[80 tahun lalu] Kerajaan Ardana
Hasrat Ratu Lusila untuk membalas dendam atas nasib suami dan rakyatnya dengan menundukkan 7 kerajaan, akhirnya mencapai klimaksnya. Awan hitam dari barat, mengiringi kedatangan para pasukan dari Kerajaan Orion yang begitu kompak menghentakkan kakinya ketika berjalan, hingga menimbulkan sensasi yang terasa seperti gempa kecil, karena saking banyaknya pasukan yang dipimpin oleh Ratu Lusila.
Lalu, dinding Kerajaan Ardana yang kokoh pun dihancurkan, menciptakan kepanikan massal yang membuat Raja Rakara dan Ratu Zafia naik pitam. Setelah berulang kali bentrok, akhirnya pertarungan sengit antara Ratu Zafia dan Ratu Lusila pun terjadi, walaupun Ratu Zafia harus menelan kekalahan di akhir.
"Kenopo kowe ora mateni aku (kenapa kau tidak membunuhku)?" tanya Ratu Zafia dengan sinis.
"Guduk iku tujuanku mriki (bukan itu tujuanku kemari)." Jawab Ratu Lusila singkat.
"Lantas opo (lalu apa)?!" tanya kembali Ratu Zafia dengan sedikit emosi.
"Aku pancen kejem, tapi aku guduk wong edan. Roso setitik pas awake dewe susah seneng bareng sek ono (aku mungkin kejam, tapi aku bukan orang gila. Sentimen kecil saat kita berjuang bersama masihlah ada)." Ujar Ratu Lusila dengan nada yang tenang dan ekspresi datar.
"Terus lapo kowe nyerang kami (jika memang demikian, lalu kenapa kau menyerang kami)?!" tanya lagi Ratu Zafia yang tampak kebingungan atas motif sebenarnya dibalik tindakan Ratu Lusila.
"Kerajaan kami, podo keluwen amarga tanah kami ora subur. Masio wis berjuang pirang-pirang taun, pancet ae akeh sing mati (menderita kelaparan akibat tanah yang tidak subur. Bahkan setelah berjuang bertahun-tahun, angka kematian terus saja meningkat).
Kerana kuwi, kami wis ora duwe pilehan gawe njaluk belas kasih nek kenalendran liyane. Nanging (karena itulah, kami pun tidak punya pilihan selain meminta belas kasih pada kerajaan yang lain. Namun) ....
Bukane ngewangi, kowe kabeh malah ngiduhi kami terus mbantai rakyatku ... lan bojoku (bukannya membantu, kalian malah meludah ke arah kami lalu membantai rakyatku ... dan juga suamiku)." Demikian Ratu Lusila menceritakan keluh kesahnya, serta alasan kenapa ia begitu berhasrat untuk menghancurkan ke-7 kerajaan.
"Lusila ... kowe ngerti ora, nek kenalendran kami boten melu nek penyerangan kuwi (kau tahu kan, kalo kerajaan kami tidak ikut campur dalam penyerangan itu)?" tanya Ratu Zafia menegaskan.
"Pancen! Kerana kuwi aku sengojo gak nggowo Balraj lan ngingahi kenalendranmu paling buncrit (tentu saja! Karena itulah aku sengaja tidak membawa Balraj dan menyisakan kerajaanmu sebagai yang terakhir)," jawab Ratu Lusila dengan santai.
"Hah?" respons Ratu Zafia yang tampak heran atas pernyataan tersebut.
"Penindasan iku dusa, nanging meneng ae yo dusa. Podo karo kowe sing anteng pas kenalendranku diajorne, tak duduhi rasane ora nduwe daya lan kelangan (kekerasan adalah dosa, namun diam saja juga termasuk dosa. Sama seperti kau yang berpangku tangan sementara kerajaan kami dihancurkan, aku akan menunjukkan padamu bagaimana rasanya tidak berdaya dan kehilangan)." Tutur Ratu Lusila mengungkapkan niat sejatinya yang ingin membuat Ratu Zafia juga turut merasakan apa yang ia rasakan.
"Arepe lapo kowe (apa yang mau kau lakukan)?!" tanya Ratu Zafia yang mulai merasa khawatir.
"Ibundaa ...!!!" teriak Pangeran Candra dengan panik dari kejauhan.
"Candra?" gumam Ratu Zafia yang tampak kaget atas kemunculan anaknya, hingga tak lama kemudian, Ratu Lusila pun mulai memandangi Ratu Zafia sambil menyeringai penuh arti, lalu mulai berbalik ke arah Sang Pangeran.