Kecemburuannya yang tidak terduga kepada Akasa, membuat Sang Putri merasa sedih. Sudah sangat lama waktu berlalu, hingga ia kembali merasakan perasaan yang tidak menyenangkan itu. Namun, jauh di lubuk hatinya yang terdalam, anehnya Sang Putri justru merasa nostalgia. Seolah ada satu kenangan lama yang tak sengaja mencuat kembali ke permukaan. Membuat karakter Sang Putri yang dikenal sangat dingin dan tegas, kini menjadi seperti anak gadis yang sedang merajuk.
Tentu, Sang Putri pun menyadari perubahan pada dirinya. Namun, ia tak tahu bagaimana harus mengatasi perasaan itu dari dalam hatinya. Ya, tampaknya, Sang Putri sedang bingung. Pada setiap langkah yang ia ambil, kebingungan itu malah tumbuh makin besar, hingga pada akhirnya, mulai memunculkan rasa penasaran yang mendalam di benak Sang Putri.
Sebenarnya, siapakah sosok Akasa, yang tak sengaja ia temui di tepian danau berkabut. Bagaimana latar belakangnya, sehingga ia mampu menarik bilah Pedang Lavaana sekaligus perhatian Sang Ratu dengan begitu mudahnya. Kemudian, ketika semua misteri itu mulai memenuhi pikirannya, barulah di saat itu, Sang Putri teringat akan salah satu pusaka yang memiliki kemampuan unik untuk melihat ke masa lalu.
Pusaka itu berbentuk seperti bola kaca, yang mana bagian dalamnya memiliki semacam pattern atau pola yang berbentuk seperti pusaran angin. Pusaka ini dibuat oleh seorang penyihir 4 elemen yang menjadi salah satu legenda paling berpengaruh sepanjang sejarah di Benua Arsyanendra. Orang-orang menyebut bola kaca itu sebagai “Bola Pandulu”, atau dalam artian lain bermakna “Bola Penglihatan”.
Konon, Bola Pandulu itu memiliki kemampuan magis yang membuat penggunanya mampu melihat peristiwa di masa lalu secara detail, melalui perantara media yang ingin dijadikan sebagai objek penglihatan, bahkan jika jejak medianya hanya berupa sehelai rambut.
Karena potensi kekuatan yang sangat besar inilah, tiap-tiap kerajaan yang memiliki 1 buah Bola Pandulu, menjaga pusaka ini dengan sangat ketat di ruang harta istana kerajaan masing-masing, termasuk Kerajaan Ardana. Hanya orang-orang tertentu yang diperbolehkan untuk melihatnya, seperti anggota keluarga kerajaan misalnya.
Tentu saja, sebagai putri semata wayang Ratu Zafia, Sang Putri Dewi memiliki akses langsung ke ruang harta istana kerajaan. Sang Putri hendak menggunakan privilese atau hak istimewanya untuk memasuki tempat tersebut dan mengambil Bola Pandulu, lalu menggunakannya untuk mencari tahu hal-hal apa saja yang mungkin bisa menjadi kelemahannya Akasa.
Kemudian pada malam harinya, Sang Putri pun langsung menyelinap ke kamar Akasa yang kala itu sedang tertidur pulas. Tampaknya, ia serius ingin mengeksekusi rencananya menggunakan kekuatan magis dari Bola Pandulu, guna mengintip masa lalu Akasa.
Sang Putri kemudian memegang Bola Pendulu pada tangan kirinya, seraya memegang dahi Akasa dengan tangan kanannya, lalu perlahan mulai mengumpulkan fokus dan memejamkan kedua matanya guna mengeluarkan kekuatan magis dari Bola Pandulu.
Tak berapa lama setelahnya, semesta pun serasa bergetar. Secara bertahap mulai menyusut menuju ke satu titik kecil dalam kegelapan, sebelum akhirnya memancarkan kilauan cahaya yang cukup terang. Lalu, ketika getarannya mulai tenang, Sang Putri pun perlahan membuka mata, kemudian mendapati dirinya kini sudah berada di sebuah rumah sederhana yang memiliki ruang tamu dan ruang keluarga, yang mana posisinya berdekatan dengan meja makan. Ya, Sang Putri akhirnya sampai di kediaman keluarga Akasa.
Sama seperti Ratu Zafia, Sang Putri pun mengalami hal yang serupa, melihat pemandangan yang sama, hingga terkejut dengan cara yang sama pula. Memunculkan perasaan yang bercampur aduk, tatkala melihat sosok Ibu Akasa yang begitu mirip dengan sosok ibundanya. Lalu, ketika melihat lebih jauh, Sang Putri juga menyadari, bahwa susunan dalam keluarga Akasa begitu mirip dengan keluarganya, hanya saja dengan nasib yang berbeda.
Meskipun ayah mereka sama-sama meninggal ketika mereka masih kecil, namun Sang Putri masih memiliki Ratu Zafia sebagai ibundanya yang masih hidup hingga sekarang. Sedangkan Akasa, adalah satu-satunya orang yang masih hidup di antara seluruh anggota keluarganya. Menyisakannya hidup dalam kesendirian di rumah kosong yang sepi.
Tak mengherankan, Sang Putri yang dikenal berhati dingin pun, kini akhirnya membuat wajah sayu dan mulai meneteskan air mata. Tampaknya, ia juga turut terhanyut dalam kesedihan, karena nasib mereka yang terasa begitu serupa meskipun tak sama.
Lalu, tatkala Sang Putri masih dalam keadaan terguncang, tiba-tiba semesta seolah bergulung dengan sendirinya. Sebuah anomali tidak biasa yang sama seperti yang dialami oleh Sang Ratu. Memaksa kesadaran Sang Putri untuk kembali ke realitas sebenarnya setelah beberapa kali mengalami guncangan, bahkan tanpa campur tangan sihirnya.