Historia - The Misty Kingdom

Hazsef
Chapter #37

Kegaduhan

[Hari ke-4] Lapangan latihan, Kerajaan Ardana

Roda takdir akhirnya berputar. Para pasukan yang berhasil selamat dari peperangan, kini sedang bersiap untuk memulai perjalanan pulang menuju ke Kerajaan Ardana. Setelah menyelesaikan beberapa urusan, lalu mereka pun berangkat para sore harinya. Tak lama lagi, Raffy dan teman-temannya, akan mencapai tujuannya dalam misi pencarian bersama Pak Kumar dan Pak Wandra.

Sementara di sisi lain, Akasa, sebagai orang yang dituju, sedang berlatih sendirian di lapangan berumput yang hijau. Tampak ia sedang duduk santai menikmati waktu istirahatnya dalam hembusan angin yang sepoi-sepoi. Kemudian, sesuatu tiba-tiba terlintas di pikirannya, yakni kata-kata gurunya tentang pedang pemberian Sang Putri.

“Betul! Belajar bertarung, bukan berarti belajar untuk menyakiti, tapi untuk melindungi. Sama seperti Sang Putri yang memberimu pedang itu. Tidak sembarang orang bisa memegang apalagi memilikinya. Jadi, mau pedang itu digunakan untuk menyakiti atau melindungi, terserah padamu untuk memilihnya. Yang jelas, kau membawa sesuatu yang tidak sepele. Jadi, gunakan dengan bijak.” Demikian kutipan pesan dari gurunya dalam Bahasa Jawa kuno, jika diterjemahkan ke dalam bahasa terkini.

“Sesuatu yang gak sepele? Mau dilihat berapa kali pun, kayak gak ada bedanya sama barang antik.” Gumam Akasa yang tampak heran seraya memandangi pedang pemberian dari Sang Putri. Setelah itu, perhatiannya mulai tertuju pada keranjang berisi aneka buah-buahan segar sebagai salah satu menu camilan harian, yang selalu dibawakan sendiri oleh Sang Ratu.

“Buat motong apel juga kayaknya gak-” kata Akasa dengan setengah lesu, lalu meraih buah apel merah yang ada dalam keranjang dan iseng memotongnya dengan pedang pemberian dari Sang Putri yang terlihat tumpul. Namun ajaibnya, buah apel itu dapat terpotong dengan begitu mudahnya.

“Lah? Kok?” respons Akasa yang tampak heran dan terkejut dengan keanehan tersebut. Akasa lalu coba mengambil dan memotong apel lain untuk mengecek sekali lagi seberapa tajam pedang yang diberikan oleh Sang Putri. Namun, hasilnya tetap sama.

Akasa pun makin penasaran. Ia kemudian mulai melakukan berbagai percobaan, dan ternyata pedang itu mampu membelah segala jenis buah dengan begitu mudahnya. Padahal, kedua sisi pada bilah pedangnya sangatlah tumpul. Jika harus diukur, seharusnya pedang itu tak lebih tajam dari pedang kayu.

Meski begitu, ajaibnya pedang itu mampu memotong segala jenis buah dari yang lunak hingga yang agak keras seperti melon atau kelapa dalam sekali tebas, bahkan tanpa mengeluarkan tenaga sedikit pun, seolah sedang memotong kertas.

Tapi, ada hal lain yang lebih aneh dari itu, yakni ketika Akasa mencoba menyayat telapak tangannya dengan pedang itu. Bukannya tersayat dan berdarah, justru semuanya tampak baik-baik saja. Bilah pedang itu terasa sangat tumpul di telapak tangannya, dengan sensasi yang mirip seperti sedang digesek oleh antena radio.

Lihat selengkapnya