Historia - The Misty Kingdom

Hazsef
Chapter #32

Haung

Mendapati alur pertempuran yang tak menentu, Lowo pun dipaksa berpikir cepat untuk membuat pilihan. Setelah menimbang-nimbang berbagai kemungkinan, akhirnya Lowo memilih untuk melepaskan seekor makhluk mengerikan bernama “Haung”, yang dikurung di dalam penjara khusus yang berukuran besar di benteng perbatasan yang saat ini masih dikuasai oleh Kerajaan Orion.

Konon katanya, makhluk ini memiliki sistem metabolisme tubuh yang bergerak cepat, sehingga berakibat pada nafsu makannya yang sangat rakus. Ia takkan memilah siapa kawan maupun lawan. Siapa pun makhluk yang berbeda spesies dengannya, akan dianggap sebagai mangsa yang menunggu untuk disantap.

Pada aspek yang lain, makhluk bernama “Haung” ini dapat berlari hingga 3x lebih cepat dari kuda liar, dan masih dapat ditingkatkan lagi hingga 10x lipat ketika sedang lapar. Atas keadaan inilah, kandang Haung wajib dibuat terpisah. Tepatnya di atas penjara bawah tanah yang mengarah langsung ke sisi luar benteng.

Setelah menjaga jarak dengan aman, para penjaga pun mulai membuka kunci-kunci dan rantai dari pintu besar tempat Haung dikurung. Setelahnya, tuas pun ditarik, menyebabkan suara berderek dari pintu kandang besar yang perlahan terbuka, lalu diikuti oleh suara misterius yang begitu mengintimidasi.

“HRRAAUUUUUNNGGG!!!” demikian bunyinya. Seperti suara lolongan serigala, namun ada sedikit tambahan geraman seperti harimau. Setelah itu, suasana medan perang pun mendadak jadi sunyi. Semua tampak terkejut dan waspada akan kedatangan seekor predator buas yang memancarkan aura seolah ingin menerkam mangsanya.

Tak ada berani bersuara. Entah itu di kubu Kerajaan Orion, ataupun di kubu Kerajaan Ardana, para prajurit yang sedang melakukan peperangan, semuanya seketika terdiam. Mendengarkan dengan seksama suara lolongan yang disertai geraman yang makin lama terdengar makin jelas, hingga tak lama kemudian, memunculkan seekor makhluk berkaki empat yang memiliki taring dan cakar yang tajam.

Makhluk itu berwujud seperti serigala, berbulu hitam, bermata merah, memiliki tanduk serta ukuran tubuh yang setara dengan seekor gajah dewasa. Gigi-giginya yang tajam dengan 4 taring yang panjang, dihiasi oleh cairan berwarna kemerahan agak gelap yang sesekali menetes dari mulutnya. Entah siapa yang baru saja mengalami nasib buruk dengan menjadi mangsanya.

Sadherekku (Saudaraku), m-makhluk napa niku (apa itu)?” tanya Catur dengan perasaan tegang. Namun tidak hanya Catur, melainkan seluruh pasukan dari kedua pihak, masing-masing tampak panik akan kedatangan sosok makhluk buas yang menyeramkan itu.

Tak ada yang terdengar di medan pertempuran selain suara detak jantung yang makin lama makin cepat. Bahkan suara angin pun seakan ikut membisu menyambut kemunculan makhluk itu. Beberapa saat kemudian, Balin pun akhirnya mulai membuka mulutnya, meski dalam keadaan siaga penuh.

“Haung. Raja para serigala. Makhluk niki ing njawi kesagedan siro sedaya (makhluk ini di luar kemampuan kalian).” Jawab Balin menerangkan sosok Haung sesederhana mungkin, tanpa membuat pergerakan yang tidak perlu.

Sadherekku (Saudaraku), napa wonten cara katur mengsahipun (apakah tak ada cara untuk melawannya)?” tanya Arga yang kali ini tampak tegang.

Wonten (ada). Ingkang setunggal, plajar (yang pertama, lari)!” jawab Balin sekenanya.

Kaping kalih (yang kedua)?” tanya Catur penasaran. Namun belum sempat ia mendapat jawaban, tiba-tiba mata Haung langsung tertuju ke arah mereka dengan tajam, menyebabkan bulu kuduk merinding seketika.

Sementara di sisi lain, Balin yang menyadari tatapan tajam dari predator itu, langsung sigap menyerukan peringatan pada rekan-rekan dan pasukan yang ada di sekelilingnya untuk segera bertindak.

Lihat selengkapnya