[Duel ke-5] Gavin vs Kokila
Setelah duel sengit Balin dan Raja, sorotan Koloseum kini beralih ke duel kelima Babak Kedua: Kokila melawan Gavin. Kokila, dengan mata merahnya yang misterius, melangkah anggun, aura ilusi sudah terasa menguar darinya.
Di sisi lain, Gavin bergerak cepat dan lincah, sayap emasnya yang kokoh sedikit berkilau menangkap cahaya matahari. Pertarungan antara ilusi dan kecepatan, antara gagak hitam dan elang emas, siap dimulai.
"Bersiap... MULAI!" Suara Ratu Zafia menggelegar, dan pertarungan pun pecah.
Awalnya, duel berlangsung di darat, menguji teknik penguasaan senjata masing-masing. Kokila bergerak luwes dengan senjatanya, melancarkan serangan yang kadang disertai gangguan visual kecil. Gavin membalas dengan kecepatan luar biasa, memanfaatkan setiap celah. Pertukaran serangan dan tangkisan terjadi begitu cepat, silih berganti, menciptakan simfoni logam beradu yang memukau penonton.
Namun, medan pertempuran segera berpindah. Dengan gerakan lincah, Kokila melebarkan sayap gagaknya yang gelap, dan Gavin membalas dengan rentangan sayap emasnya yang megah. Keduanya melesat ke udara, mengubah arena menjadi langit-langit Koloseum. Pertarungan beralih menjadi duel akrobatik di ketinggian.
Kokila segera melancarkan serangan khasnya... "Hujan Gagak". Puluhan proyektil berbentuk bulu gagak hitam tajam melesat deras dari tangannya, menghujani Gavin dari berbagai arah dengan kecepatan mematikan. Ini adalah serangan yang biasanya sulit dihindari di udara.
Namun, Gavin tak gentar. Dengan respons cepat, ia mengumpulkan kedua sayap emasnya di depan tubuh, membentuk perisai kokoh. Kemudian, dengan kekuatan penuh, ia mulai memutar tubuhnya seperti bor raksasa, menciptakan pusaran angin emas yang kuat.
Bulu-bulu gagak Kokila yang datang bertubi-tubuh terpental sia-sia, dihancurkan oleh putaran Gavin yang tak tertembus. Gerakannya begitu efisien, sebuah pertunjukan pertahanan yang brilian.
"Seranganmu kuat, Gagak Hitam," teriak Gavin, suaranya bercampur dengan deru angin dari putarannya, "tapi, aku takkan jatuh semudah itu!"
Kokila hanya tersenyum tipis, matanya yang merah tetap tenang. Keunggulan Kokila bukan hanya terletak pada kekuatan serangannya, melainkan pada fleksibilitas dan adaptasinya yang luar biasa dalam menghadapi musuh.
Melihat serangannya dipatahkan, ia tak membuang waktu. Tiba-tiba, ilusi mulai menyelimuti Gavin. Satu Kokila menjadi dua, dua menjadi empat, hingga seluruh pandangan Gavin dipenuhi dengan bayangan Kokila yang menyerang dari berbagai sudut, menguras fokus dan energinya.
Gavin mencoba membedakan mana yang asli dengan kecepatannya, menukik dan berputar, namun setiap kali ia menyerang, bayangan itu akan pecah dan ilusi baru muncul. Pada saat itulah, yang tidak terduga, salah satu bayangan Kokila menghilang, dan Kokila yang asli muncul tepat di belakang Gavin, bergerak senyap.
Sebelum Gavin sempat bereaksi, Kokila menghantam punggungnya dengan pedang ganda miliknya. Bilah tajam itu menciptakan torehan panjang. Tidak berhenti di situ, dengan gerakan lanjutan yang mulus, Kokila segera melancarkan tendangan keras ke punggung Gavin tepat di titik yang sama.
Serangan mendadak itu... ditambah efek ilusi yang memusingkan, membuat Gavin kehilangan keseimbangan. Tubuhnya limbung, dan ia terjatuh deras dari langit-langit arena, menghantam tanah dengan suara berdebum yang keras.
Dengan sekujur tubuh yang terasa kaku dan punggung yang ngilu, Gavin berusaha bangkit. Namun, tepat di depannya, segerombolan gagak hitam muncul secara tiba-tiba dan mulai berkumpul, membentuk sebuah siluet.
Bulu-bulu gelap itu menyatu, dan dari tengah-tengahnya, Kokila muncul, kini sudah berdiri tegak di hadapan Gavin sambil mengacungkan pedang panjangnya ke leher Gavin.
Menyadari ia benar-benar tak berdaya, Gavin menghela napas panjang. "Aku... menyerah," ucapnya lirih, mengakhiri pertarungan.
"Pemenangnya adalah... Kokila!" Suara Ratu Zafia menggelegar, memecah keheningan tegang yang menyelimuti Koloseum.