Bonie terpana dan raut wajahnya berubah seketika saat mengetahui siapa orang yang mendatangi tokonya.
Terlebih di awal tadi mereka sudah mengatakan bahwa mereka sedang mencari kokain mereka yang hilang. Bonie sendiri walau belum pernah bertemu langsung dengan kelompok Franco bersaudara, tapi menurut cerita orang-orang, sepak terjang dan kekejaman yang di lakukan oleh kelompok itu cukup membuat dirinya merinding juga.
Namun penadah itu berusaha untuk bersikap normal dan menekan rasa gugupnya agar tidak menimbulkan rasa curiga.
"Bagaimana bisa kalian kehilangan kokain sebanyak itu?" tanya Bonie sambil berusaha tenang.
"Kau tidak punya hak untuk mengetahui soal itu, kau jawab saja apa yang aku tanyakan kepadamu, tidak lebih!" balas Frankie.
"Kalau begitu, aku tidak tahu soal kokain itu dan belum mendapat informasi apa pun tentang keberadaan barangmu yang hilang," ujar Bonie lagi.
"Itu tidak mungkin! Kau sebagai penadah dan cukup terkenal di pasar gelap serta menampung dan menjual barang curian. Tidak mungkin kau tidak memiliki informasi apa pun," balas Frankie tidak percaya.
"Aku tidak memaksamu untuk percaya kepadaku," sahut Bonie seenaknya.
Plak ...!!!
Satu tamparan mendarat mulus di pipi kanan Bonie yang membuat tubuhnya terhuyung ke samping dan pandangannya menjadi nanar.
"Kau ...!" bentak Bonie tak terima di perlakukan seperti itu terlebih itu di tempatnya sendiri.
"Apa?" tantang Frankie sambil melotot.
"Kau tak bisa bicara se enak mu saja saja di depan ku! Terlebih kau tidak mau berkata jujur ...!" kali ini Frankie bicara dengan nada sedikit lebih tinggi.
"Aku sudah mengatakan apa yang aku ketahui kepadamu. Jika kau tidak percaya, apa boleh buat." Bonie membela diri.
"Jadi kau betul-betul tidak mengetahui tentang kokain yang hitang itu?" tanya Frankie sekali lagi.
"Betul dan aku baru tahu masalah itu dari kalian," jawab Bonie.
"Bagaimana kalau soal si keparat bernama Pedro? Apa kau juga tidak kenal?" kali ini Frankie menyebut sebuah nama.
"Aku harap kau kali ini menjawab dengan jujur ...!" sambung Frankie.
"Aku memang mengenal orang tersebut, ada apa dengan dia?" tanya Bonie pura-pura tidak tahu.
"Apa hubunganmu dengan keparat itu?"
"Dia ... dia kawanku dan biasa menjual barang-barang bekas juga kepadaku."
"Bagus ... bagus ..." kata Frankie sambil berdiri dari tempat duduknya.
Frankie kemudian memberi isyarat kepada kedua anak buahnya. Setelah melihat isyarat dari Frankie, kedua orang itu lalu bergegas menghampiri Bonie dan memegangi kedua tangan pria bertubuh tambun tersebut.
"Heh ... ada apa ini? apa yang akan kalian lakukan terhadapku?" tanya Bonie ketakutan.
Frankie menyeringai menatap ke arah Bonie, tatapan matanya yang tajam seketika membuat Bonie menjadi ciut nyalinya.
"Jadi kau kenal dengan keparat itu rupanya," kata Frankie.