[15:34] Kerajaan Ardana
Sementara Akasa dan teman-temannya sedang asyik melakukan tur, tiba-tiba ada sosok misterius yang muncul di area istana dengan santai.
"MANDEG (BERHENTI)!!!" teriak salah seorang prajurit penjaga dengan lantang.
"Niki boten panggenan katur tiyang njawi! Mangga kersa saderenge (ini bukan tempat untuk orang luar! Silakan pergi sebelum)-" tegas prajurit itu memperingatkan, namun belum sempat prajurit itu menyelesaikan kalimatnya, tiba-tiba sosok misterius bertudung hitam tersebut, membuat pergerakan yang mengakibatkan prajurit tersebut langsung terbakar hebat dan seketika menewaskannya di tempat.
Mengetahui rekannya telah menjadi arang dalam sekejap, prajurit penjaga satunya pun seketika menganggap sosok tudung hitam misterius itu sebagai ancaman yang cukup membahayakan. Kemudian, prajurit itu segera berteriak untuk memanggil rekan-rekannya yang lain agar cepat datang dan membantu.
"PENYU-khuak?!" demikian prajurit satunya yang coba berteriak memanggil bala bantuan, namun belum sempat ia melakukannya, tiba-tiba ada panah api yang melesat dan menembus mulai dari tengkuk leher hingga keluar lewat mulutnya.
"Ssssttt ... sing anteng (yang tenang)!" bisik sosok misterius tersebut dengan santai, kemudian lanjut membakar prajurit penjaga yang tersisa hingga menghitam dan menjadi arang. Lalu, ketika hembusan angin mulai datang dan menyingkap tudung hitamnya, ternyata sosok misterius yang berambut merah panjang tersebut adalah Ratu Lusila.
Usai menumbangkan kedua prajurit penjaga kerajaan, Ratu Lusila pun lanjut menyusup ke dalam istana Kerajaan Ardana. Sementara itu, Sang Putri yang sebelumnya berhasil menangkap seorang penyusup lain, dengan sigap langsung bergegas menemui Sang Ratu di aula istana untuk melaporkan temuannya tersebut.
"Bunda Ratu!" panggil Sang Putri dengan tergesa-gesa.
"Putriku, wonten napa malih (ada apa lagi)? Punapa sampeyan (kenapa kau)-" tanya Ratu Zafia keheranan, namun ketika melihat sosok berpakaian serba hitam yang diseret oleh Sang Putri dalam keadaan terikat erat oleh selendang kuningnya, Ratu Zafia pun lantas langsung paham.
Setelah mendengar sedikit cerita dari Sang Putri, Ratu Zafia kemudian menggunakan kemampuan uniknya untuk mengekstrak ingatan dari penyusup itu. Namun, alangkah terkejutnya beliau, tatkala mengetahui bahwa penyusup tersebut ternyata adalah seorang utusan yang dikirim langsung oleh Ratu Lusila guna melakukan pengintaian. Namun, belum selesai ia terkejut dengan temuannya, tiba-tiba terdengar bunyi ledakan yang cukup keras dari luar aula istana.
“DUARR!!!” demikian bunyi dentuman dari suara ledakan yang cukup keras di area istana kerajaan. Bahkan saking kerasnya, Akasa yang berada jauh dari istana pun juga turut mendengar ledakan itu, lalu seketika langsung berlari dan bergegas kembali ke istana, diikuti oleh Balin dan Gavin.
Sementara Ratu Zafia dan Sang Putri yang penasaran, kemudian berlari dengan tergesa-gesa keluar aula istana untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi. Namun alangkah terkejutnya mereka, ketika melihat ada banyak prajurit yang sudah bergelimpangan dimana-mana dalam kondisi terbakar hingga menghitam. Lalu tak lama kemudian, muncullah sesosok wanita cantik berambut merah gelap yang tampak tak asing bagi mereka.
Ketika dilihat dengan lebih cermat, alangkah terkejutnya Ratu Zafia, setelah mengetahui bahwa sosok penyusup yang telah membantai para bawahannya di istana kerajaan, ternyata adalah sosok Ratu Lusila, orang yang paling ia benci.
Sementara Ratu Lusila, menanggapinya dengan senyuman penuh kepuasan seraya melambaikan tangannya ke arah Ratu Zafia dan Sang Putri berada. Tampak ekspresi marah seketika terpancar di wajah anak dan ibu tersebut. Namun tiba-tiba, perhatian mereka semua kemudian teralihkan oleh teriakan seorang lelaki yang tampak berlarian panik dari kejauhan.
“IBU RATU!!!” teriak Akasa yang merasa khawatir dengan keadaan Ratu Zafia, usai mendengar ledakan hebat yang datang dari arah istana. Lalu, melihat sosok Akasa untuk pertama kalinya, Sang Ratu Orion pun langsung kepincut dengan pancaran energi aneh yang keluar dari tubuh Akasa.
“Hmm, menarik!” ucap Ratu Lusila sambil menyeringai ke arah Akasa, hingga membuat Sang Putri pun menjadi panik.
“AKASA, AMPUN MRIKI (JANGAN KEMARI)!!!” teriak Sang Putri memperingatkan.
“DEWI, AWAS!!!” teriak Ratu Zafia dengan panik, lalu mulai menarik tubuh Sang Putri kuat-kuat ke belakang. Sedetik kemudian, tiba-tiba muncul sebuah lingkaran yang sedikit bercahaya dan berwarna merah kekuningan, sebelum akhirnya meledak dengan suara yang dahsyat.
“DUARRR!!!” demikian bunyinya, yang mengakibatkan Ratu Zafia dan Putri Dewi seketika terpental jauh, kembali ke dalam aula istana.
“IBU RATU!!! MBAK DEWI!!!” teriak Akasa merasa khawatir. Namun belum sempat ia berlari ke arah Ratu Zafia dan Sang Putri berada, tiba-tiba muncul teriakan dari arah belakang yang seketika menarik perhatiannya.
"NAK, MINGGIR!!!" teriak Balin dari arah belakang, yang langsung meloncat dan melesatkan pukulan sekuat tenaga ke arah Ratu Lusila. Namun tanpa diduga, pukulan tersebut dapat ditahan dengan satu tangan oleh Ratu Lusila.
"Oh, kucing nakal! Opo kowe sek iling karo Tuanmu iki (apa kau masih ingat dengan Tuanmu ini)?" tanya Ratu Lusila memastikan.
“LAKNAATTT!!!” teriak Balin yang dipenuhi amarah, lalu mulai melancarkan rentetan pukulan maut sekuat tenaga. Namun sayangnya, tak ada satu pun yang berhasil mengenai Ratu Lusila.
Ada semacam medan energi tak terlihat yang membuat serangan Balin langsung terhenti ketika hendak mengenai Ratu Lusila. Balin pun kemudian dipentalkan oleh Ratu Lusila, namun masih dapat bertahan. Sedetik kemudian, ia pun langsung melesat ke atas, lalu mengepalkan tangan kanannya rapat-rapat dan langsung menghantam Ratu Lusila dengan sekuat tenaga.
Tanah pun seketika bergetar dan hancur, lalu membentuk retakan yang tampak seperti jaring laba-laba. Namun, tak ada apa pun di sana. Ketika Balin sedikit mendongak ke atas, ternyata Ratu Lusila berhasil menghindar dan berdiri dengan satu kaki, sedang kaki satunya mulai berayun kuat dan berputar dari belakang ke depan, lalu mengenai tepat di wajah Balin. Alhasil, tubuhnya pun terhempas jauh hingga menabrak dan menghancurkan pagar batu, lalu lanjut berguling hingga turun ke dasar bukit.
"GURUUU!!!!" teriak Akasa yang panik melihat gurunya dipentalkan dengan keras hingga jatuh ke dasar bukit. Namun, belum sempat ia memastikan keadaan gurunya, tiba-tiba ada satu bola api besar yang melesat dengan cepat ke arahnya.
“RADEN, AWAS!!!” teriak Gavin memperingatkan Akasa, lalu mulai melebarkan dan mengatupkan erat sayapnya, untuk melindungi tubuh Akasa agar tidak terkena serangan api tersebut. Namun upaya penyelamatan itu, justru membuat tubuh Gavin juga ikut terpental jauh, karena bola api dari Ratu Lusila langsung meledak dengan cepat begitu bersentuhan dengan bulu di sayapnya.
“PAKLIK (PAMAN) GAVIN!!!” demikian Akasa kembali panik karena dua sosok penting yang dekat dengannya di Kerajaan Ardana, ditumbangkan satu per satu dengan sangat keras.
“Hmm?! Uakkhh!!” erang Akasa setelah Ratu Lusila tiba-tiba menggunakan tangan gaib untuk menarik tubuh Akasa lalu mencekiknya.
“LUSILAAA!!!!” teriak Ratu Zafia dengan penuh amarah.
“Aku nyilih bocah situk iki (aku pinjam anak yang satu ini),” ucap Ratu Lusila sambil tersenyum ke arah Ratu Zafia.
“OJO NGAREP (JANGAN HARAP)!!!” balas Ratu Zafia yang jelas tampak tidak rela menyerahkan Akasa, apalagi pada orang seperti Ratu Lusila.
Setelahnya, Ratu Zafia pun berusaha merebut kembali Akasa, namun di kala terdesak, Ratu Lusila menjadikan Akasa sebagai tameng, sehingga membuat Ratu Zafia seketika terdiam dan menghentikan serangannya, karena jelas beliau tidak ingin melukai Akasa. Namun kesempatan yang sekejap itu, kemudian dimanfaatkan dengan baik oleh Ratu Lusila dengan menendang perut Ratu Zafia hingga terpental jauh dan kembali ke arah ruang harta istana.