Historia - The Lost Continent

Hazsef
Chapter #35

Tantangan Tersirat

[Duel ke-24] Labang vs Kodau

Antusiasme penonton bergemuruh, memenuhi koloseum yang terang benderang. Nama Labang pun diumumkan. Sosoknya tinggi kurus dengan gerakan gesit, mengenakan pakaian gelap yang menutupi sebagian besar tubuhnya. Di tangannya, ia memegang cambuk aneh yang terlihat memiliki banyak segmen kecil seperti kaki kelabang, siap menyambar. Lengan bawahnya terlindungi oleh bracer yang tampak biasa, namun menyembunyikan ancaman mematikan.

Kemudian, Kodau memasuki arena. Ia adalah seorang petarung berpostur besar namun terlihat lincah, kulitnya hijau kebiruan dengan mata kuning besar seperti katak. Gerakannya elastis dan tak terduga, melompat-lompat dengan mudah, serta memiliki lidah yang sangat panjang dan lentur yang siap menjerat mangsa.

"MULAI!" suara Ratu Zafia menggelegar untuk duel penutup.

Labang langsung menyerang. Cambuk berkakinya melesat, berputar dan menyambar dengan kecepatan mengejutkan, mencoba menjerat musuhnya. Gerakannya tak terduga, bilahnya seolah merayap dengan banyak sendi, mengitari Kodau dari berbagai sudut. Ia mencoba melancarkan serangan dengan bilah-bilah beracun.

Namun, Kodau tak kalah gesit. Ia menghindari setiap sabetan dengan lompatan akrobatik, mendarat dengan ringan dan kembali melesat di udara. Lidahnya sesekali melesat keluar, mencoba menjerat cambuk atau kaki Labang, namun selalu gagal.

Pertarungan berubah menjadi tarian mematikan antara cambuk yang meliuk dan tubuh yang melompat. Labang mencoba menjerat Kodau dengan cambuknya, sementara Kodau mencoba membalas dengan lidahnya atau melancarkan tendangan mendadak saat mendarat.

Setiap kali cambuk Labang nyaris mengenai, Kodau akan melompat mundur, sementara setiap kali lidah Kodau menyambar, Labang akan menggeser tubuhnya dengan lincah seperti kelabang, tak pernah kehilangan momentum.

Kodau mulai frustrasi dengan kelincahan Labang. Ia memutuskan untuk menyerbu, melancarkan lompatan tinggi, lalu menghantam dengan tinju dan kakinya. Namun, Labang adalah penipu ulung.

Tepat saat Kodau melompat, Labang dengan cepat melemparkan cambuknya yang melilit salah satu tiang di arena, menggunakannya sebagai penarik untuk melesat di bawah Kodau yang sedang melayang. Dalam sepersekian detik, Labang muncul di belakang Kodau.

Kodau mendarat, siap berbalik dan menyerang, namun terlambat. Seketika, Labang mengaktifkan bracernya. Dua pisau tipis menyembul keluar, melesat dan mengunci pergelangan kaki Kodau dengan presisi mematikan. Kodau merasakan tusukan tajam, diikuti sengatan dingin yang cepat menyebar. Racun pelumpuh mulai bekerja, mengunci setiap ototnya.

Kodau menjerit kesakitan, tubuhnya menegang dan ia terjatuh ke lantai arena, tak mampu menggerakkan kakinya. Wajahnya menunjukkan keterkejutan dan ketidakberdayaan.

Labang tak memberi ampun. Ia melangkah mendekat, cambuknya kembali meliuk di tangannya, siap melancarkan pukulan terakhir. Kodau yang terkapar hanya bisa menatap, matanya membelalak, tubuhnya lumpuh, tak berdaya di hadapan ancaman yang mendekat.

Lihat selengkapnya