[Duel ke-17] Karadi vs Dillo
Sorotan lampu sihir di langit koloseum yang kini diselimuti cahaya senja, masih menyala terang. Gemuruh penonton tak pernah pudar, terus menanti pertunjukan yang tersaji.
Nama Karadi diumumkan. Pemburu dari hutan pedalaman tenggara itu melangkah ke arena dengan penampilan intimidatif, mengenakan mantel kulit beruang hingga menutupi kepalanya. Di tangan kanannya tergenggam tombak dari tulang hewan, dan sebuah pisau tulang terselip di pinggangnya.
Kemudian, Dillo memasuki arena. Seorang petarung dari Padang Sabana itu memegang palu yang terlihat kokoh.
"MULAI!" suara Ratu Zafia menggelegar, mengawali benturan kekuatan dan ketahanan.
Karadi langsung menerjang, mengayunkan tombaknya dengan kekuatan buas. Dillo menangkis dengan palunya, menimbulkan percikan api di antara kedua senjata. Pertarungan berlangsung sengit. Karadi melancarkan serangan bertubi-tubi dengan tombak dan pisaunya, memadukan teknik pemburu dengan kekuatan kasarnya. Dillo, di sisi lain, mengandalkan kekuatan palunya dan kelincahan yang tak terduga.
Namun, lambat laun, kekuatan Karadi mulai mendesak Dillo. Terpojok di tepi arena, Dillo tahu ia harus mengambil tindakan drastis. Dengan raungan pendek, tubuhnya mulai bergetar dan membengkak. Seketika, Dillo berubah wujud menjadi trenggiling dengan ukuran sekitar dua hingga tiga kali lebih besar dari wujud manusianya. Cangkangnya yang keras kini jauh lebih besar dan mengilap. Tanpa ragu, ia menggulung tubuhnya menjadi bola berduri dan menyerang Karadi seperti batu besar yang menggelinding, bobotnya meningkat drastis. Cangkangnya yang keras terbukti menjadi pertahanan luar biasa yang membuat serangan Karadi memantul.
BRUAAAK!
Karadi terpaksa menghindar dari gulungan mematikan itu. Dillo terus berputar dan memantul di atas lantai andesit dan boron, sesekali meluruskan tubuhnya untuk mengayunkan palunya dengan kekuatan penuh, menyebabkan Karadi kewalahan. Ini adalah kombinasi serangan dan pertahanan yang tak terduga.
Melihat dirinya semakin terdesak oleh kecepatan dan ketahanan Dillo, Karadi pun mengambil keputusan. Dengan geraman dalam, tubuhnya mulai membesar dan rambut tebal kecoklatan tumbuh dengan cepat. Dalam sekejap mata, Karadi berubah wujud sepenuhnya menjadi beruang cokelat yang ganas dengan ukuran sekitar dua hingga tiga kali lebih besar dari wujud manusianya. Aura kekuatan murni memancar darinya, jauh melampaui wujud manusianya.
Dillo, yang masih dalam wujud trenggiling bergulir, mencoba menabrak Karadi dalam wujud beruangnya. Namun, kali ini, Karadi tidak menghindar. Dengan kekuatan luar biasa yang menjadi ciri khas beruang, ia menangkap tubuh Dillo yang sedang menggelinding dengan kedua cakar raksasanya. Cengkeramannya begitu kuat hingga Dillo, meskipun dalam bentuk trenggiling, tidak mampu melepaskan diri.
Dengan raungan kemenangan yang menggelegar, Karadi mengangkat tubuh Dillo tinggi-tinggi. Lalu, dengan satu ayunan kuat, ia melemparkan Dillo jauh-jauh hingga keluar arena, melewati batas pertarungan dan mendarat keras di kolam pembatas yang dalam. Percikan air yang besar terjadi saat Dillo tenggelam.
Bunyi terompet kemenangan membahana, disambut sorak-sorai liar penonton.