Historia - The Misty Kingdom

Hazsef
Chapter #17

Janji

Kilas balik masa lalu Akasa, membuat Sang Ratu larut dalam kesedihan. Air mata yang tadinya masih mengalir, kini mulai mengucur makin deras. Kemudian, sebelum beliau sempat menetralisir perasaannya, tiba-tiba realitas kembali berguncang untuk yang ketiga kalinya, bahkan tanpa campur tangan Sang Ratu.

Setelah itu, adegan pun mulai berganti ke sebuah rumah sakit. Tampak di sana, ada Akasa yang sudah tampak dewasa, sedang menemani ibunya yang kala itu terbaring lemas di tempat tidur.

“Ibu tau nggak, tadi di jalan mau ke sini, Akasa liat ada mbak-mbak cantik jualan roti tawar. Mbak-nya bilang Rp 15.000 dapet 2 bungkus. Tapi pas Akasa coba tawar Rp 5.000 dapet 2 … eh, Akasa malah dilempar sendal sama Mbak-nya. Aneh kan?” ujar Akasa yang menceritakan pengalaman uniknya ketika ia dalam perjalanan ke rumah sakit dengan raut wajah yang tampak senang.

“Anak Ibu …, masih aja bandel!” kata Sang Ibu sambil tersenyum dalam posisi rebahan di tempat tidur pasien. Bukannya marah, Sang Ibu sepertinya malah tampak senang mengetahui bahwa keusilan Akasa masih sama saja seperti biasanya, yang berarti bahwa anaknya baik-baik saja. Namun sayangnya, nasib Sang Ibu justru akan berjalan sebaliknya.

“Nak, kamu masih ingat janji kamu sama Ibu?” tanya Sang Ibu yang secara tiba-tiba meraih tangan anaknya, lalu mulai mengganti topik pembicaraan dengan nada yang lembut namun tampak serius.

“Iya, Bu! Akasa inget!” jawab Akasa dengan mantap.

“Masih ingat tiga prinsip yang Ibu pesan?” lanjut Sang Ibu bertanya dengan lebih serius, hingga membuat suasana yang tadinya ringan, kini menjadi sedikit intens.

“Masih, Bu!” jawab Akasa dengan mata yang mulai menatap sayu ke arah ibunya.

“Mau apapun yang terjadi nanti, jangan pernah lupa dua hal tadi, ya!” sambung Sang Ibu yang coba mengingatkan anaknya akan semua nasihatnya di masa lalu. Kemudian mulai mengelus wajah anaknya dengan lebih lembut dan tatapan yang dalam seolah penuh makna. Mendengar hal ini, mata Akasa pun perlahan mulai berkaca-kaca.

“I-iya, Bu! Akasa gak bakal lupa.” Ucap Akasa yang berusaha tetap tegar mendengar ucapan ibunya yang kesannya seperti mencoba memberikan wasiat daripada nasehat.

“Bagus! Ibu bisa tidur tenang sekarang.” Kata ibu Akasa yang tampak lega sembari memejamkan matanya sejenak. Sebelum akhirnya, beliau mulai mengarahkan pandangannya ke arah Raffy yang kala itu sedang berdiri di samping kiri Akasa.

“Nak Raffy … titip Akasa, ya! Selama Ibu tidur, kalo nanti dia bandel, jitak aja palanya.” Ujar ibu Akasa dengan senyum yang hangat, berusaha memberikan kata-kata terakhirnya dan meminta Raffy untuk tidak meninggalkan Akasa yang sudah menjadi teman bermainnya, bahkan sejak mereka berdua masih belum bisa berjalan.

“I-iya, Tante! Nanti bakal Raffy jitak sampek benjol!” jawab Raffy yang matanya juga tampak berkaca-kaca menahan tangis, meskipun pada saat itu ia berusaha memaksakan dirinya untuk tetap tersenyum. Mendengar hal ini, ibu Akasa pun terlihat sangat lega dan bersyukur bahwa anaknya memiliki teman seperti Raffy.

Lihat selengkapnya