[12:00] Area Hutan Luar Kerajaan Ardana
Begitu aba-aba diberikan, ribuan petarung segera berhamburan keluar dari koloseum, mengalir deras menuju gerbang-gerbang kokoh yang memisahkan area kerajaan dengan dunia luar. Gerbang-gerbang itu, diapit oleh dinding batuan boron yang tinggi, berdiri megah sekitar lima kilometer dari koloseum, sebuah bukti nyata seberapa luas dan agungnya Kerajaan Ardana itu.
Begitu para peserta melintasi gerbang utama, sebuah hutan belantara yang membentang luas hingga ke gugusan pegunungan di penghujung cakrawala, langsung terhampar di hadapan mereka. Udara segar yang penuh aroma dedaunan basah dan tanah hutan, seketika menyambut perjalanan mereka, sangat kontras dengan bau kota yang baru saja mereka tinggalkan.
Langkah-langkah kaki para petarung itu bervariasi. Ada yang terdengar berat dan mantap, namun ada pula yang cepat dan gesit, menciptakan hiruk pikuk di antara pepohonan. Tak hanya di darat, sebagian petarung dengan kemampuan khusus langsung melonjak tinggi, mengepakkan sayap atau meluncur dengan sihir, melesat di udara menuju kedalaman hutan, menunjukkan keragaman luar biasa yang tidak terlihat di tes sebelumnya.
Masing-masing petarung, dengan strategi dan keahlian unik mereka tersendiri, mulai menyebar ke berbagai arah, lalu menghilang di balik rimbunnya pepohonan sekitar, atau dalam lautan awan yang tebal.
Hutan itu luas dan lebat, sebuah labirin hijau yang dipenuhi berbagai jenis makhluk, dari yang paling jinak hingga yang paling mematikan. Tak butuh waktu lama, suara pertarungan sengit, raungan hewan buas yang kesakitan, dan teriakan peringatan mulai terdengar samar dari dalam belantara, menunjukkan intensitas seleksi ini yang jauh lebih berbahaya dan tak terduga dari tes sebelumnya.
Sementara itu, elang-elang putih yang beterbangan dari atas langit, secara diam-diam menampilkan visual pada layar proyeksi besar yang dipancarkan oleh Batu Ardana di arena koloseum. Para penonton dapat menyaksikan cuplikan-cuplikan perburuan sengit yang menampilkan aksi-aksi memukau dari para petarung top.
[13:22] Suatu Danau, Pedalaman Hutan Luar Area Kerajaan Ardana
Hansa dari Lembah Bina, dengan rambut hitam panjangnya yang berkibar anggun, terlihat menari-nari di udara dan menapakkan kaki seringan bulu di dinding-dinding tebing yang mengelilingi sebuah danau besar.
Menggunakan pedang rapier dan tongkat sihir pendeknya, Hansa menghadapi Kraktus, monster air danau berwujud seperti gurita hitam raksasa, yang memiliki banyak gigi-gigi tajam di sisi mulutnya yang melingkar seperti pusaran berduri.
Monster ini juga gemar melontarkan tentakel-tentakelnya ke segala arah, hingga seketika mampu menyapu bersih pohon-pohon sekitar, atau bahkan batu-batu besar, dengan sekali hempasan tentakelnya. Namun untungnya, tak satupun dari serangan monster itu yang mampu mengenai Hansa.
Petarung cantik ini, menghindari setiap gelombang serangan yang datang dengan pergerakannya yang lincah dan elegan, hingga mulai terlihat seperti sedang menari-nari di antara air dan udara, menyebabkan serangan dari monster itu berangsur makin beringas dan liar, karena merasa kesal.
Pada suatu momen, Hansa lalu menghindar dan mengambil pijakan kuat pada salah satu dinding tebing, kemudian melesat maju dan memutar tubuhnya dengan kecepatan tinggi, bagaikan bor alami yang mampu menembus mulut hingga jantung monster Kraktus itu, sebelum akhirnya keluar dari bagian punggungnya.
Setelahnya, Hansa sedikit melakukan ski air di permukaan danau untuk mengurangi momentum kecepatannya, sebelum akhirnya berakhir berjalan santai di pinggir danau dan berhenti di sana.
Sedetik kemudian, tubuh Kraktus yang perkasa itu pun tumbang, menyebabkan sedikit gemuruh dan cipratan air yang kemudian memunculkan hujan kecil dengan pelangi indah di belakang sosok Hansa.
Selain itu, hembusan angin yang bertiup kuat, seketika menyingkap rambut hitamnya yang halus dan basah. Turut menambah 2 kesan kuat yang melekat pada Hansa, yakni "elegan" dan "kuat", menyebabkan gemuruh yang meriah dari koloseum yang jauh di Kerajaan Ardana sana.