[18:25] Penjara Benteng sisi Timur Kerajaan Orion
Ratu Lusila akhirnya mendatangi benteng timur yang berbatasan dengan Kerajaan Orion dan Ardana. Beliau ingin mengecek langsung para sandera yang pernah dilaporkan Lowo padanya ketika berada di istana. Kemudian, mengetahui kehadiran Sang Ratu Orion di benteng yang ia jaga, Lowo pun langsung bergegas menghadap Ratu Lusila dan menyapanya.
“Salam, Kanjeng Ratu Lusila!” sapa Lowo dengan sopan.
“Lowo, kah? Onok kabar opo tekan wetan (ada kabar apa dari timur)?” tanya Ratu Lusila penasaran.
“Kami sampun mantau ngantos wilayah kidul, sayangipun dereng wonten tanda-tanda saking pasukan Kenalendran Ardana ingkang kemriksa (kami sudah menyusuri hingga ke wilayah selatan, namun belum ada tanda-tanda dari pasukan Kerajaan Ardana yang terlihat),” jawab Lowo memberikan laporannya dengan rinci.
“Hmm ... nek para tawanan kae (lalu bagaimana dengan para tawanan yang kau singgung sebelumnya)?” lanjut Ratu Lusila bertanya.
“Wonten teng sel andhap bantala (ada di sel bawah tanah), Kanjeng Ratu!” jawab Lowo dengan mantap sembari menundukkan kepalanya. Mendengar jawaban itu, Ratu Lusila pun lega. Lalu mulai tak sabar untuk segera melihat para manusia yang berhasil ditawan oleh bawahannya.
“Terna aku mrunu (antarkan aku ke sana)!” perintah Ratu Lusila singkat.
“Nggih (baik), Kanjeng Ratu! Sisih mriki (di sebelah sini) ….” Angguk Lowo menyanggupi permintaan Ratu Lusila, lalu mulai mengantarkan Sang Penguasa Kerajaan Orion menuju ke tempat mereka menahan Raffy dan teman-temannya.
Sementara itu, di dalam sel penjara bawah tanah, rombongan Raffy beserta Pak Kumar dan Pak Wandra, sedang serius mendiskusikan bagaimana langkah mereka ke depannya. Namun di tengah perbincangan, tiba-tiba mereka dikejutkan oleh kemunculan satu makhluk yang menyeramkan.
Sosoknya tinggi besar, berbulu hitam dan bermata merah, serta memiliki sepasang tanduk yang agak melengkung. Kakinya tidak seperti kaki manusia, melainkan seperti kaki kambing, dengan kepalanya yang menyerupai kepala sapi, sedang membawa kapak yang berlumuran darah di tangan kirinya.
“KYAAAA!!!” teriak para wanita histeris. Jelas mereka sangat terkejut dan ketakutan atas kedatangan tamu yang tak diundang tersebut. Sementara yang lain, juga tak kalah terkejutnya.
“Whoa?! Apaan tuh?!” tanya Ezra yang tampak kebingungan dan panik. Membuat mereka semua secara reflek mulai menjauh dari pintu sel dan menepi ke sisi tembok. Sementara Pak Wandra langsung memposisikan diri paling depan, seolah sedang menghalau makhluk itu dan melindungi yang lain.
Meski begitu, Pak Kumar tidak demikian. Ia ternyata memiliki ketakutan tersendiri jika itu menyangkut soal hantu atau hal-hal yang menyeramkan. Sungguh suatu hal yang tidak diduga dari seorang penjaga hutan. Karena sebab inilah, Pak Kumar seringkali dijahili oleh para ranger yang lain sebagai hiburan di kala waktu senggang.
Namun, tentu pengalaman pada hari itu dan di waktu sekarang tidaklah sama. Jelas tidak bisa dibandingkan. Bagaimana teror yang sebelumnya hanya terasa samar-samar, atau bahkan hanya suara-suara yang terdengar tidak jelas, kini terwujud sempurna secara nyata. Terpampang jelas di hadapan mereka.