Historia - The Misty Kingdom

Hazsef
Chapter #19

Pertemuan

[19:25 WIB] Aula Base Camp, Desa Rohan

Para petinggi dari Desa Rohan, perwakilan tim pencari dan evakuasi, beserta pihak kerabat dari para pendaki yang sebelumnya telah dinyatakan hilang, akhirnya mulai berkumpul dan mengadakan rapat bersama. Mereka akan membahas topik tentang belasan pendaki dan 2 orang ranger yang hilang di tengah dekapan kabut Gunung Vamana. Menimbulkan beragam spekulasi dan kecemasan dari berbagai macam pihak, khususnya kerabat dari para korban.

Rapat tersebut kabarnya baru akan dimulai setelah semua yang berkepentingan atau yang mewakili, telah hadir di lokasi. Lalu, sekitar pukul 8 malam, rapat pun akhirnya digelar di aula base camp yang juga menjadi aula desa ada di Desa Rohan. Sedikitnya, sekitar 40-an orang hadir pada rapat tersebut. Sementara puluhan wartawan yang hendak meliput, tidak diperbolehkan masuk dan dipersilakan menunggu di depan aula desa hingga rapat tersebut selesai digelar.

“Selamat malam, bapak-bapak dan ibu-ibu sekalian! Saya ucapkan, selamat datang di Desa Rohan! Setelah ini, kita langsung saja menggelar rapat tertutup perihal kasus hilangnya para pendaki dan 2 orang tim pencari dari desa kami. Karena saat ini, setiap detiknya akan sangat berharga untuk dilewatan.” Kata Kepala Desa Rohan memberikan sedikit sambutan kepada para hadirin.

“Pertama-tama, saya ucapkan mohon maaf yang sebesar-besarnya, karena hingga sampai saat ini, kami masih belum menemukan satu pun jejak dari para pendaki lain yang hilang di Gunung Vamana.” Ujar Pak Kades meminta maaf dan memohon pengertian dari para kerabat dan keluarga korban.

“Pak, terus gimana nasib anak-anak kami, Pak? Ini udah hampir dua minggu, tapi kok belum ada kejelasan apa pun?” tanya seorang bapak-bapak dari audiens.

“Bapak, dimohon tenang dulu ya! Itulah alasan kami semua mengumpulkan para wali dan kerabat korban, maupun perwakilan dari berbagai tim pencari yang terlibat. Dan saya bisa katakan, bahwa saat ini, beberapa dari mereka dipastikan masih hidup!” kata Pak Kades membacakan hasil investigasi dari para tim SAR dan relawan yang turut melakukan proses pencarian dan evakuasi dalam 2 minggu terakhir.

“Puji Tuhan!” ucap para audiens yang bersyukur mendengar kabar baik yang seperti angin segar tersebut. Ada pula yang mengucap kalimat serupa dengan bahasa yang berbeda.

“Alhamdulillah!” demikian para audiens mengucap rasa syukur yang biasanya dilakukan oleh para kaum muslim. Namun, jelas mereka belum boleh berpuas diri, karena itu semua baru pembukaannya saja.

“Eh, sebentar, Pak? Beberapa dari mereka? Maksudnya, Pak? Apa ada yang meninggal?” tanya seorang ibu-ibu yang tampaknya baru menyadari satu kejanggalan dari pernyataan yang baru saja disampaikan oleh Pak Kades.

“Ya, itu benar, Bu! Beberapa dari mereka ... ada yang kami temukan jasadnya di dalam jurang. Sementara sisanya, masih dinyatakan hilang.” Tutur Pak Kades menjelaskan hasil temuannya yang cukup mencengangkan.

“S-siapa, Pak? Siapa saja yang meninggal itu?” tanya ibu-ibu tadi penasaran.

“Laki apa perempuan, Pak?” tanya audiens lain yang mulai tidak sabaran.

“Bapak dan ibu sekalian, mohon bersabar ya! Saya akan bacakan hasil laporan kami yang sampai saat ini masih bersifat rahasia, karena jasadnya baru kami evakuasi kemarin sore dan baru menyelesaikan proses pengecekan tadi siang!” jawab Pak Kades yang coba menenangkan atensi dari para audiens yang mulai tak terkendali, sebelum akhirnya kembali membacakan hasil temuan dari para tim SAR dan relawan yang bertugas.

“Berikut hasil dari temuan kami saat ini, identitas dari jasad 3 orang korban yang kami temukan, mereka diketahui adalah para pendaki dari Kota Bain, masing-masing atas nama almarhum dari saudara Daiva Enzi (20 tahun), Danindra (21 tahun), dan Noviyanto (20 tahun). Sekali lagi, Saya, sebagai Kepala Desa, dan kami selaku petugas dari Base camp Rohan, turut berbela sungkawa atas musibah yang menimpa para korban.” Demikian Pak Kades membeberkan nama-nama korban MD (meninggal dunia) sembari turut berdukacita terhadap pihak kerabat mereka yang ditinggalkan.

“Enziii!!!” teriak seorang bapak-bapak yang berpakaian rapi dengan topi kulit koboi yang berwarna coklat, sedang menangis histeris begitu mendengar nama Enzi. Tampaknya, ia adalah sosok ayah dari Enzi. Tak luput pula sosok wanita di sampingnya yang juga turut menangis histeris, menanggapi berita kematian anaknya. Ya, itu adalah sosok ibunya.

Namun, tidak hanya orang tua Enzi, pihak keluarga dari Danindra dan Noviyanto pun tak luput dari kesedihan. Masing-masing dari mereka, tak henti-hentinya meneriakkan nama “Indra …!” dan “Yanto …!”, yang juga menjadi korban MD dalam musibah memilukan tersebut.

Lihat selengkapnya