[7:45 WIB] Danau Taman Hidup
Usai menyelesaikan urusan dengan tiga orang pem-bully yang kerap mengusiknya, Akasa berjalan sendirian menyusuri hutan yang mulai diselimuti embun tebal, berusaha mendinginkan pikirannya yang masih kacau.
Betapa sakit hatinya, di kala ada orang yang seenaknya merendahkan ibunya. Ia bahkan nyaris kehilangan kendali—hampir berubah menjadi seorang pembunuh—kalau saja tidak teringat janji suci yang ia buat pada sang ibu untuk senantiasa berbuat kebajikan.
Amarah dan kesedihan masih bercampur dalam dada. Akasa terus melangkah tanpa memperhatikan arah. Pohon demi pohon ia lewati, namun emosinya tak kunjung reda.
Tanpa sadar, tirai putih yang menggantung di antara pepohonan kian menebal, bahkan lebih pekat. Membuat jarak pandang makin terbatas, hingga tak lebih dari seratus meter. Bahkan cahaya senter pun akan sulit untuk menembusnya.
Segalanya tampak samar. Tak ada yang terlihat selain dinding putih, seolah dunia di sekitarnya telah ditelan kabut yang hidup.
Akasa heran. Entah kenapa, kabut yang menyelimuti seisi hutan itu ... terasa aneh. Hawa dingin yang menusuk kulit—begitu pekat dan lembab—menghadirkan sensasi seolah sedang berada di alam mimpi. Ini jelas bukan kabut biasa.
Segudang tanda tanya terus bergema di pikirannya, namun Akasa terus melangkah maju. Ia menyusuri jalan sunyi itu, seakan terpanggil oleh sesuatu yang belum ia pahami.
Tak lama, pepohonan mulai jarang. Tanah berumput yang lapang mendominasi. Akasa akhirnya keluar dari area hutan. Ketika memperhatikan sekeliling, tampaklah sebuah danau tenang dengan permukaan air yang sejernih kaca.
Langit kelabu terpantul di permukaannya, berpadu dengan selimut lembut kabut yang melayang di atasnya. Tempat itu tampak nyaman, sempurna untuk menenangkan hati. Akasa pun mendekat dan duduk di tepiannya.
Bayangan tentang kejadian barusan kembali melintas. Membekas dalam dan membuat batinnya bergejolak. Ia nyaris gelap mata—berubah menjadi sosok yang bahkan tak ia kenali sendiri—karena luka hatinya. Namun janji kepada sang ibu berhasil menariknya kembali dari ambang kehancuran.