Duel Penentu Ronde Ketiga Semi Final: Wayan vs Kokila
Ketegangan di Koloseum mencapai puncaknya. Setelah duel kehormatan yang penuh semangat dan pengumuman yang diwarnai emosi, kini semua mata tertuju pada arena. Ini adalah momen krusial yang akan menentukan siapa finalis ketiga.
Wayan, Sang Raja Kera Putih, melangkah ke tengah ring dengan tongkatnya, senyum percaya diri namun fokus terpancar di wajahnya. Ia tahu Kokila adalah lawan yang cerdik, penuh ilusi dan taktik licik. Wayan harus mengandalkan kecepatan dan kekuatannya untuk menembus pertahanan ilusi itu.
Di sisi lain, Kokila, Sang Pawang Gagak, masuk dengan aura misterius yang lebih pekat dari sebelumnya. Tatapannya dingin, namun ada kilatan tekad membara di matanya. Ia telah berhasil menjatuhkan Arga dengan tipuannya, dan kini ia harus menghadapi Wayan, yang kelincahan dan kekuatan fisiknya jauh melampaui Arga. Kokila tahu, ia harus lebih cerdik lagi.
Ratu Zafia, dengan anggun mengangkat tangannya. Suaranya yang lantang menggema di udara.
"Para hadirin sekalian! Mari kita saksikan, duel penutup pada babak penentu ini!" sambutnya antusias.
"Ini adalah pertarungan antara ... Wayan, Sang Raja Kera Putih!" sambutnya, kembali mengangkat sisi kiri.
"Melawan ... Kokila, Sang Pawang Gagak!" lanjutnya, kali ini mengangkat tangan kanan.
"Siapa pun yang meraih kemenangan dalam duel ini, akan melangkah maju sebagai finalis ketiga yang akan berhadapan dengan Balin!" ujar Ratu Zafia, sedikit menaikkan semangat kedua petarung.
"Biarkan pertarungan ini ... DIMULAI!"
Begitu aba-aba bergaung, Wayan tidak membuang waktu. Dengan geraman singkat, ia langsung melesat, tongkatnya berputar menciptakan kabur. Ia tahu Kokila akan bermain dengan ilusi, jadi Wayan memutuskan untuk menyerang secara frontal, memaksakan konfrontasi langsung. Kecepatannya luar biasa, ia bagaikan anak panah yang melesat menuju sasaran.
Namun, Kokila sudah mengantisipasinya. Beberapa gagak hitam pekat, yang tampak lebih solid dari biasanya, terbang keluar dari tubuhnya dan membentuk dinding pelindung di depannya.
Pada saat yang sama, Kokila menghilang, menyisakan kerumunan ilusi dirinya yang berputar-putar di sekitar Wayan. Tanpa pikir panjang, Wayan segera menghantam dinding gagak itu dengan tongkatnya.
"BLAAARGH!"
Gagak-gagak itu pecah menjadi asap hitam yang menyengat mata, mengaburkan pandangan Wayan sejenak. Saat pandangannya pulih, ia sudah dikelilingi oleh puluhan klon Kokila yang bergerak serentak, meniru gerakannya, mencoba membingungkannya.
Wayan mendengus kesal. Ilusi lagi. Ia tak mau membuang waktu. Dengan raungan keras, ia pun mengeluarkan jurus seribu bayangan miliknya.