Historia - The Misty Kingdom

Hazsef
Chapter #26

Kecemburuan

[Hari ke-2] Lapangan latihan, Kerajaan Ardana

Ini adalah hari kedua Akasa menjalani pelatihannya bersama gurunya. Setelah melakukan pemanasan selama kurang lebih 30 menit, Akasa kemudian disuruh Balin untuk berlari keliling lapangan latihan hingga mencapai 10 kali putaran.

Untuk orang dengan fisik yang pas-pasan, tentu saja Akasa tidak langsung menyelesaikan semuanya begitu saja dalam sekali jalan. Namun ia mencicil sedikit demi sedikit, sambil sesekali berjalan sejenak hingga mencapai 10 putaran mengelilingi lapangan berumput yang luasnya sebesar stadion sepakbola.

Nggihpun (baiklah)! Ngaso sekedhap (istirahat sejenak)!” ucap Balin setelah Akasa telah berhasil menyelesaikan lari 10 putaran.

“Hah … hah … pun (sudah) … hah … boten kiyat (tidak kuat lagi) ….” Ucap Akasa dengan napas yang terengah-engah lalu mulai menumbangkan tubuhnya dan merebahkannya tepat di bawah bayangan pohon sekitar.

Ampun ngeluh (jangan mengeluh)! Niki sedaya namung salah satunggale saka proses (ini semua hanya salah satu bagian dari proses).” Balas Balin yang coba menyemangati Akasa yang sudah tampak tepar setengah mati dengan badan penuh keringat dan napas terengah-engah akibat kelelahan.

“Hah … kula kinten … kita naming betah … ngumiyat badan. Napa mlajar … ugi kunjukan … saking bela salira (saya kira … kita cuma perlu … menguatkan tubuh. Apa lari … juga bagian … dari bela diri)?” kata Akasa yang sedang berusaha setengah mati melakukan percakapan dengan gurunya, lalu mulai mempertanyakan program pelatihannya.

Tentu kemawon! Menawi staminamu tirah kumiyat, mila sampeyan saged nandhing tirah dangu. Vitalitas ugi ngrupikaken kunjukan wigati lebet bela salira (tentu saja! Jika staminamu lebih kuat, maka kau bisa bertarung lebih lama. Vitalitas juga merupakan bagian penting dalam bela diri).” Jawab Balin dengan penuh semangat.

“Guru … kula taksih boten faham (saya masih tidak mengerti).” Kata Akasa dengan raut wajah yang masih tampak bingung.

Ing kasusmu, tergantung situasi, sampeyan saged milih ngejar mengsah utawi mlajar sakingipun. Napa sampeyan sampun faham kaliyan sae (dalam kasusmu, tergantung situasinya, kau bisa memilih untuk mengejar musuh atau melarikan diri darinya. Apa kau sudah memahaminya dengan baik)?” lanjut Balin yang kini coba menjelaskan dengan sesederhana mungkin supaya Akasa dapat memahaminya dengan lebih mudah.

Nggih, kadosipun ngubanggikaken (ya, terdengar menjanjikan)!” balas Akasa singkat.

Nggihpun, menawi sampun ngaso, lekas gigah lan mindhak gangsal puteran (baiklah, kalau kau sudah selesai beristirahat, segera bangun dan tambah lima putaran)!” lanjut Balin memberikan perintahnya.

Nggih (ya), Guru! Nanging saksampune (tapi setelah) … ngaso (beristirahat) … sakedhap (sejenak) ….” Kata Akasa yang makin lama kesadarannya makin memudar, sebelum akhirnya tertidur pulas karena kelelahan. Mengetahui hal ini, Balin pun akhirnya mengambil keputusan untuk menunda pelatihannya sejenak.

Kadosipun latiane kita tunda kemawon (sepertinya latihannya kita tunda saja untuk sementara waktu).” Ucap Balin yang akhirnya memutuskan untuk membiarkan muridnya beristirahat sejenak. Sebab menurutnya, segala sesuatu yang dilakukan secara berlebihan, maka hasilnya hampir selalu berakhir dengan tidak baik.

Matahari mulai terasa semakin menyengat. Akasa pun masih tertidur di atas tanah berumput yang dinaungi oleh bayangan dari pohon yang rindang. Tampak ia kelelahan setelah seharian melatih kebugaran fisiknya. Kemudian, ia pun tertidur pulas di sana.

Tak berapa lama kemudian, Sang Ratu pun datang dan menyaksikan Akasa yang sedang tertidur di bawah pohon, lalu perlahan beliau berjalan mendatanginya.

“Balin.” Sapa Ratu Zafia dengan ramah.

“Salam, Kanjeng Ratu!” balas Balin dengan sopan.

Lihat selengkapnya