Hari baru telah datang. Namun, tak semuanya dapat tercerahkan oleh teriknya mentari yang mengubah atap dunia menjadi lebih kebiruan. Pada momen yang terasa hampa itu, Akasa beranjak keluar dari rumahnya yang sepi, lalu berjalan-jalan di sekitar kota untuk meringankan beban pikiran sekaligus mencairkan suasana.
Pada suatu ketika, perhatiannya pun teralihkan pada sebuah gedung museum budaya yang terkenal di Kota Bain. Tampaknya, ia teringat akan peninggalan kuno yang sebelumnya dipajang di dalam museum dan ingin mengunjunginya kembali untuk yang kedua kalinya, setelah sebelumnya sempat tersesat dan menghilang di tengah dekapan kabut di Gunung Vamana.
Lalu, ketika Akasa mulai berjalan dan memasuki area peninggalan budaya dan sejarah kuno, matanya seketika langsung tertuju pada satu patung dewi kerajaan yang wajahnya sudah tak berbentuk. Sementara di bagian bawahnya, terdapat batuan-batuan aneh yang diklaim sebagai senjata kuno oleh pihak museum.
Setelah mengamatinya lebih seksama, barulah Akasa mengenali semua senjata itu. Itu adalah jenis-jenis senjata yang digunakan oleh para prajurit yang ada di pangkalan barak militer kerajaan. Ia melihat semua itu ketika sedang melakukan tur bersama Gavin. Namun, keterangan pada artefak itu masih tertulis "Peninggalan Kerajaan Kabut".
Sedetik kemudian, kenangan-kenangan manis pun mulai bermunculan dari alam bawah sadar Akasa, hingga tak terasa membuatnya jadi merasa sedikit sentimen karena rasa haru dan rindu yang kini berpadu menjadi satu. Puas dengan rasa nostalgianya, Akasa yang tak lagi ingin larut dalam lamunannya, kemudian mengambil secarik kertas dari dalam tas kecilnya dan menuliskan sesuatu, lalu lanjut menempelkannya tepat di atas tulisan tadi dengan keterangan yang baru, yakni "Peninggalan Kerajaan Ardana".
Akasa pun memandanginya sejenak sambil tersenyum, sebelum akhirnya memutuskan pergi untuk meninggalkan museum budaya dan berkunjung ke tempat Raffy. Namun, ketika baru saja keluar dari museum, ia tiba-tiba ditabrak oleh seseorang hingga membuatnya terjatuh. Naas, di saat yang sama, kalung kenang-kenangan pemberian Ratu Zafia juga ikut terjatuh.
Akasa pun panik dan segera mencari di mana sekiranya kalung itu berada. Namun ketika sedang sibuk melakukan pencarian, tiba-tiba pandangannya langsung tertuju pada sesosok wanita yang tampak sedang berdiri di penghujung jalan. Wanita itu serasa tidak asing, mengenakan kebaya hijau dengan aksen kekuningan dan bermahkotakan emas, sedang rambutnya disanggul di belakang. Ya, itu adalah sosok Ratu Zafia. Wajahnya yang syahdu, menatap lembut Akasa sambil tersenyum, seolah hendak mengucapkan salam perpisahan, sebelum akhirnya menghilang setelah ada orang yang lewat di depannya.
Akasa pun terdiam sejenak, dengan mata yang sedikit berkaca-kaca karena merasa sedih. Namun belum sempat ia meneteskan air mata, tiba-tiba ada tangan lentik seorang wanita yang menawarkannya bantuan untuk berdiri.
"Mas, kamu gak papa?" tanya seorang wanita cantik yang tadi menabrak Akasa hingga jatuh.
"Maaf ya, Mas! Tadi saya agak kurang fokus pas lagi jalan." Lanjut wanita cantik itu mengungkapkan kekhilafannya seraya mengulurkan tangannya untuk membantu Akasa berdiri.
"Eh, iya, Mbak! Gak papa kok, saya-" jawab Akasa santai sambil meraih tangan wanita cantik itu. Namun, alangkah terkejutnya ia, tatkala menyaksikan bahwa paras wanita cantik itu benar-benar mirip dengan sosok Sang Putri, yang pada akhirnya memilih untuk mengorbankan diri dan menggunakan sisa kekuatannya agar bisa mengirim Akasa kembali ke dunia asalnya.
"Oh iya, Mas! Ini kalungnya sampeyan?" tanya sosok wanita cantik itu seraya menunjukkan kalung yang sedari tadi sedang ia cari-cari.
"Eh, iya, Mbak!" angguk Akasa yang seketika mulai tersadar dari lamunannya.
"Kalungnya keliatan antik, ya! Dikasih sama pacarnya ya, Mas?" tanya wanita cantik itu penasaran.
"Ini ... peninggalan ibu saya, Mbak! Makasih ya udah nemuin!" jawab Akasa dengan tatapan sayu lalu tersenyum ke arah wanita cantik itu.
"Eh, maaf ya, Mas! Sekali lagi, maaf!" Sesal wanita cantik itu yang kembali merasa tidak enak, karena sudah 3 kali berturut-turut mengganggu kenyamanan Akasa.