Duel Kehormatan Ronde Ketiga Semi Final: Arga vs Tanvir
Koloseum kembali bergemuruh dengan antisipasi. Meskipun semua orang tahu bahwa kedua petarung yang akan maju ini sudah tereliminasi dari perebutan gelar juara, suasana tetap terasa khidmat.
Ini bukan lagi tentang kemenangan atau kekalahan di turnamen, melainkan tentang harga diri, tentang menunjukkan batas kekuatan mereka, dan tentang menghormati semangat bertarung.
Arga, Sang Pembawa Kehancuran, melangkah ke arena dengan tatapan membara. Tubuhnya yang besar memancarkan aura kegarangan, meskipun ia tahu bahwa kekalahannya di dua duel sebelumnya telah menutup jalannya menuju final. Ia menatap Tanvir, lawannya, dengan respek.
Di sisi lain, Tanvir, Sang Perisai Berbatu, yang kini kembali ke wujud manusianya namun masih terlihat beberapa memar dan goresan di tubuhnya, melangkah dengan tegar. Ia juga telah merasakan kekalahan dua kali, namun tekad di matanya tidak padam. Pertarungan ini adalah kesempatan terakhirnya untuk membuktikan kekuatannya.
Ratu Zafia, dengan senyum simpatik namun tegas, mulai membuka jalannya pertarungan terakhir.
"Para hadirin sekalian! Setelah ini kita akan menyaksikan duel kehormatan yang tak kalah mendebarkan!" ujarnya penuh semangat.
"Ini adalah pijakan terakhir bagi mereka yang ingin memperebutkan gelar juara sebagai petarung terbaik di Benua Arsyanendra!" ucap Ratu Zafia antusias, diiringi sambutan meriah dari para penonton.
"Di satu sisi ... Arga, Sang Badak Penghancur!" sambutnya sambil mengangkat tangan kiri.
"Melawan ... Tanvir, Sang Perisai Berbatu!" lanjutnya sambil mengangkat tangan.
"Tuan Ratu ...." Arga dan Tanvir membatin. Hati mereka bergejolak mendengar sebutan nama itu. Namun, keduanya hanya bisa mendengus pasrah. Tak berani menyela Sang Ratu Ardana.