Historia - The Lost Continent

Hazsef
Chapter #29

Sebuah Perbedaan

[Duel ke-11] Hansa vs Paksi

Sorotan lampu sihir di langit koloseum mulai meredup, digantikan oleh cahaya sore yang lembut. Kerumunan penonton bergemuruh, menanti duel-duel selanjutnya yang menjanjikan pertunjukan epik. Udara dipenuhi antusiasme.

Nama Hansa diumumkan, dan petarung anggun itu melangkah ke arena dengan rambut hitam panjangnya yang berkibar anggun. Di tangan kanannya, pedang rapiernya tetap tersarung rapat, namun ujung sarung pedangnya dihiasi ornamen besi yang runcing berkilat samar. Sementara di tangan kirinya, tongkat sihir pendek memancarkan aura samar. Setiap gerakannya memancarkan keanggunan yang mematikan.

Di sisi lain, Paksi, petarung dari suku pedalaman yang tinggal di atas tebing curam, masuk dengan langkah gesit. Ia memegang pedang pendek yang tampak ringan namun tajam, dan tameng kecil yang terpasang kokoh di lengan kirinya. Tatapannya fokus, siap menghadapi kecepatan luar biasa lawannya.

"MULAI!" suara Ratu Zafia menggema, mengawali tarian mematikan di arena.

Hansa tak membuang waktu. Dengan dorongan sihir dari tongkatnya, tubuhnya meringankan, membuatnya melayang beberapa senti dari permukaan lantai. Ia melesat maju, mengarahkan ujung ornamen sarung pedangnya menusuk dengan kecepatan kilat. Paksi mengangkat tamengnya, menangkis serangan pertama Hansa yang nyaris tak terlihat.

Paksi segera membalas dengan tebasan pedang pendeknya yang cepat. Hansa tidak menghindar ke samping. Dengan sentuhan tongkat sihirnya ke udara, ia menciptakan semacam tanda sihir berwarna samar yang berfungsi sebagai pijakan temporer. Dari pijakan sihir itu, Hansa melesat kembali ke arah Paksi dari sudut tak terduga, pergerakannya begitu lincah dan elegan, terlihat seperti menari-nari di antara udara dan permukaan lantai, membuat serangan Paksi sia-sia.

"Terlalu lambat," bisik Hansa dingin, ornamen sarung pedangnya kembali mengincar.

Paksi terpaksa terus bertahan, tamengnya berulang kali menangkis rentetan tusukan Hansa yang diperkuat sihir. Setiap tusukan ornamen Hansa terasa lebih kuat dari yang seharusnya, meninggalkan getaran di lengan Paksi. Paksi berusaha mencari celah untuk serangan balasan, namun Hansa terlalu cepat dan manuvernya terlalu rumit untuk ditebak.

Hansa memanfaatkan sihirnya untuk memperkuat ornamen sarung pedangnya lebih jauh. Ujung ornamen itu bersinar redup, dan tusukannya kini meninggalkan jejak cahaya. Ia melancarkan serangkaian serangan beruntun, memaksa Paksi mundur. Paksi mencoba mengunci Hansa dengan serangannya, namun setiap kali, Hansa akan melayang atau melesat, meninggalkan Paksi mengayunkan pedangnya di udara kosong.

Akhirnya, Hansa melihat celah. Dengan satu dorongan sihir kuat, ia melesat maju, memutar tubuhnya dengan kecepatan tinggi bagaikan bor. Ujung ornamen sarung pedangnya menusuk lurus ke depan, melewati celah sempit di antara tameng dan pedang Paksi.

WHISH!

Lihat selengkapnya