Historia - The Misty Kingdom

Hazsef
Chapter #2

Diskusi

[09:25 WIB] Kelas Seni

Selang seminggu setelah mengunjungi museum di Kota Bain, Raffy dan kelompoknya yang terdiri dari Ezra, Chafik, Gita, Dafina dan tentunya Akasa, akhirnya melakukan presentasi di kelas perkuliahan yang mereka hadiri pada saat itu.

“Jadi, meskipun dengan semua kepingan dan koleksi yang ada di museum, sayangnya ... informasi yang berhasil dipetakan oleh para peneliti dan penerjemah naskah kuno, tidak sampai 25%. Data ini dikemukakan langsung oleh pemandu museum yang jadi narasumber kami waktu itu. Demikianlah presentasi dari kelompok kami. Ada pertanyaan?” tanya Raffy kepada para audiens yang sejatinya adalah teman-teman sekelasnya. Namun, tak ada respons. Atau lebih tepatnya, malas untuk merespons.

“Baik, kalau tidak ada. Saya akhiri presentasi kami hari ini. Wassalamu’alaikum!” sambung Raffy yang langsung menutup presentasi dari kelompok mereka pada hari itu.

Tak berselang lama setelahnya, dosen pun berdiri dan melakukan standing applause untuk mengapresiasi kinerja dari mahasiswa didiknya. Kemudian, langsung diikuti oleh tepuk tangan meriah dari mahasiswa dan mahasiswi seisi kelas. Sekitar 2 jam setelahnya, kelas perkuliahan pun berakhir. Mereka kemudian segera beralih ke kantin yang sudah seperti base camp sendiri.

 

[11:32 WIB] Kantin Kampus

Usai menghadiri kelas dan menyelesaikan presentasi kelompoknya, Raffy dan kawan-kawannya lalu berkumpul di kantin kampus untuk nongkrong di sana, sembari menyantap menu makanan lokal yang menggugah selera, seperti soto, pecel, rawon, dan lain sejenisnya. Percakapan pun mengalir begitu saja, lalu menuntun mereka menuju diskusi panjang perihal menghabiskan waktu di kala liburan semester mendatang.

“Jadi gimana, Bray? Persiapan buat minggu depan kira-kira apa aja yang musti disiapin?” tanya Gita memulai pembicaraan di sela-sela waktu makan siang.

“Logistik? Logistik?” tanya Dafina antusias.

“Logistik mah gampang! Beli mepet-mepet juga bisa. Yang penting tuh peralatannya. Ada saran gak, Zra? Lu kan ikutan Mapala sama si Chafik.” Tanya Gita yang coba melempar fokus pembicaraan kepada Ezra.

“Dulu sih, sekarang udah keluar. Kalo peralatan mah gampang, Git! Tinggal cari aja tempat sewa alat camping. Deket-deket sini juga ada kok! Yang lebih penting tuh fisik kalian. Mending dari sekarang mulai sering-sering olahraga kardio sama angkat beban dikit lah, biar ntar gak kaget pas pendakian. Terutama lu, Na! Ya … mohon maap nih! Tapi fisik lu kan ya gak kuat-kuat amat!” Ujar Ezra yang coba memberikan informasi sekaligus saran kepada teman-temannya.

“Iya sih …. Ya udah deh! Ntar aku olahraga dikit-dikit lah, biar nanti nggak ngerepotin kalian.” Kata Dafina yang coba memotivasi dirinya untuk berolahraga, supaya nantinya tidak terlalu memberatkan teman-temannya.

“Aman, Na! Kalo capek ya ntar berhenti, istirahat. Udah enakan baru lanjut lagi. Nyantai!” balas Gita yang coba menyemangati Dafina.

“Iya betul, Na! Oh iya, ntar lu temenin si Fina juga lah, Git! Kalo sendiri kan biasanya angin-anginan tuh! Jadi ya ... biar lebih seru aja gitu, kalo ada temennya.” Ucap Ezra menyarankan.

“Oke dah, ntar sama aku, Na! Tapi pagi bangunin yak, hehe!” kata Gita yang menyetujui usulan Ezra, karena pada dasarnya, ia masih dalam satu area kost putri dengan Dafina.

“Ah, elu mah gitu, Git! Susah banget bangunnya!” keluh si Dafina yang sepertinya sudah hafal betul kelakuan si Gita.

“Ya maap, hehe! Oh iya, temen kost aku ada yang mau ikutan nimbrung tuh, boleh nggak?” tanya Gita yang coba meminta izin.

“Boleh aja. Emang cowok apa cewek?” kata Ezra penasaran.

“Cewek.” Jawab Gita singkat.

“Pernah naik gunung nggak?” tanya Ezra lebih lanjut.

“Nggak sih, katanya ini yang pertama.” Balas Gita sekenanya.

“Ya udah, ajak latihan sekalian sana!” kata Ezra kembali menyarankan kedua temannya, beserta seorang lagi, untuk mempersiapkan diri, supaya nanti tidak kaget ketika melakukan pendakian.

“Oke dah! Ntar ngumpul dimana?” tanya Gita memastikan.

“Langsung ke stasiun aja. Biar langsung cuss!” jawab Ezra singkat.

“Oke, siap! Eh, ngomong-ngomong, si Raffy sama Akasa mana?” balas Gita sekenanya, lalu mulai teringat akan dua sosok sahabatnya yang tiba-tiba saja absen pada diskusi mereka waktu itu.

“Mereka balik duluan katanya, ada urusan mendadak!” jawab Ezra singkat.

“Urusan apa emang?” tanya Gita penasaran.

“Gak tau, Git. Tapi kayaknya gak bisa ditinggal.” Sambung Ezra yang tampaknya curiga akan sesuatu, namun tidak ingin berspekulasi lebih lanjut. Karena pada dasarnya, semua itu tak lebih dari sekadar dugaan liarnya semata. Namun lambat laun, asumsinya tersebut akan menjadi kenyataan pahit yang tak terbayangkan.

  

[07:25 WIB] Stasiun Kota Bain

Hari berganti hari. Bulan berganti bulan. Tak terasa, hari yang ditentukan pun tiba. Satu per satu dari kelompok mahasiswa yang merencanakan untuk melakukan pendakian gunung, akhirnya telah datang, dengan Ezra adalah orang yang pertama kali tiba di sana. Lalu diikuti oleh sosok Gita, yang memakai pakaian setelan pendakian, lengkap dengan tas carrier 60 liter.

“Zra! Udah nyampek aja lu? Rajin amat!” sindir Gita pada Ezra yang secara tidak terduga sudah tiba di stasiun lebih dulu.

Lihat selengkapnya