Usai insiden duel mematikan dengan Enzi dan 2 komplotannya, Akasa duduk diam di sisi sebelah anak tangga yang terbuat dari batuan andesit berwarna keabu-abuan, sedang menanti sekiranya nasib seperti apa yang akan diterimanya setelah ini. Namun, tatkala pikirannya sedang diselimuti oleh beragam keraguan, tiba-tiba ia dikejutkan oleh suara gemerincing lonceng dan hentakan berirama yang terdengar seperti tapal kaki kuda.
Ketika Akasa melihat ke arah jalanan berkontur tanah yang diapit oleh pepohonan rimbun yang gelap, perlahan mulai terlihat sebuah kereta kencana yang ditarik oleh 2 ekor kuda putih berukuran besar, sedang berjalan mendekat dari kejauhan. Kemudian, ketika kereta itu berhenti tepat di hadapan Akasa, barulah muncul suara lirih dari arah belakang, diikuti oleh sosok wanita cantik jelita berkebaya hijau, sedang berjalan melewati Akasa yang sedang duduk melamun di sisi sebelah anak tangga.
“Ampun mlamun (jangan melamun)!” tegur sosok wanita berkebaya hijau yang ternyata adalah Sang Putri. Ia mengingatkan Akasa supaya tidak terlalu larut dalam dunianya sendiri. Akasa pun seketika tersadar dari lamunannya. Sorot mata yang sebelumnya diam tak bergerak, kini mulai mengikuti ke arah mana Sang Putri melangkah. Menyaksikannya berjalan dengan anggun menuju kereta kencana.
“Sampun kalanipun nentukaken nasibmu (sudah saatnya menentukan nasibmu).” Sambung Sang Putri menambahkan, sembari menoleh ke arah Akasa, lalu lanjut berjalan perlahan menuju kereta kencana tersebut.
Ketika Sang Putri sudah berjalan makin dekat, salah satu pintu keretanya tiba-tiba terbuka lebar dengan sendirinya, seolah seperti sedang menyambut kedatangan Sang Putri. Ia pun langsung masuk ke dalamnya dan duduk perlahan dengan begitu anggunnya. Barulah setelah itu, Sang Putri mulai melirik ke arah Akasa.
“Mangga (ayo) … lebeta (masuklah) …,” ajak Sang Putri sembari menjulurkan tangan kanannya ke arah tempat duduk yang ada di depannya. Berkata dengan nada lembut kepada Akasa yang sedari tadi hanya duduk diam dan menonton dari kejauhan.
“Lumebet (masuk) ...,” ajak kembali Sang Putri yang kali ini suaranya terasa seperti bergema di kepala Akasa, hingga membuatnya kebingungan.
“Lumebet (masuk)!” ucap Sang Putri yang kali ini ajakannya mulai terdengar seperti kalimat perintah. Sedetik kemudian, Akasa yang sebelumnya masih kebingungan di anak tangga tadi, kini tiba-tiba mendapati dirinya sudah berada di dalam kereta kencana, duduk tepat di hadapan Sang Putri yang sedari tadi memanggilnya.
“Sae (bagus)!” kata Sang Putri sambil sedikit tersenyum ke arah Akasa, yang kini jadi tambah kebingungan atas kejadian tidak masuk akal yang baru saja dialaminya. Sungguh di luar nalar pikirnya, karena ia baru saja mengalami apa yang orang sebut-sebut sebagai fenomena teleportasi.
Setelahnya, pintu kereta pun kembali tertutup dengan sendirinya. Lalu, kedua kuda putih besar itu mulai mengeluarkan suara memekik, sebelum akhirnya menapakkan kaki-kakinya dan menarik kereta kencana tersebut.
Namun, karena ini adalah dunia yang berbeda, tentu saja ada saja hal yang tidak biasa, contohnya kereta kuda yang sedang dinaiki oleh Akasa saat ini. Alih-alih mengalami guncangan ketika melewati kontur jalanan tanah yang tidak rata, kereta kencana yang dikendarai oleh Sang Putri justru melaju dengan sangat mulus.
Bahkan, goncangan dari pergerakan kedua kuda yang menarik kereta kencana tersebut pun tidak terasa, seolah-olah kuda-kuda itu berlari tanpa menapak tanah, walaupun suara tapak kakinya tetap terdengar sangat jelas. Melaju dengan cukup kencang dan tanpa hambatan. Menerobos gelapnya hutan yang masih diselimuti oleh kabut tebal. Tak menyisakan pemandangan apapun selain bayangan pepohonan yang terlihat samar dari luar jendela.
[17:15 WIB] Suatu Hutan Belantara
Sangat kontras dengan suasana malam yang sedang menyelimuti Akasa, sinar matahari masih menaungi Tim C yang berisikan Pak Wandra, Pak Kumar, Raffy, Ezra dan Chafik berada. Kali ini, mereka mulai membuka camilan sambil berdiskusi tentang langkah apa yang akan mereka ambil selanjutnya.