Ray memperhatikan jam yang menempel di dinding bank itu. Waktu itu jam sudah menunjukkan pukul 4 sore, sudah hampir 4 jam pula mereka ada di sana. Melakukan perampokan dan penyanderaan. Ray mengambil tas ranselnya dan segera mengumpulkan semua barang-barang berharga dan beberapa tumpuk uang di meja kasir yang belum di setor oleh para nasabah. Tak lupa pula mereka melucuti semua barang berharga para sandera dan termasuk tas-tas dari nasabah perempuan dan juga dompet-dompet mereka. Apa yang mereka perbuat terlihat mereka sepeti perampok amatiran yang tak tau akan jadwal penyetoran uang dari kantor cabang ke bank pusat.
Mereka melakukan hal yang demikian agar usaha mereka dalam perampokan itu tidak sia-sia dan mendapatkan hasil walaupun tidak seperti yang mereka harapkan.
Di luar gedung, Polisi kembali memberi peringatan agar mereka segera menyerah dan melepaskan para sandera yang berada di dalam bank itu.
Ray yang bertindak sebagai pemimpin berusaha untuk tetap tenang agar para anak buahnya tidak gugup maupun takut menghadapi situasi yang sangat genting bagi mereka.
Ray memerintahkan Sosa untuk memeriksa di setiap ruangan yang ada dan mencari celah agar mereka bisa melarikan diri tanpa di ketahui oleh para Polisi yang berada di luar sana yang sedang mengepung mereka.
Sosa berjalan menuju ruangan belakang bank tersebut. Di lorong menuju ruang belakang itu ada jalan berbelok dan di sana ada sebuah tangga yang mana tangga itu menuju ke atas atap bank tersebut.
"Sepertinya cuma ini jalan keluar satu-satunya," gumam Sosa sambil berjalan kembali ke ruangan utama dan melaporkan apa yang dia temukan kepada Ray.
Ray melemparkan ranselnya ke arah Tony dan menyuruh Tony untuk memakai ransel tersebut serta bertanggung jawab dengan isi ransel yang mana itu adalah hasil rampokan mereka.
Ray menggiring para sandera menuju ruangan brankas. Namun Ray menyisakan empat orang laki-laki untuk tinggal di lobi yang di jaga oleh Alvarez dan Tony.
Para sandera itu di suruh masuk ke dalam ruang brangkas, termasuk juga dengan Manajer bank tersebut. Setelah mereka semua masuk, lalu Ray pun menutup dan mengunci ruang brangkas itu dari luar.
Setelah kembali, Ray kemudian memerintahkan Tony dan Sosa untuk naik ke atas atap bank.
Ke dua orang itu lalu berjalan dengan cara merunduk di atas atap agr tak terlihat oleh para Polisi yang mengepung mereka di bawah.
Sosa kembali memperhatikan keadaan sekitar dan mengajak Tony untuk berjalan ke arah belakang.
Di bagian belakang bangunan tersebut ternyata hanya ada semak belukar dan jarak dari atas ke bawah itu sekitar 5 meter dan tak mungkin bagi mereka untuk melompat ke bawah untuk melarikan diri dengan selamat.
Sosa memutuskan untuk kembali ke bawah dan melaporkan bagaimana keadaan di atas dan di belakang bank tersebut.
"Jadi tak ada harapan bagi kita untuk bisa lolos dengan selamat jika melompat dari atas melalui jalan belakang itu?" tanya Ray setelah mendengar laporan dari Sosa.
Sosa hanya mengangguk menjawab pertanyaan dari Ray.
"Lantas, sekarang bagaimana?" tanya Alvarez.
Tony tak banyak bicara untuk saat itu. Dalam hatinya ada rasa menyesal juga kenapa dia mau saja diajak untuk ikut merampok oleh Ray. Namun sekilas terbayang wajah ibunya yang sedang terbaring di rumah sakit. Tony mengeluh dalam hati dan tak tau lagi harus bagaimana untuk mencari uang untuk operasi ibunya.
"Heh, apa yang kau lamunkan?" tanya Ray melihat Tony melamun.
Lamunannya seketika buyar karena di kejutkan oleh Ray. Tony hanya menjawab dengan gelengan kepala saja.
"Bagaimana sekarang kapten?" tanya salah satu anggota Polisi.
Kapten Polisi itu menarik nafas panjang sebelum menjawab pertanyaan salah satu anggotanya itu.