Usai menghancurkan susunan pelindung 8 menara yang senantiasa menjaga Kerajaan Ardana selama puluhan tahun, sisa Pasukan Demengar pun kembali menyerang. Kali ini dengan intensitas 2x lipat lebih masif dari sebelumnya, menyebabkan kepanikan massal dan pertempuran jarak dekat yang tidak terelakkan.
Para Pasukan Demengar yang terdiri dari kumpulan makhluk-makhluk buas, seperti anjing, beruang, kera dan macan, yang mana setiap dari mereka memiliki mata merah dan berbulu hitam, serta memancarkan aura kegelapan yang mampu membuat bulu kuduk jadi merinding. Para pasukan ini mulai menerjang dengan cepat dan menyebar hingga ke seluruh penjuru kerajaan.
Maka tak heran, jika para prajurit Kerajaan Ardana pun mulai sedikit kewalahan menghadapi serangan mereka, terutama dengan jumlahnya yang membludak. Sebagai perbandingan, katakanlah 1 orang dari Kerajaan Ardana harus menghadapi 7 makhluk dari pasukan Demengar dari Kerajaan Orion.
Tentunya, hal itu tidaklah mudah dan sangat merepotkan. Apalagi jika melihat situasi dan kondisi di lapangan, yang mana tidak semua orang mampu bertarung dengan baik. Hanya para prajurit yang mampu bertahan. Sementara sisanya, harus lari menyelamatkan diri dan menggunakan taktik tarik ulur hanya untuk mengimbangi pergerakan dari Pasukan Demengar, sekaligus untuk bertahan hidup.
Mengetahui banyaknya pasukan musuh yang masuk ke area kerajaan, para petinggi kerajaan pun tak tinggal diam. Mereka langsung bergerak menyebar dengan cepat sesuai perannya masing-masing. Meski begitu, ada satu panglima perang yang hanya duduk diam di atas istana sambil memandangi wilayah kerajaan yang saat ini sudah menjadi medan perang.
Dialah Wayan, sosok yang dijuluki sebagai “Sang Raja Kera Putih” dari goa besar di tebing yang curam, yang letaknya berada dekat wilayah Laut Timur. Ia adalah satu-satunya panglima perang yang tidak memiliki pasukan. Namun, kekuatannya sudah setara dengan ribuan pasukan. Konon, saking kuatnya Wayan, sebuah kerajaan bisa saja hancur oleh dirinya sendiri.
Pada kesempatan ini, Wayan tampak sibuk mencabuti bulu putih yang ada di sekujur tubuhnya, lalu meniupkannya lembut ke udara, hingga membuat tiap helainya tersebar ke berbagai arah sesuai hembusan angin. Sedetik kemudian, bulu-bulu putih yang kecil itu, satu persatu mulai meledak menjadi gumpalan asap putih yang perlahan-lahan mulai berubah bentuk menjadi sosok yang menyerupai dirinya.
Ya, sepertinya itu adalah salah satu kemampuan uniknya, yakni membuat kloningan dirinya sendiri. Meskipun, kekuatannya hanya sekitar sepersepuluh atau bahkan seperseratus dari tubuh aslinya, tergantung berapa banyak jumlah kloningan yang dia buat.
Cara kerja kekuatannya sama seperti sapu lidi. Jika disatukan, maka kekuatannya akan cukup untuk membuat kita berteriak kesakitan, ketika batang lidinya dipukulkan ke tubuh kita. Namun ketika diurai satu persatu, maka tentu kekuatan dari batangnya akan sangat rapuh dan mudah patah.
Kembali pada kloningan Wayan saat ini, walaupun kekuatannya hanya setara prajurit elit biasa, namun untuk perang skala besar yang memiliki banyak sekutu, tentunya kemampuan ini akan sangat membantu menyeimbangkan neraca pertempuran, sehingga tidak terlalu memberatkan beban para pasukan kerajaan, terutama yang sedang bertarung di garis depan.
[7:05] Koridor Istana Kerajaan
Sementara itu, invasi yang berskala besar, kini akhirnya mulai memasuki wilayah istana. Tampak beberapa di antaranya, ada yang berhasil lolos dari barisan pertahanan pasukan kerajaan, lalu berpapasan dengan Akasa dan Raffy yang pada saat itu sedang berusaha menyelamatkan diri.
"Fy, lu duluan!" pinta Akasa dengan nada serius dan sedikit agak panik.
"Hah?! Lu ngomong apaan, Sa?! Di sini udah gak aman lagi! Ayo kita balik!" ajak Raffy yang berusaha membujuk Akasa dengan agak panik.
"Tenang, aku bisa jaga diri!" jawab Akasa dengan santai.
"Sa, aku udah janji sama ibumu! Buruan, kita pulang sekarang!" ajak Raffy menegaskan. Namun tanpa disadari, tiba-tiba ada sesosok makhluk menyeramkan yang keluar dari semak-semak.
"GROOAAA!!!" demikian geraman dari sesosok makhluk berwujud seperti serigala yang tiba-tiba menerjang ke arah Raffy dengan begitu bernafsu. Bulunya hitam, matanya merah, memiliki satu tanduk merah kecil di dahinya, sementara air liurnya yang tercampur dengan darah, sesekali menetes dari mulutnya.