[17:38] Kamar Akasa
Insiden penyusupan dan penculikan yang dilakukan oleh Ratu Lusila, menimbulkan keributan sekaligus mengorek luka lama bagi para penduduk di Kerajaan Ardana, terutama bagi keluarga kerajaan yang nyatanya paling terdampak daripada para penduduk biasa, khususnya para prajurit penjaga kerajaan.
Bahkan, dua panglima perang tertinggi, yakni Balin dan Gavin, sampai mengalami luka sedang akibat dampak serangan dari Ratu Lusila seorang. Padahal, sebagai tokoh penting di lingkungan militer, tentu mereka memiliki tubuh yang kuat. Namun tampaknya, apa yang mereka hadapi kali ini, jelas bukanlah ancaman abal-abal.
Untungnya, setelah mendapatkan perawatan lebih lanjut, setiap orang pun akhirnya dapat beraktivitas seperti biasa, meskipun tidak dalam kondisi prima. Beberapa diantaranya, bahkan terlihat lesu. Sepertinya, tak hanya luka luar saja yang diterima oleh mereka, melainkan juga luka dalam yang kembali menekan sanubari tiap orang, tak terkecuali Sang Ratu. Padahal, baru sehari mereka mengadakan perayaan. Namun keesokan harinya, langsung kembali dibuat gempar. Hanya karena ulah satu orang yang menjadi musuh bebuyutan Ratu Zafia, yakni Ratu Lusila.
Singkat cerita, pasca kejadian penyusupan itu, Akasa yang tak sadarkan diri, langsung dibawa ke istana kerajaan untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut. Pengamanan pun semakin diperketat dan diperluas, hingga ke area luar tembok benteng Kerajaan Ardana.
Tampaknya, Ratu Zafia tak ingin lagi terlena dengan masa damai yang bisa hancur kapan saja, karena Ratu Lusila sudah dipastikan akan kembali. Bahkan, Sang Ratu Orion itu mampu menyusup ke area vital di Kerajaan Ardana dengan begitu santai, layaknya sedang berjalan-jalan di taman.
Pada kesempatan itu, Ratu Zafia segera memerintahkan sebagian kecil bawahannya untuk mencari tahu apa yang sebenarnya dilakukan Ratu Lusila di istana kerajaannya. Sedangkan sebagian besar lainnya, diarahkan untuk melakukan patroli di seluruh penjuru kerajaan.
Sementara Ratu Zafia, akan menjaga dan merawat Akasa dengan tangannya sendiri. Melihat bagaimana Ratu Lusila yang langsung menaruh perhatian begitu pertama kali melihat Akasa, tentu membuat Sang Ratu Ardana merasa was-was dan khawatir, jikalau sewaktu-waktu ada penyusup lain yang akan menculik Akasa.
Lalu, momen-momen menyenangkan ketika menghabiskan waktu bersama Akasa pun mulai terngiang-ngiang di kepalanya, tatkala Ratu Zafia mulai memandangi Akasa dengan tatapan sayu seraya membatin dalam hati.
“Akasa … maafkan Ibu Ratu, Nak! Padahal, Ibu Ratu sudah berjanji untuk menjamin keselamatanmu. Tapi ternyata, Ibu Ratu masih belum sanggup. Sepertinya, ini memang bukan tempat yang cocok untukmu. Jadi, entah itu baik atau buruk, meskipun itu berat, meskipun nantinya harus merangkak, kau harus tetap hidup.
Ketahuilah, Nak! Ibu Ratu juga ingin merawat dan menemanimu hingga akhir. Namun, jika itu artinya dapat membuatmu terluka, maka biarlah semuanya kembali ke tempat yang seharusnya.
Dulu, suami dan anakku mati karena melindungi kerajaan. Lalu menjadikan putri dan Ibu Ratu sendiri, sebagai sosok yang sekeras batu dan sedingin salju. Namun, kedatanganmu telah membawa perubahan bagi kami semua.
Nak, terima kasih karena telah datang. Terima kasih karena sudah berjuang untuk kami. Sekarang, istirahatlah! Lepaskan semua beban di pundakmu! Tidurlah yang nyenyak! Kali ini, biarkan kami yang melindungimu.” Batin Ratu Zafia seraya mengusap wajah Akasa yang sedang tertidur.
“Ini adalah hadiah terakhir, sekaligus sebagai jaminan dari Ibu Ratu. Semoga ... kau bisa lebih bahagia selepas kepulanganmu.” Demikian Ratu Zafia seraya mengalirkan tenaga dalamnya ke dalam kalung yang diberikannya pada Akasa, di awal pertemuan sewaktu menjadikannya sebagai tanda tamu kehormatan. Alhasil, kalung itu pun mulai memancarkan sinar lembut berwarna kehijauan.
[17:52] Hutan di Kawasan Kaki Gunung Es
Sementara di sisi lain, Ratu Lusila yang sebelumnya dipentalkan jauh oleh tombak angin besar milik Ratu Zafia, perlahan mulai mengumpulkan kesadaran. Selang beberapa saat, ia pun kini sudah mampu berdiri, seraya memulihkan kondisi tubuhnya yang cukup memprihatinkan, dengan banyaknya darah dan tulang-tulang yang patah akibat serangan tadi.
"Zafia ... koyok biasane, wadon iku ra ngerti carane ngempet awak (seperti biasa, wanita itu tidak tahu caranya menahan diri)." Sindir Ratu Lusila pada Ratu Zafia yang benar-benar menghantamnya sekuat tenaga, sewaktu ia sedang berusaha untuk mengambil Akasa.