Historia - The Misty Kingdom

Hazsef
Chapter #9

Pencarian

[12:25 WIB] Base camp Rohan

Sudah sehari sejak Akasa menghilang. Namun bukan hanya dirinya, melainkan 3 orang yang lain pun juga dinyatakan hilang, sejak laporan pertama Chafik yang langsung turun menuju ke Base camp Rohan untuk mencari bantuan. Untungnya, Pak Wandra tidak beranjak dari area base camp, masih duduk santai sambil menikmati segelas kopi hitam dan beberapa set menu gorengan yang terdiri dari bakwan jagung, tempe mendoan, tempe gembus (menjes), singkong goreng, dan lain sejenisnya.

“P-pa-pak! Pak W-wandra!” teriak Chafik yang terlihat kegirangan melihat sosok Pak Wandra di salah satu warung yang tidak jauh dari pos tempat registrasi para pendaki.

“Loh, ada apa, Mas?” tanya Pak Wandra keheranan.

“I-i-it-itu, Pak! T-t-t-t-” jawab Chafik dengan terbata-bata, walau aslinya memang karena gagap bukan karena gugup. Tentu saja Pak Wandra pun bingung dengan sepatah dua kata yang terucap dari mulut Chafik, hingga beliau pun mulai menebak-nebak kata sesuai dengan inisial huruf yang bisa didengar.

“Hah? TT? Wah, parah! Gak boleh gitu, Mas! Mesum-mesum ntar saya laporin loh!” celetuk Pak Wandra yang salah mengira bahwa itu adalah airbag portable milik kaum hawa. Tentu saja, itu bukanlah apa yang Chafik maksudkan.

“B-b-b-bu-bukan ituu! T-t-t-tapi, t-t-t-” kata Chafik yang langsung memberikan klarifikasi bahwa itu bukanlah apa yang ia maksud. Tentu saja Pak Wandra mengetahuinya, hanya saja ia merasa kalau cukup menyenangkan sedikit menjahili Chafik yang dikenal memiliki logat bicara gagap. Kemudian, percakapan yang mulai terlihat seperti acara kuis tebak-tebakan pun dimulai.

“Oh … tempe? Ini ada banyak, Mas!” goda Pak Wandra yang kali ini menebak kata tempe sebagai jawaban yang ia anggap benar.

“B-b-b-bu-bukan! T-t-t-tapi, t-t-t-” jawab Chafik yang masih berusaha memberitahukan apa yang ingin ia sampaikan, namun kembali disahut oleh Pak Wandra.

“Tahu? Ini … ada tahu, bakwan juga ada!” sahut Pak Wandra sembari menawarkan beragam jenis gorengan yang telah disediakan di atas meja warung tempatnya menikmati waktu makan siang.

“A-a-aduh! B-b-b-bu-bukan itu! T-t-t-tapi ….” Ucap Chafik yang masih berusaha setengah mati untuk bicara. Mengetahui hal ini, Pak Wandra pun berinisiatif untuk mengajak Chafik masuk ke dalam warung.

“Sini, Mas! Duduk dulu! Nanti sudah tenang, baru ngomong.” Ajak Pak Wandra yang mempersilakan Chafik untuk duduk di sebelahnya, lalu menawarinya kopi hitam yang sudah agak hangat. Chafik pun menerima tawaran tersebut, lalu meminum kopinya sedikit demi sedikit hingga habis tinggal ampasnya.

“Sudah tenang?” tanya Pak Wandra dengan pembawaan yang tenang, mencoba meredakan sedikit kepanikan Chafik yang sejak awalnya sudah susah untuk bicara, kini jadi makin susah bicara, karena kombinasi luar biasa antara gagap dan gugup. Menanggapi hal ini, Chafik pun hanya mengangguk dan mencoba mengatur napasnya agar jadi lebih tenang.

“Sekarang saya tanya, ada perlu apa sampeyan datang menemui saya? Mukanya juga panik gitu ….” tanya Pak Wandra yang coba membuka pembicaraan.

“A-a-a-anu … t-t-t-tolong, Pak!” ucap Chafik yang kali ini akhirnya mulai bisa mengutarakan unek-uneknya.

“Tolong apa, Mas?” tanya Pak Wandra yang memperhatikan dengan cermat.

“I-i-itu … t-t-temen s-saya, Pak ….” Kata Chafik yang masih berbicara sepatah dua patah kata sambil gagap, namun untungnya poin pentingnya masih mampu untuk disampaikan.

“Temennya kenapa?” tanya Pak Wandra penasaran.

“H-h-hi-hilang, Pak!” jawab Chafik dengan mantap meski masih gagap.

“Hah? Hilang? Kok bisa hilang? Emang rombongan sampeyan ada di mana, Mas?” tanya Pak Wandra yang sontak merasa keheranan dengan jawaban yang diberikan oleh Chafik.

“I-i-itu, Pak! D-d-di Pos M-mata Air 1!” sambung Chafik menambahkan informasi sambil menunjuk ke arah jalur menuju ke area tempatnya berkemah. Mendengar hal ini, Pak Wandra pun langsung mengambil langkah cepat untuk membuat keputusan.

“Ya sudah, Mas-nya ikut saya! Sekarang Mas-nya bikin laporan kehilangan dulu di Pos Registrasi. Nanti begitu sudah selesai, kita langsung berangkat ke Pos Mata Air 1. Sementara Mas-nya buat laporan, saya mau panggil teman-teman saya yang lain. Sudah jelas?” tutur Pak Wandra memberikan instruksinya langsung kepada Chafik supaya pergerakan mereka jadi lebih efisien.

Lihat selengkapnya