[Duel ke-13] Kadri vs Mambra
Gemuruh penonton tak pernah pudar, terus menanti pertunjukan yang tersaji. Setelahnya, nama Kadri diumumkan. Petarung dengan kepala kadal gurun, punggung, dan ekor berduri itu melangkah anggun ke arena. Ia mengenakan celana cokelat selutut dengan sabuk kain putih menjuntai, ditutup jubah krem compang-camping. Di tangannya, ia menggenggam tombak aneh dengan bilah tajam sepanjang satu meter di kedua sisinya. Tatapannya tenang, sebuah rahasia tersembunyi di balik kulit durinya.
Kemudian, Mambra memasuki arena. Ia adalah manusia utuh, seorang pembunuh gesit dari suku pedalaman di perbatasan hutan dan padang rumput. Wajahnya tersembunyi di balik tudung, matanya tajam memindai Kadri. Di tangan kanannya, ia memegang alat tiup bambu yang ramping, sementara sabuknya dipenuhi pisau-pisau dan panah-panah kecil yang berkilau. Aroma samar racun menguar dari tiap geraknya.
"MULAI!" suara Ratu Zafia menggema di udara, mengawali pertempuran strategi dan ketahanan.
Mambra tak membuang waktu. Dengan kecepatan luar biasa, ia mengangkat alat tiup bambunya, dan whoosh, serangkaian jarum kecil melesat menuju Kadri. Kadri, dengan lincah mengelak beberapa, namun beberapa jarum lainnya berhasil menancap di lengan dan kakinya yang terbuka.
Mambra tersenyum tipis di balik tudungnya, yakin racun neurotoksin mematikan yang melapisi jarum itu akan segera bekerja. Ia mengamati Kadri, menanti petarung itu ambruk. Namun, Kadri hanya bergeming, jarum-jarum itu menancap di tubuhnya seolah tak berarti.
Tak gentar, Mambra bergerak lebih cepat. Ia mengeluarkan sebuah bom asap kecil dari balik jubahnya, melemparnya ke lantai arena andesit dan boron tepat di depan Kadri. Dalam sekejap, asap tebal berwarna kehijauan menyelimuti Kadri, baunya menyengat dan jelas membawa racun yang kuat. Bersamaan dengan itu, Mambra melemparkan serangkaian pisau beracunnya menembus kepulan asap, mengincar titik vital. Beberapa pisau itu berhasil mengenai Kadri, menancap di bahu dan dadanya.
Mambra menyeringai penuh kemenangan. Kali ini, tidak mungkin Kadri bisa bertahan. Ia telah melancarkan serangan kombinasi paling mematikan yang ia miliki. Kemenangan sudah di depan mata.
Namun, yang terjadi selanjutnya justru membuat seluruh koloseum terdiam.
Dari dalam kepulan asap beracun, terdengar suara tawa. Awalnya tawa kecil, lalu membesar, hingga akhirnya Kadri tertawa terbahak-bahak, suara tawanya menggema dan menembus kepulan asap. HAHAHAHAHA!
Kemudian, dengan gerakan tiba-tiba, Kadri mengayunkan tombak dua bilahnya dengan kekuatan penuh dalam putaran cepat. Angin dari ayunan tombak itu menciptakan pusaran, membuyarkan seluruh asap beracun di sekelilingnya dalam sekejap mata. Jarum dan pisau beracun yang menancap di tubuhnya jatuh ke lantai, seolah hanya goresan biasa. Kadri berdiri tegak, tak sedikit pun terpengaruh, tawanya masih menggelegar.
Mambra benar-benar terkejut. Matanya membelalak tak percaya, seluruh tubuhnya menegang. Ia menyaksikan Kadri menatapnya dengan senyum lebar.
"Semua usahamu itu... sia-sia," kata Kadri, suaranya dipenuhi humor, "Karena tubuhku... kebal terhadap semua jenis racun!"
Pengakuan Kadri mengguncang Mambra hingga ke inti. Semua racunnya, semua keahliannya, sama sekali tidak berguna. Lawannya adalah sesuatu yang belum pernah ia temui. Kepercayaan dirinya luntur seketika, digantikan oleh rasa syok dan ketakutan yang mendalam. Untuk pertama kalinya, ia merasa begitu rentan, begitu tidak berdaya.