Historia - The Misty Kingdom

Hazsef
Chapter #46

Minyak dan Air

[6:34] Kamar Akasa

Burung-burung berkicau. Sinar mentari yang hangat, menyambut kehidupan di atas tanah fana yang asri nan indah. Melihat ke sisi yang lain, terdapat tanah berumput di antara pepohonan rindang yang cukup luas, di sanalah Akasa sedang menghabiskan waktu bersama teman-temannya. Tampak mereka sedang asyik memainkan permainan kartu di tengah acara piknik kecil mereka.

Semuanya berjalan begitu mulus. Sebelum akhirnya, kebahagiaan itu sirna ketika ada 2 ekor ular raksasa yang tiba-tiba datang dari kejauhan, lalu mendekat ke arah mereka. Satunya bersisik hitam dengan mata merah, sedangkan satunya lagi bersisik putih dengan mata hijau. Masing-masing dari kepala ular tersebut, memiliki diameter sebesar terowongan kereta api dengan panjang tubuh yang dapat mencapai antara 1 hingga 2 mil.

Melihat pemandangan itu, tentu saja semua orang seketika jadi panik, lalu bergegas melarikan diri. Namun naas, jangkauan dari ular tersebut ternyata cukup jauh, hingga mampu mengejar Akasa dan teman-temannya yang berusaha melarikan diri dalam sekejap.

Kemudian, satu per satu dari mereka pun dilahap oleh dua ular raksasa tersebut, hingga pada akhirnya tinggal menyisakan Akasa seorang. Akasa pun sontak merasa sedih, namun juga takut, seolah kematian begitu bernafsu untuk menangkapnya. Kemudian, salah 1 ular raksasa yang berwarna hitam, mulai melingkarkan tubuhnya sebagai kebiasaan khasnya sebelum melakukan penyerangan.

Ya, dan benar saja. Hanya dalam sekian detik, ular raksasa hitam itu langsung melesat ke arah Akasa seraya membuka mulutnya lebar-lebar. Kemudian, waktu pun seolah berjalan melambat. Lalu seketika membuat Akasa tersadar, bahwa mungkin ... ini adalah momen ketika ia akan mendekati saat-saat terakhirnya.

Setelahnya, Akasa pun ditelan hidup-hidup oleh ular raksasa hitam itu. Menyebabkan pandangannya menjadi gelap, lalu perlahan mulai merasa bahwa seluruh tubuhnya, kini menjadi semakin kaku. Akasa pun mencoba menggerakkan tubuhnya sekuat tenaga. Sekali, dua kali, hingga pada percobaan yang ketiga, barulah akhirnya ia mampu membuka kedua matanya, tentunya dalam kondisi terbelalak.

Tampak ia merasa bingung atas mimpi yang baru saja dialaminya. Terlihat dari napasnya yang sedikit terengah-engah, seperti baru saja lari di tengah lapangan. Lalu, ketika ia melihat ke sekeliling, barulah ia mengenali sebuah ruangan yang tidak asing, yakni ruangan kamar yang disediakan khusus untuknya di Kerajaan Ardana.

Walau di awal bangun, Akasa masih tampak seperti orang linglung, namun setelah beberapa detik, kesadarannya pun akhirnya mulai pulih. Lalu, manakala ia menoleh ke suatu sudut ruangan, alangkah terkejutnya Akasa, karena mendapati ada Sang Putri yang sudah berdiri santai di pojok kamarnya.

Sampun enjang, basuh raimu (sudah pagi, basuh mukamu)!" ucap Sang Putri sambil tersenyum.

“Hah?” respons Akasa yang masih agak linglung.

"Saksampune sarapan, enggal-enggal dugi datheng panggenan latian (setelah sarapan, segera datang ke tempat latihan)!” perintah Sang Putri singkat seraya meletakkan satu keranjang berisi aneka buah segar, lalu mulai berjalan menuju ke pintu keluar.

"Hmm? Oh, hmm." Jawab Akasa sekenanya. Kemudian setelah Sang Putri menutup pintu kamar, Akasa pun kembali merebahkan tubuhnya dan tidur lagi. Merasa tak ada reaksi yang diharapkannya, Sang Putri pun kemudian sedikit membuka pintu kamar, untuk memeriksa kembali apakah Akasa sudah bersiap-siap untuk melakukan apa yang sebelumnya ia katakan.

Namun, ketika melihat Akasa yang ternyata tidur lagi, Sang Putri pun jadi tampak kesal. Ia kemudian menggunakan sihirnya untuk menerbangkan satu buah apel dari keranjang buah yang ia bawa tadi, lalu mengarahkannya ke wajah Akasa.

"Uakkhh?!" erang Akasa yang seketika langsung memegangi wajahnya, akibat ada buah apel yang tiba-tiba jatuh menimpa mukanya. Sementara Sang Putri yang merasa puas dengan sedikit aksi jahilnya, mulai berjalan meninggalkan kamar Akasa dengan perasaan riang gembira, seolah baru saja melepas penatnya.

 

[13:22] Ruang Makan Istana Kerajaan Ardana

Tak terasa, waktu telah berlalu. Usai menyelesaikan rutinitas hariannya di lapangan latihan, Akasa pun menghadiri jamuan makan siang Sang Ratu seperti biasanya, tentunya bersama dengan Sang Putri. Setelah menyantap makanannya, Sang Ratu pun pamit terlebih dulu untuk menghadiri suatu urusan, lalu meninggalkan Akasa dan Sang Putri di ruang makan.

Tak lama berselang, Akasa pun segera mengakhiri santapan siangnya dan bermaksud menyusul Sang Ratu untuk mendiskusikan suatu hal yang penting. Namun ketika ia hendak pergi, secara tak terduga, Akasa melihat Sang Putri yang sedang ketiduran di meja makan dengan begitu tenangnya.

Akasa pun sedikit terkesima, lalu perlahan berjalan mendekati Sang Putri dan memandangi wajah cantiknya yang masih tetap jelita walaupun sedang tertidur. Pada momen itu, Akasa mulai tersadar, betapa cantiknya paras Sang Putri yang selalu memperlakukannya seperti anak kecil.

Akasa pun terdiam sejenak, sebelum akhirnya mulai teringat akan insiden yang ia alami pagi tadi. Menilai situasi dan kondisi, serta kepribadian dari Sang Putri yang ia kenal, sudah pasti mimpi buruknya dikejar ular raksasa adalah perbuatan dari Sang Putri, yang menggunakan salah satu kemampuan sihirnya karena iseng.

“Kalo diperhatiin lagi, nenek lampir ini cantik juga. Tapi, buat balas budi yang tadi pagi, aku bakal bikin wajahnya jadi lebih cantik lagi!” batin Akasa seraya memandang wajah Sang Putri dengan tatapan hangat, lalu mulai mengambil satu buah berry berwarna kebiruan di wadah perak yang berisi banyak buah-buahan segar.

Lihat selengkapnya