Sesuai perintah Sang Putri, Gavin segera bergegas mengantar rombongan Ezra dan teman-temannya untuk pergi menuju ke bukit selatan tempat di mana gerbang gaib akan terbuka. Namun ketika hendak sampai, tiba-tiba ada sergapan dari pasukan musuh yang cukup membuat mereka kewalahan.
Pada momen itu, Ratu Lusila lalu mengeluarkan sihir berwujud tebasan api untuk membelah puncak bukit terdekat, lalu membakar dan melontarkannya ke atas langit. Menjadikan bongkahannya kini jadi tampak seperti bola api raksasa di tengah birunya kubah dunia, sementara di bawahnya, dihiasi oleh banyaknya kepulan asap hitam yang ada di mana-mana.
Sedetik kemudian, Ratu Lusila pun langsung menghancurkan bola api raksasa itu jadi berkeping-keping, hingga membuatnya menyebar ke berbagai penjuru seperti hujan api yang datang dari langit. Menciptakan teror baru yang membuat suasana di medan perang jadi kian mencekam. Sementara sisanya, sebagai kubu yang diserang, mereka pun mulai berpikir, apakah sekiranya mereka masih bisa melihat hari esok ataukah tidak.
Segala perasaan was-was, kini telah membayang-bayangi harapan kecil di hati semua orang tanpa terkecuali. Menyebar bagaikan setetes tinta yang mengeruhkan air yang jernih. Mengaburkan pikiran dan menumpulkan nalar, untuk dapat tetap berpikir secara positif.
Barangkali, hal inilah yang dirasakan oleh Raffy dan teman-temannya, yang kini juga tampak sibuk berjuang sekuat tenaga untuk melarikan diri di tengah gempuran para pasukan musuh yang hendak menyerang dengan begitu ganas. Lalu, ketika tempat tujuan mereka sudah mulai terlihat di depan mata, tiba-tiba datanglah batu-batu api yang melintasi wilayah langit Kerajaan Ardana, hingga menciptakan pemandangan baru yang terlihat seperti hujan meteor.
Batu-batu api ini kemudian menghujani daratan dengan cukup keras, lalu memunculkan semacam efek ledakan begitu menyentuh daratan. Menciptakan lubang besar yang terlihat seperti kawah, tak lupa dengan disertai hawa panas dan kepulan asap hitam yang dapat membuat siapa pun menjadi sesak napas begitu menghirupnya.
Akibatnya, kepanikan massal pun terjadi. Membuat semua orang berhamburan menghindari hantaman batu-batu api itu. Namun sayangnya, tak semua orang mampu menyelamatkan diri. Banyak di antaranya yang tewas seketika, atau mengalami luka-luka. Tak terkecuali untuk rombongan Raffy yang sedang berusaha menerobos dan melintasi area medan perang di wilayah selatan.
Walaupun sudah dikawal dengan baik oleh Gavin, namun tetap saja tak menjamin rombongan mereka bisa selamat sepenuhnya dari bahaya. Hal ini terbukti ketika ada beberapa bola api yang tiba-tiba melintasi jalur pelarian mereka. Meskipun banyak bola api yang berhasil ditangkis oleh Gavin dan Eyang Suci, namun satu dua di antaranya berhasil lolos dan seketika meledak di dekat rombongan Raffy, lalu menghempaskan mereka semua hingga beberapa meter jauhnya dari titik ledakan.
Akibatnya, Gita dan Pak Kumar langsung tak sadarkan diri seketika. Sementara sisanya, masih dalam keadaan shock dan tergeletak tak berdaya. Menyebabkan efek berdengung hebat di telinga mereka, dengan kepala yang sedikit pusing. Tak berselang lama setelahnya, ada salah seorang prajurit dari Kerajaan Orion yang datang ke arah Lalita dan bermaksud menikamnya.
Beruntung ada Ezra yang kebetulan mengetahuinya. Ia lalu langsung bangkit dan berlari menghadang laju dari tikaman pedang pendek musuh. Sayangnya, karena keputusannya ini, Ezra harus merelakan dirinya untuk tertusuk hingga tembus ke belakang punggung, lalu menahannya sekuat tenaga agar bilah pedang itu tidak sampai mengenai kekasihnya.
“Blurrggh ….” Demikian Ezra yang seketika muntah darah begitu ada benda asing yang menembus perutnya.
“EZRAAAA!!!” teriak Lalita histeris. Namun, Ezra masih belum boleh tumbang. Karena jika demikian, sudah pasti kekasihnya-lah yang akan menjadi korban kebrutalan dari para pasukan musuh.