Historia - The Misty Kingdom

Hazsef
Chapter #2

Diskusi

[09:25 WIB] Kelas Seni

Seminggu usai kunjungan ke museum Kota Bain, Raffy berdiri di depan kelas, mempresentasikan temuan kelompoknya tentang minimnya informasi valid mengenai artefak kuno. Di sampingnya berdiri Akasa, Ezra, Chafik, Gita, dan Dafina, turut menemani sepanjang presentasi.

Sepuluh menit berlalu. Raffy menutup presentasinya dengan pertanyaan retoris, tapi hanya disambut keheningan. Teman-teman sekelas tampak enggan merespons, menanti waktu bebas untuk melanjutkan urusan masing-masing.

“Baik, kalau tidak ada pertanyaan, saya akhiri. Wassalamu’alaikum!” tutup Raffy, disambut tepuk tangan ringan dari dosen dan gumaman lega dari mahasiswa lain.

Raffy melirik Akasa sekilas saat mereka keluar kelas. Senyum tipis itu masih ada, tapi langkah sahabatnya terasa sedikit lebih berat dari biasanya. Tanpa banyak berucap, ia merangkul Akasa dan melontarkan celetukan singkat untuk mencairkan suasana.

 

[11:32 WIB] Kantin Kampus

Dua jam berlalu. Matahari mulai condong ke barat, menembus kaca ruang kelas yang lengang. Suara kursi bergeser bersahutan. Seperti biasa, tiap kali kelas berakhir, kantin kampus jadi tujuan berikutnya.

Aroma soto dan rawon bercampur dengan riuh obrolan mahasiswa. Di meja langganan mereka, Raffy dan teman-temannya larut dalam diskusi ringan mengenai rencana liburan semester.

Mereka membahas persiapan teknis, seperti kebutuhan logistik, sewa alat kemah, serta kesiapan fisik. Di tengah diskusi yang menarik itu, tiba-tiba Gita memecah topik.

“Oh iya, Zra, temen kost gue ada yang mau ikut. Boleh nggak?” tanyanya.

“Cewek?” tanya Ezra penasaran.

“Iya. Baru pertama naik gunung katanya,” jawab Gita singkat.

“Ya udah, ajak latihan bareng sekalian,” saran Ezra.

“Oke deh! Ntar kita ngumpul di stasiun langsung yakk?” tanya Gita memastikan.

“Siap!” angguk Ezra tak keberatan.

“Eh iya, btw … Raffy sama Akasa mana?” tanya Gita, baru sadar.

“Balik duluan katanya, ada urusan mendadak,” jawab Ezra singkat.

“Urusan apa emang?” Gita penasaran.

“Nggak tahu, Git. Kayaknya penting banget tuh,” sambung Ezra, mencoba mengabaikan firasat aneh yang tiba-tiba muncul. Tatapannya seakan menyimpan tanya, curiga ada sesuatu yang tidak beres.

 

[07:25 WIB] Stasiun Kota Bain

Tak terasa satu minggu telah terlewati, hari keberangkatan pun tiba. Ezra menjadi yang pertama sampai di stasiun yang mulai ramai. Tak lama, Gita muncul dengan pakaian lapangan dan carrier besar di punggung.

“Zra! Udah nyampe aja lu? Semangat amat!” sapa Gita, sedikit menyindir.

“Iya, udah nungguin lumayan lama nih!” balas Ezra sambil tersenyum tipis.

“Hah? Emang jam berapa lu dateng?” tanya Gita kaget.

“Jam tujuh lewat dua puluh.” Jawab Ezra santai.

“Halah, baru juga lima menit!” balas Gita ketus.

Ezra pun terkekeh, lalu lanjut bertanya, “Eh, kok lu sendirian? Si Fina mana?” herannya.

Lihat selengkapnya