Tony dan Pedro sampai di dalam hotel tersebut dan langsung menuju meja resepsionis yang berada di sana.
"Selamat siang dan selamat datang tuan-tuan di Swan Hotel. Ada yang bisa kami bantu?" sapa resepsionis itu ramah dan penuh senyum.
"Selamat siang nona cantik!" balas Pedro.
"Anda butuh kamar hotel untuk berapa orang tuan?" tanya resepsionis itu lagi.
"Tidak ... tidak! kami tidak memesan kamar hotel tapi kami mencari seseorang," balas Pedro.
"Mencari seseorang? maksud tuan?" tanya resepsionis itu tak mengerti.
"Begini nona, kami kemari karena ada janji dengan seseorang yang bernama Manny. Bisakah nona cantik ini memberi tahu kami di mana kamar orang yang bernama Manny itu berada?" terang Pedro sambil bertanya.
"Oh, maaf bisa kami tahu tuan ini siapa?" tanya gadis penjaga hotel itu lagi.
"Namaku Pedro dan ini anak buah ku, namanya Tony," ujar Pedro memperkenalkan diri.
Mendengar perkataan Pedro itu jelas saja membuat Tony yang sedari tadi kesal menjadi semakin kesal terhadap Pedro.
"Tunggu sebentar tuan," kata resepsionis itu dan pergi meninggalkan tempat itu dan masuk ke dalam salah satu ruangan.
Kedua orang itu hanya bisa menunggu dan memperhatikan lobi hotel tersebut. Jelas hotel itu mungkin hanya hotel sekelas bintang 3 saja karena tidak ada istimewanya sama sekali dan terkesan sederhana.
"Maaf sudah membuat kalian menunggu. Kalau boleh tahu, tuan-tuan ini di utus oleh siapa?" tanya resepsionis itu saat kembali ke tempat semula.
Pedro dan Tony terdiam sejenak,lantas Tony pun menjawab, "Kami di utus oleh seseorang bernama Romeo."
Resepsionis itu mengangguk paham.
"Silahkan tuan-tuan berjalan ke sebelah kiri, di ujung sana ada tangga, naik dua lantai melalui tangga tersebut. Tuan Manny ada di kamar bernomor 069," resepsionis itu memberi keterangan.
"Baiklah, terima kasih banyak atas bantuannya," ujar Pedro.
Lalu kedua orang tersebut lantas berjalan mengikuti arahan yang di arahkan oleh resepsionis hotel itu tadi.
"Hotel macam apa ini? kita malah di suruh lewat tangga. Apa tidak ada lift di hotel ini?" gerutu Pedro sambil terus berjalan menaiki anak tangga menuju lantai dua seperti petunjuk resepsionis tadi.
Tony tak menghiraukan sama sekali ocehan Pedro, dia berjalan sambil memperhatikan nomor-nomor kamar hotel yang terpasang di pintu kamar yang mereka lalui.
Tony berhenti tepat di depan pintu kamar bernomor 069.
"Ini tempatnya!" seru Tony.
Mereka berdua saling pandang dan diam sejenak di depan pintu tersebut.
"Sekarang bagaimana?" tanya Pedro.
"Kau yang sedari tadi bersikap seperti boss besar, kenapa harus bertanya kepadaku?" jawab Tony ketus.
Pedro yang sebenarnya tak mengerti dan tak tahu bagaimana bertransaksi menyadari kesalahannya yang menganggap Tony sebagai anak buahnya bukan sebagai rekan bagi dirinya.
"Baiklah, sekarang kau yang memimpin," kata Pedro.
Tony melotot dan menunjukan mimik wajah mengejek kepada Pedro.
Took ...!! Took ...!! Took ...!!!
Tony mengetuk pintu kamar itu tiga kali.
"Siapa?" terdengar suara sahutan dari dalam kamar.