HITAM - PUTIH

hendri putra
Chapter #5

Chapter 5 : Tony Yang Berkhianat

Setelah turun dari atap bank itu, Tony kemudian berjalan menyusuri semak belukar yang berada di belakang bangunan bank tersebut. Dia berjalan dengan cukup hati-hati karena selain rumput yang tinggi dan tebal, dibeberapa tempat juga ada tanah yang basah yang menurutnya itu adalah rawa-rawa yang membuat dia berusaha agar tidak terjerumus masuk ke dalamnya. Nyamuk yang banyak dan ranting-ranting pohon yang tajam menggores kulitnya. Dia tak memikirkan apa pun ketika itu. Yang penting dia bisa keluar dulu dan mencari tempat yang aman untuk bersembunyi.

Setelah beberapa lama berusaha akhirnya Tony bisa keluar dari tempat itu dan sampai di seberang bank yang terpisah oleh sebuah kali kecil. Namun Tony berpikir tak mungkin bagi dia untuk terus membawa tas yang berisi hasil rampokan itu karena akan memancing kecurigaan dari orang yang nanti berpapasan dengan dia di jalan,apalagi di dalam tas itu juga ada beberapa pucuk senjata milik Ray dan kawan-kawan. Tony kemudian mencari tempat untuk menyimpan tas itu sebelum pergi.

Karena di bantaran kali di tumbuhi oleh semak-semak yang cukup rimbun, Tony pun menyembunyikan tas itu di balik rimbunnya semak belukar itu setelah memastikan bahwa tak akan ada orang-orang yang akan melintas dan lewat di tempat dia menyembunyikan hasil rampokan itu.

Setelah merasa cukup aman,dia bergegas pergi meninggalkan tempat itu. Dia berjalan menyusuri jalan setapak yang ada yang mana jalan setapak itu menuntun dia menuju sebuah perkampungan kecil yang di mana perkampungan itu banyak berdiri rumah-rumah yang tak layak huni dan Tony berpikir itu adalah perkampungan atau tempat tinggal para pemulung yang nasibnya kurang beruntung di ibu kota.

Dia berusaha tersenyum dan menyapa siapa saja orang yang berpapasan dengannya di jalan.

Saat sedang berjalan itu,timbullah niat licik pada dirinya. Hatinya sendiri berkata-kata dan mempengaruhi pikirannya. Dia tau hasil rampokan itu tidak seberapa dan jika pun di bagi empat, maka hasil pembagian itu tak cukup untuk membiayai operasi ibunya yang akan di lakukan esok hari. Jika dia bawa kabur sendirian, maka Ray dan kawan-kawan pasti akan memburunya dan membunuhnya.

Begitulah kata-kata yang berkecamuk dalam kepalanya.

Tony akhirnya sampai juga di tepi sebuah jalan besar setelah melewati beberapa perkampungan kumuh di tengah-tengah ibu kota. 

Tony sedikit bingung harus melangkah kemana setelah keluar dan selamat dari kepungan Polisi.

Pada akhirnya dia memutuskan untuk menuju ke rumah sahabatnya, Joni.

*****

Satu jam lebih Polisi menunggu di luar gedung bank itu,namun setelah tiga orang sandera yang di lepaskan tadi,tidak ada lagi pergerakan yang di lakukan oleh perampok di dalam bank tersebut. Bahkan beberapa kali himbauan peringatan yang di lakukan juga tidak ada respon sama sekali dari para perampok. Hal ini membuat para Polisi menjadi curiga tapi mereka tidak mau bertindak gegabah karena masih ada para sandera di dalam sana.

Sampai pada satu ketika seorang polisi lari tergopoh-gopoh menghadap sang kapten.

"Lapor kapten!" seru polisi itu saat telah sampai di hadapan sang kapten dan tak lupa memberi hormat sebelumnya.

"Ya, katakan ada apa? sepertinya ada hal yang penting yang ingin kau sampaikan sehingga kau tergopoh-gopoh seperti itu," tanya sang kapten.

"Betul kapten, ini sangat penting menyangkut dengan kejadian perampokan ini," jawab bawahannya itu.

"Informasi apa yang kau dapatkan mengenai kejadian perampokan ini?" tanya kapten polisi itu lagi.

"Baru saja ada informasi dari kantor pusat."

"Teruskan," perintah sang kapten sambil mendengarkan penjelasan bawahannya dengan seksama.

Lihat selengkapnya