HITAM

Endah Wahyuningtyas
Chapter #16

Bagian 16 : Indrajit


Indrajit menoleh dan meyakinkan dirinya apa yang dilihatnya adalah benar.


"Indrajit?"


Indrajit memicingkan matanya. Dia melihat dengan intense melihat ke belakang. 


"Nyai Segara Geni?" tanya Indrajit.

 

Wanita tua itu tersenyum dan mengangguk. Dia masuk ke dalam rumah kecil itu. 


"Kenapa nyai ke sini? Apakah ada yang salah di Lemah Teles?" tanya Indrajit panik. Nyai Segara Geni sekarang tertawa geli.


"Tidak ada yang salah di Lemah Teles. Semua aman dan terkendali. Aku hanya ingin memastikan bahwa kamu baik-baik saja," jawab wanita tua, yang wajah dan tubuhnya perlahan berubah menjadi muda.


Indrajit menyeringai melihat wujud baru Nyai Segara Geni, sekarang Nyai Segara Geni menjadi seorang wanita cantik dengan tubuh segar menggoda, yang mencari syarat ilmu yang dipakai Indrajit. Nyai Segara Geni mendekati Indrajit.


"Aku takut kamu terluka atau sakit atau bahkan mati, karena ... karena ... dua orang yang sampai ke Lemah Teles semua bisa melarikan diri," kata Nyai Segara Geni, sekarang tubuhnya begitu dekat dengan tubuh Indrajit. Tangan Nyai Segara Geni menyentuh tubuh Indrajit. Indrajit berkelit, dia tidak ingin melakukan apapun dengan Nyai Segara Geni dulu sekarang ini. Indrajit menjauh dari Nyai Segara Geni.


Mereka berpandangan tajam. 


"Siapa saja yang melarikan diri?" teriak Indrajit keras. Nyai Segara Geni menjengit, wajahnya nampak tidak suka.


"Ustadz berambut panjang dan ustadz yang yang satunya lagi ...."


"Malik?" potong Indrajit keras. Nyai Segara Geni menjengit terkejut. Dia memandang Indrajit dengan penuh kemarahan.


"Kenapa kamu tidak pernah berterima kasih pada apa yang telah kulakukan untukmu. Apa kamu tidak pernah memikirkan betapa beratnya pekerjaan yang kulakukan di Lemah Teles untukmu? Kamu pasti marah-marah padaku, kamu selalu marah-marah padaku! Kamu selalu menganggap pekerjaanku tidak sempurna, kurang sempurna! Apa masalahmu? Apa kamu sudah tidak ingin kubantu lagi?" teriak Nyai Segara Geni dengan mata nyalang memandang ke arah Indrajit.


Indrajit semakin marah. Dia mendelik dan mencengkeram leher Nyai Segara Geni.


"Aku tanya siapa yang melarikan diri? SIAPA?" teriak Indrajit dengan segenap kemarahan yang ada di dadanya.


Nyai Segara Geni membeliak tak percaya. Wajahnya berubah menjadi ketakutan. Rupanya Indrajit bersungguh-sungguh kali ini. Mereka berpandangan.


"Siapa yang melarikan diri, Nyai? Malik atau bukan?" teriak Indrajit, cengkeramannya semakin keras. Nyai Segara Geni batuk berulang kali dengan wajah memucat. Indrajit segera menyadari apa yang dilakukannya. Dia segera melepaskan cengkeramannya dan mundur. Indrajit nampak takut dan menyesal dengan apa yang telah dilakukannya.


Nyai Segara Geni batuk beberapa kali lagi dan dia tersungkur. Dia memegangi lehernya yang terdapat bekas merah karena cengkeraman Indrajit. Dia menyeringai kesakitan. 


"Kamu memang tidak tahu terima kasih!"


"Aku minta maaf," bisik Indrajit, "tetapi aku sangat ingin tahu siapa yang melarikan diri, Nyai. Tolong beritahu aku siapa yang melarikan diri, Nyai! Tolong, Nyai!" 


Hening. Nyai Segara Geni sama sekali tidak menduga kalau ternyata reaksi Indrajit sangat keras. Dia tersenyum.


"Ustadz yang berambut panjang dan berhasil memukulmu kemarin dan ustadz yang memakai peci yang tinggi ...."


"Oh, untunglah! Untunglah! Pemuda yang tinggi besar itu masih ada di sana, kan?" tanya Indrajit lagi.


Nyai Segara Geni diam saja. Wajahnya berubah agak panik. Indrajit memandangnya keheranan.


"Itu masalahnya! Itu masalahnya, Indrajit! Oh ... maafkan aku! Aku harus menceritakannya padamu!" seru Nyai Segara Geni dengan pandangan takut.


Indrajit menelan ludah. Sepertinya memang ada sesuatu yang salah.


"Ceritakanlah, Nyai," jawab Indrajit dengan tenang, tetapi tetap saja dia merasa begitu takut, khawatir, waswas dan juga marah, semua bercampur jadi satu. Nyai Segara Geni mengangguk dengan penuh ketakutan.


****


"Jangan berani-beraninya bermain-main dengan Nyai Segara Geni!" desis Nyai Segara Geni dengan lirikan tajam pada Iqbal dan Nurul Ikhlash.


Iqbal tersenyum mengejek.


"Memangnya kamu siapa, sehingga aku harus takut padamu?" tanya Iqbal sinis, tidak ada setitikpun rasa takut di wajah Iqbal, membuat Nyai Segara Geni agak gentar.

Lihat selengkapnya