Duel Pembuka Ronde Kedua Semi Final: Balin vs Tanvir
Sinar matahari pagi menembus celah-celah arsitektur koloseum, menerangi ribuan wajah penonton yang telah memenuhi setiap bangku. Hari kedua babak semi final dimulai dengan atmosfer yang jauh lebih berat. Para petarung yang kalah kemarin tahu betul bahwa ini adalah kesempatan terakhir mereka.
Ratu Zafia kembali berdiri di singgasana agungnya. Keheningan segera menyelimuti arena saat ia mengangkat tangannya.
"Para hadirin sekalian! Selamat datang kembali di ajang pertarungan paling bergengsi di seluruh Arsyanendra!" suaranya menggelegar, penuh wibawa.
"Hari ini, kita akan menyaksikan duel pembuka yang menentukan! Di satu sisi, Balin, Sang Raja Tak Bermahkota, yang konsisten menunjukkan kekuatan tak tertandingi!" sambutnya, tangannya diangkat ke sisi kanan.
Ratu Zafia menoleh, lalu menyambut petarung di sisi kiri. "Dan di sisi lainnya, Tanvir, Sang Perisai Berbatu, yang akan berjuang mati-matian untuk tetap berada di turnamen ini!"
Kini, kedua petarung sudah bersiap di posisinya masing-masing. Tanpa menunggu lama, Ratu Zafia pun segera menjawab antisipasi penonton yang hadir di arena koloseum yang meriah itu.
"Biarkan pertarungan ini ... DIMULAI!" serunya.
Begitu aba-aba terakhir bergaung, Balin dan Tanvir langsung saling mengunci pandang. Tak ada senyum atau gertakan. Hanya fokus murni.
Balin, dengan ketenangan mematikan yang menjadi ciri khasnya, mulai melangkah maju perlahan. Setiap langkahnya—meskipun tenang—terasa seperti gemuruh kecil di bawah tanah, memancarkan aura tekanan yang tak terlihat.
Tanvir merasakan tekanan itu. Bulu kuduknya seketika berdiri. Ia tahu betul reputasi Balin. Setelah kekalahan pahit kemarin, ia tidak akan mengulangi kesalahan yang sama.
Kali ini, Tanvir tak menunggu Balin datang. Tubuhnya memancarkan cahaya kebiruan yang semakin pekat, sisik-sisiknya mengeras, dan dalam sekejap mata, ia kembali berubah ke dalam wujud monster kura-kura raksasanya. Senjata pedang dan tamengnya juga membesar dan menghitam, kulitnya menebal, berubah menjadi perisai hidup yang lebih kuat dari baja mana pun.
Tanvir menggeram, suaranya berat dan menggelegar. Ia mengangkat tamengnya tinggi-tinggi, siap menerima benturan terkuat sekalipun. Ini adalah pertarungan yang akan ia hadapi dengan seluruh jiwa dan raganya.
Balin akhirnya berhenti di jarak yang cukup. Tanpa banyak bicara, ia mengepalkan tinjunya. Aura di sekelilingnya berdenyut, mengalirkan kekuatan dahsyat ke setiap ototnya. Tinju itu memancarkan cahaya putih keemasan yang semakin terang, berkumpul, dan memadat, siap untuk diluncurkan.