Historia - The Misty Kingdom

Hazsef
Chapter #15

Kilas Balik

Pengakuan mengejutkan dari Akasa, sontak membuat semua yang hadir di aula istana merasa tercengang. Tak terkecuali oleh Sang Putri yang membawa Akasa ke kerajaan, atau bahkan Sang Ratu itu sendiri, sebagai Sang Penguasa Agung dari Kerajaan Ardana.

“Ibu, Akasa udah-” kata Akasa yang seakan tidak percaya melihat sosok Sang Ratu yang parasnya sangat mirip dengan ibunya.

Kulo sanes ibumu (aku bukan ibumu)!” sela Sang Ratu yang langsung memotong pembicaraan dengan tegas, supaya suasananya tidak menjadi semakin runyam. Setelah itu, Akasa pun terdiam. Tampaknya, kini ia mulai sadar, bahwa sosok yang sedang dilihatnya saat ini, memang benar bukan ibunya.

Pangampunten, kadosipun kula klentu ningal (maaf, sepertinya saya salah lihat)!” ucap Akasa sembari agak menundukkan kepalanya kepada Sang Ratu. Tampak ada sedikit rasa sesal di wajahnya. Meskipun, itu bukan ditujukan untuk Sang Ratu, melainkan untuk dirinya sendiri.

Lalu, Sang Ratu yang merasa janggal, samar-samar menangkap sinyal yang aneh dari tingkah laku Akasa. Bagaimana cara dia memandang seorang penguasa yang agung, sangat berbeda dari kebanyakan orang pada umumnya. Seolah, mereka sudah begitu lama saling mengenal. Tentu saja, Sang Ratu pun mulai merasa tidak nyaman, lalu coba untuk menerawang isi hati Akasa, seperti yang ia lakukan pada Sang Putri.

Hmm, punapa kulo rumaosaken kegundahan ing manahmu (kenapa aku merasakan kegundahan di hatimu), Nak?” tanya Sang Ratu penasaran, namun Akasa hanya diam, bahkan tak menatap balik Sang Ratu.

“Napa ingkang sampeyan sembunyikan (apa yang kau sembunyikan)?” lanjut Sang Ratu kembali bertanya, perihal apa yang sebenarnya disembunyikan oleh Akasa yang masih tampak melamun. Mengetahui ada yang tidak beres, salah satu dari dua penasehat Sang Ratu, mulai merasa khawatir dan mempertanyakan perihal identitas Akasa yang tidak jelas.

Pangapunten (mohon maaf), Kanjeng Ratu! Punapa mbok menawi panjenenganipun menika estu dede tinggal-tinggal (apa mungkin dia ini sungguh bukan mata-mata)?” tanya salah satu penasihat yang berdiri di sisi kiri Sang Ratu dengan nada khawatir. Sementara penasehat di sisi kanan Sang Ratu masih diam, menonton keadaan. Namun tampaknya, Sang Ratu tak menghiraukan peringatan dari penasihatnya tersebut, lalu mulai beranjak dari singgasananya dan berjalan mendekati Akasa.

Tinggal-tinggal utawi boten, mangga kita sedaya ningal keleresipun (mata-mata atau tidak, mari kita lihat kebenarannya).” Jawab Sang Ratu yang tak gentar dengan peringatan penasehatnya. Kemudian, ketika beliau sudah berada tepat di hadapan Akasa, Sang Ratu pun langsung meraih dagu Akasa dan mendongakkan sedikit kepalanya, hingga pandangan di antara keduanya bertemu.

“Nak … mriksa mriki (lihat kemari)!” pinta Sang Ratu sembari menatap dalam-dalam ke mata Akasa. Lalu, beberapa detik setelahnya, semesta pun seakan memanjang, seperti sedang mengalami percepatan dengan satu titik gelap di tengah yang menjadi inti, sebelum akhirnya menyerap seluruh cahaya ke dalamnya dan menjadikan sekeliling menjadi gelap gulita.

 Ya, Sang Ratu akhirnya menggunakan sedikit kemampuan magisnya, untuk melihat kilas balik kehidupan Akasa melalui sorot mata mereka yang kini saling berhadapan. Sedetik kemudian, tergambar jelas peristiwa yang seperti sedang menonton adegan reverse (terbalik), hanya saja tidak ada pembatas atau frame seperti dalam film.

Semuanya terjadi selayaknya sedang berjalan di taman seperti biasa, namun dengan semua pergerakan yang bergerak mundur kecuali Sang Ratu. Bisa dibilang, beliau sedang berjalan ke masa lalu.

Adegan demi adegan pun muncul, mulai dari garis waktu sejak Akasa bertemu dengan Sang Ratu, hingga pada momen ketika Akasa pertama kali bertemu dengan Sang Putri di Danau Taman Hidup. Tampak jelas bahwa Akasa hanya seperti bocah polos yang tersesat dan tidak tahu arah jalan pulang.

Sebenarnya, dari sini Sang Ratu sudah bisa menghentikan kekuatannya, karena sudah yakin bahwa Akasa bukanlah ancaman. Namun ada beberapa hal yang justru mulai mengganjal pikirannya.

Pertama, bagaimana Akasa bisa mencabut pedang yang diberikan oleh Putri Dewi yang ternyata sangat keramat. Konon, siapa pun yang sembarangan mencabutnya, maka dapat tersengat oleh semacam medan listrik yang sangat kuat. Bahkan, ada yang tubuhnya sampai hangus terbakar, atau yang paling umum, tubuhnya bisa terpental cukup jauh dari pedang itu. Jika diukur, mungkin kekuatannya akan setara antara satu hingga tiga perempat dari daya sambaran petir yang bisa mencapai 100 juta volt, tergantung seberapa kuat pedang itu menolak penggunanya

Kedua, hal apa yang menyebabkan konflik antara Akasa dan geng Enzi. Bagaimana Akasa bisa begitu dibenci bahkan sampai membuat mereka (geng Enzi) tak berpikir dua kali untuk menghabisi Akasa. Lalu terakhir, adalah hal paling membuatnya terganggu, yakni tatkala Akasa salah mengira dirinya sebagai sosok ibunya, ketika mereka berdua bahkan baru saja bertemu. Tentu saja, hal ini sangat membuat Sang Ratu penasaran.

Setelah itu, Sang Ratu kembali memutar waktu lebih jauh. Lalu, terjawablah sudah asal usul bagaimana Akasa bisa berkonflik dengan grup Enzi. Mengatasnamakan semua tindakannya sebagai canda gurau, Enzi seringkali bertindak melampaui batas, hingga ia tak sadar bahwa apa yang ia lakukan sudah termasuk tindakan bullying atau perundungan.

Ketika candaannya tidak diterima dengan baik, Enzi akan menganggap bahwa objek candaannya berhati lemah dan sensitif. Sementara ketika candaannya mengakibatkan lawan bicaranya emosi, maka ia akan berganti peran sebagai korban yang tidak tahu apa-apa. Kemudian lanjut melakukan tindak kekerasan dibantu oleh Danindra dan Noviyanto.

Pada sisi yang lain, Akasa lebih suka menghindari masalah. Seringkali ia tak menghiraukan tindakan Enzi yang sebenarnya lebih cocok disebut provokasi ketimbang candaan. Namun, tampaknya Enzi adalah tipikal orang yang tidak akan berhenti sebelum apa yang dikehendakinya terpenuhi. Maka dari itu, sudah jelas konflik tak dapat dihindari.

Akasa seringkali babak belur dibuatnya, bukan karena ia takut, melainkan sedang menahan diri. Baru setelah Enzi mulai membawa-bawa nama ibunya dalam candaannya, Akasa mulai melakukan perlawanan. Sang Ratu pun akhirnya mulai memahami, bagaimana karakteristik dan cara berpikir dari Akasa. Namun bukannya puas, Sang Ratu malah makin penasaran. Kenapa Akasa begitu emosional ketika disinggung perkara ibunya.

Lihat selengkapnya