Historia - The Misty Kingdom

Hazsef
Chapter #44

Lamaran

[17:32] Halaman belakang istana kerajaan

Usai melaksanakan pertunjukan musik, mereka pun membubarkan diri dan mencari kesibukan lain. Sementara itu, Ezra dan Lalita yang tidak terlihat dimana pun, ternyata sedang berduaan di sebuah kursi dekat taman senja. Percakapan pun perlahan mulai mengalir secara intim di antara keduanya, lalu menciptakan perkembangan yang akan menjadi pondasi penting di masa mendatang.

“Lita, maaf ya!” ucap Ezra yang tiba-tiba membuka pembicaraan.

“Ezra, kamu minta maaf buat apa?” tanya Lalita heran.

“Padahal ini kali pertamamu naik ke gunung, tapi malah jadi kayak gini ….” Jawab Ezra dengan nada menyesal.

“Ezra, ini semua tuh musibah. Gak ada orang yang tau gimana nasib mereka ke depannya.” Timpal Lalita bermaksud meralat pernyataan Ezra dan sedikit menghiburnya.

“Tapi tetep aja, aku gak enak sama kamu, sama yang lain juga. Aku gak bakal protes kalo setelah ini kamu bakal jauhin aku. Tapi tolong ya, tetep jaga hubungan baik sama Fina, sama Gita. Mereka gak salah apa-apa.” Lanjut Ezra memelas, tampak jelas ia masih belum bisa memaafkan dirinya sendiri.

“Zra, gak ada yang perlu dimaafin! Aku justru bersyukur bisa kumpul sama orang-orang baik kayak kalian.” Sanggah Lalita dengan lembut dan bijak. Mendengar jawaban Lalita, Ezra pun merasa lega.

“Makasih ya, Lit!” ucap Ezra dengan tulus.

“Sama-sama.” balas Lalita sambil tersenyum. Suasana pun jadi hening sesaat, lalu perlahan bercampur dengan perasaan canggung, sebelum akhirnya Ezra mulai mengumpulkan keberanian dan memecah keheningan.

“Lalu, satu hal lagi ….” kata Ezra yang kembali membuka pembicaraan.

"Hmm?" respons Lalita penasaran.

“Waktu itu juga … pas Enzi sama temen-temennya dateng, aku gak sengaja bilang … kalo kamu itu ... c-cewek aku.” Sambung Ezra dengan nada sedikit terbata-bata, sedang mukanya mulai agak memerah, tampak jelas ia merasa cukup malu untuk mengutarakan isi hatinya, tidak seperti Akasa yang meskipun tidak banyak bicara, namun sangat blakblakan dan tepat guna sekalinya mulai membuka mulut.

“Sumpah, aku gak ada maksud apa-apa kok! Aku cuman gak pengen mereka semena-mena dan ngelakuin yang macem-macem ke kamu.” Lanjut Ezra yang masih berusaha dengan sekuat tenaga untuk memastikan agar Lalita tidak salah paham dan merasa tidak nyaman terhadap dirinya.

"Gak papa, Zra. Aku ngerti kok! Lagian ….” Ucap Lalita menanggapi pernyataan Ezra sambil tersenyum, lalu mulai berhenti sejenak untuk mengumpulkan keberanian dan memantapkan keteguhan hatinya.

“Aku sama sekali gak keganggu kok!” sambung Lalita dengan sikap yang agak malu-malu seraya memalingkan matanya ke arah samping. Tampaknya, ia tidak hanya melihat sisi buruk Ezra selama perjalanan, namun juga sisi baiknya yang sangat perhatian dan loyal terhadap teman-temannya.

“Hah? B-beneran?” tanya Ezra yang kaget usai mendengar pernyataan langsung dari Lalita.

“Heem!” angguk Lalita sambil menatap canggung ke arah Ezra yang mulai tersipu malu. Sementara itu, Ezra yang serasa mendapat lampu hijau, tidak menyia-nyiakan kesempatan yang datang padanya dan langsung memberanikan diri untuk mengutarakan seluruh isi hatinya.

“L-lita, m-mungkin ... aku bukan cowok yang sempurna buat kamu. T-tapi ….” Ucap Ezra dengan nada yang agak gagap akibat menahan gejolak perasaan malu sekaligus semangat yang luar biasa. Usai menghela napas panjang dan menenangkan diri sejenak, Ezra pun mulai melanjutkan apa yang sudah lama ia ingin ia utarakan kepada Lalita.

“Kalo aja … nanti kita bisa pulang ke rumah, kalo nanti kita udah selesai kuliah, kalo nanti kamu belum ada yang punya … kamu mau nggak, nikah sama aku?” sambung Ezra yang langsung memberanikan diri untuk melamar Lalita dengan wajah yang sudah memerah.

“Hah? L-langsung nikah? Gak pacaran dulu atau apa gitu?” respons Lalita yang tampak kaget dengan lamaran dadakan dari Ezra, namun tidak dalam kesan yang buruk.

“A-aku cuma … gak mau nanti kamu berubah pikiran! K-kalo aja ... tiba-tiba nanti ... kamu nemu cowok yang l-lebih baik dari aku ….” Jawab Ezra yang kini mulai terlihat seperti Chafik yang gagapnya alami, hanya saja bedanya adalah karena Ezra sedang dalam kondisi tersipu malu parah.

Lihat selengkapnya