Historia - The Misty Kingdom

Hazsef
Chapter #13

Kerajaan Orion

Akasa sedang menjumpai persimpangan takdirnya di gerbang masuk Kerajaan Ardana. Sementara itu, sebuah kekuatan jahat yang bersemayam di suatu sudut benua, sedang menajamkan taringnya dan mengintai dari balik bayang-bayang. Tepatnya di sebelah barat laut Kerajaan Ardana, yakni sebuah tempat gersang yang banyak ditumbuhi oleh pepohonan tua yang sudah mati. Kebanyakan sudah hangus terbakar hingga menjadikannya berwarna hitam seperti arang.

Lebih jauh lagi, ada sungai-sungai yang berwarna merah menyala, mengeluarkan asap dan hawa panas yang mampu melelehkan segalanya. Ya, itu adalah aliran lava pijar dari sebuah gunung yang bernama “Gunung Prama”, atau yang konon disebut sebagai ‘gunung penghabisan’, karena selalu aktif memuntahkan apa yang ada di dalamnya, serta mengeluarkan asap abu hitam tebal yang menjulang tinggi ke langit. Menutupi cahaya matahari dan menghiasi langit yang seperti malam dengan kilatan cahaya petir merah yang senantiasa menyambar antara 5-10x pada tiap menitnya.

Namun, bukan hanya di situ letak bahayanya. Tepat di kaki Gunung Prama, terdapat sebuah istana yang pondasinya berasal dari pohon tua berumur ribuan tahun yang telah mati. Ranting-rantingnya telah mengering, semua batangnya telah berwarna kehitaman. Sementara di sekelilingnya, dipenuhi oleh akar mawar hitam yang berduri tajam, serta tebing-tebing yang curam dan bebatuan yang tajam.

Selain panas dan gersang, tanahnya juga mengeluarkan gas belerang bercampur bangkai-bangkai hewan dari rawa-rawa sehingga mengeluarkan aroma yang sangat busuk dan bisa mengganggu pernapasan jika terhirup cukup banyak. Lalu, ada pula segala jenis makhluk menyeramkan yang berkeliaran dan kebanyakan berwujud setengah manusia setengah hewan, atau sebut saja “siluman”. 

Mereka memiliki sistem kasta dan susunan yang mirip seperti kerajaan, dan di sanalah, seorang ratu yang konon memiliki kekuatan ilmu hitam yang tak tertandingi berada. Berkuasa selama berabad-abad lamanya dan berdiri di puncak dari segala yang bersemayam di tempat itu. Ratu tersebut memiliki banyak punggawa yang tersebar di seluruh benua. Masing-masing dari mereka memiliki kesaktian yang tidak bisa dianggap remeh dan memiliki tugas tersendiri.

Salah satu di antara punggawa Sang Ratu, memiliki kemampuan untuk berubah menjadi kelelawar dan bertugas untuk mengintai apapun yang berada di wilayah kerajaan bagian timur hingga selatan. Pada waktu yang lalu, sosok ini juga menggunakan kesempatan untuk mengintai ke dunia manusia ketika tabir dimensi sedang mengalami penyusutan. Konsep ini mirip seperti pasang surut air laut.

Ketika sedang pasang, maka mustahil untuk menyeberang karena ganasnya ombak yang datang menerjang. Namun ketika sedang surut, maka air laut akan mengalami penyusutan, sehingga kita bisa berjalan-jalan lumayan jauh dengan aman dan nyaman seperti sedang bermain di daratan.

Demikianlah bagaimana cara punggawa Sang Ratu dapat menyeberang dengan aman ke dunia manusia. Karena pada dasarnya, perbedaan dimensi ini ibarat kita menyelam ke dalam laut, sehingga butuh banyak persiapan dan tenaga ekstra untuk dapat menyelam lebih dalam. Kecuali bagi mereka yang cukup kuat untuk menahan napas dalam waktu yang lama. Tentu tidak semua orang dapat melakukannya.

Namun, kebetulan beberapa waktu yang lalu, tabir dimensi sedang mengalami penyusutan, sehingga salah satu punggawa Sang Ratu dapat mengintai ke dunia manusia. Lalu saat ini, ia sedang kembali menuju ke istana Sang Ratu yang berada di bawah kaki Gunung Prama, memakai wujud ribuan kelelawar yang terbang bergerombol. Setibanya di sana, ia pun berubah kembali ke bentuk manusia dan mengucapkan salam pada Sang Ratu.

“Salam, Kanjeng Ratu Lusila! Sang Panguwaos Kenalendran Agung Orion (Sang Penguasa Kerajaan Agung Orion)!” kata siluman kelelawar yang kini merubah wujudnya menjadi sosok bapak-bapak yang menggunakan pakaian surjan khas Jawa dan memegang tongkat kayu. Ia mengucapkan salam sekaligus mengagungkan sosok yang menjadi penguasa tertinggi di kerajaan tersebut.

“Lowo, kah? Piye kabar menungso sing mok maksud kui? Wis ketangkep? (Bagaimana kabar manusia yang kau maksudkan itu? Sudah tertangkap?)” ucap Sang Ratu Orion, yakni Ratu Lusila, sedang duduk santai di singgasananya sambil memandang ke arah salah satu pengikut setianya yang ternyata bernama Lowo.

Sosok Ratu Lusila yang misterius, berbalutkan oleh kegelapan yang pekat, hanya menyisakan siluet hitam dari bagian perut hingga ke atas kepala. Namun, sorot matanya yang merah menyala masih mampu memberikan aura intimidasi yang dapat membuat siapapun merinding dibuatnya.

Pangapunten (mohon maaf)! Dereng (belum), Kanjeng Ratu!” jawab Lowo dengan penuh penyesalan. Kedua tangannya dirapatkan, kepalanya ditundukkan, berharap bahwa Ratu Lusila masih berkenan memberinya kesempatan kedua.

Napa durung (kenapa belum)? Wis bosen urip we (sudah bosan hidup kamu)?” tanya Ratu Lusila dengan nada ketus, matanya menatap sinis, menyebabkan Lowo seketika bergidik ketakutan. Salah sedikit saja, dapat menyebabkan nyawanya melayang.

Lihat selengkapnya