Historia - The Misty Kingdom

Hazsef
Chapter #40

Laporan

[Hari ke-4] Lapangan latihan, Kerajaan Ardana

Waktu pun berlalu, usai menyelesaikan segala urusannya, Sang Putri pun langsung kembali ke lapangan pelatihan untuk melihat perkembangan Akasa. Namun ketika datang, alih-alih berlatih, Akasa justru malah sedang asyik tiduran santai dengan matanya yang sedang ditutupi oleh potongan mentimun layaknya orang yang habis selesai spa.

Nopo-nopoan niki (apa-apaan ini)?” tanya Sang Putri terkejut seraya seperti menahan rasa kesal. Bagaimana tidak? Akasa yang sebelumnya ia tinggalkan sebentar agar lebih giat berlatih, nyatanya sekarang malah sedang rebahan santai di bawah bayangan pohon rindang layaknya seseorang yang sedang menikmati liburan.

“Oh, Mbak Dewi!” sapa Akasa dengan santai.

Saelingku wau Mbak kengken sampeyan katur latian (seingatku tadi Mbak suruh kamu untuk latihan),” kata Sang Putri mengingatkan.

“Oh, ampun kuwatos (jangan khawatir)! Ningal (lihat)!” balas Akasa dengan antusias, lalu mulai menunjukkan kebolehannya setelah melakukan berbagai eksperimen. Sama seperti sebelumnya, Akasa mencoba membidik buah apel yang berada di keranjang makan, sekitar 10 meter jauhnya.

Lalu, tanpa bergerak dari tempatnya, Akasa pun langsung melempar Pedang Lavaana dan memanggilnya kembali, lengkap dengan buah apel yang tertancap kuat di bilang pedangnya.

Sakmenika pendhet buah dados langkung gampang (sekarang ambil buah jadi lebih gampang)!” imbuh Akasa dengan semringah, lalu mulai memakan buah apel tersebut dengan santainya.

“Gusti (Tuhan) ….” ucap Sang Putri yang kehabisan kata-kata. Sementara Akasa masih tetap asyik menyantap buah apelnya yang masih menancap kuat di bilah Pedang Lavaana. Melihat hal ini, Sang Putri pun mulai merasa jengkel.

Tebihaken (jauhkan)!” kata Sang Putri sambil menepis sate buah Akasa hingga terlempar dan jatuh ke tanah.

“Ah? Hei! Boten sae mbucal nedhan (gak baik buang-buang makanan)!” protes Akasa merasa tidak terima.

Boten sae ugi nedha kaliyan bom! Sampeyan sumerep boten? Niku saged mbledos kapan mawon! Pripun menawi sirahmu nggih tumut mbledos (tidak baik juga makan dengan bom! Tidakkah kau tahu? Itu bisa meledak kapan saja! Bagaimana kalau nanti kepalamu ikut meledak)?” tegur Sang Putri mengingatkan dengan nada tegas.

“Apel kan boten mbleduo (tidak meledak)- oakkhh?!” sanggah Akasa yang masih ingin mengelak, namun kemudian langsung dibungkam oleh tangan gaib dari Sang Putri yang merasa kesal.

Ampun mabeni menawi tiyang ingkang langkung taksih criyos (jangan membantah kalau orang yang lebih tua sedang bicara)!” tegur Sang Putri kembali menegaskan, hingga membuat Akasa yang jadi agak kesulitan untuk berbicara.

Ng-ngaf-unten (ma-maaffh)!” ucap Akasa yang ingin meminta maaf meski harus berbicara seperti anak kecil. Setelah itu, Sang Putri pun melepaskan cengkeraman gaibnya di mulut Akasa, lalu mulai mengajaknya beranjak dari tempat latihan.

Nggihpun, mangga kesah (ya sudah, ayo pergi)!” ajak Sang Putri singkat.

“Hah? Kepundi (kemana)?” tanya Akasa penasaran.

Dhahar (makan). Bunda Ratu pun ngenteni teng ruang dhahar (sudah menunggu di meja makan),” jawab Sang Putri sekenanya.

“Oh, nggihpun (baiklah)!” angguk Akasa menyetujui.

Setelahnya, Akasa pun pergi untuk menghadiri jamuan makan dari Sang Ratu bersama Sang Putri. Tampaknya, menangani kepanikan dari para prajurit dan warga sekitar cukup menyita banyak waktu, hingga membuat Ratu Zafia sampai harus melewatkan jam makan siang.

Semua itu gara-gara ulah satu orang yang sebelumnya sedang asyik mengayun pusaka keramat kerajaan dengan riang gembira, persis seperti seorang bocah yang baru saja mendapatkan mainan baru. Untungnya, Sang Ratu yang sangat sigap dan cekatan, mampu menetralisir keadaan dan menekan dampak kepanikan massal supaya tidak menyebar terlalu luas.

Singkat cerita, hari sudah mulai senja, atau bisa dibilang sudah memasuki waktu pergantian malam. Usai segala drama kekacauan yang terjadi, Akasa dan Sang Putri akhirnya dapat menggelar acara jamuan makan dengan Sang Ratu. Kemudian, ketika sedang asyik-asyiknya menyantap makanan, tiba-tiba salah satu dayang Ratu Zafia datang menghampiri, lalu menyampaikan kepentingannya kepada Sang Ratu.

Lihat selengkapnya