baik aku kembali menjalankan tugasku dan memeriksa perkembangan para petarung menjanjikan itu!" angguknya pelan sambil tersenyum tipis.

Melihat reaksi itu, penguasa lain yang menyaksikannya, kembali kaget, "dia menerimanya begitu saja? Yang benar?" batin mereka kaget, mata mereka membulat sempurna, melihat bagaimana interaksi panas dan perubahan mood yang begitu tiba-tiba dari kedua ratu yang tampak impulsif tersebut.

Lihat selengkapnya