HIYAVAATARA

JWT Kingdom
Chapter #2

2. Sukma Bunga Emas

"Aku ingin melihat putraku."

Wujud lelaki gagah nan tampan, tak sabar rupanya. Setelah menunggu ratusan tahun lamanya, kelahiran bayi yang diharapkan ternyata tidak ada di Istana Euryn.

"Di mana putraku? Tunjukkan padaku. Kenapa kau tidak memberitahu sedikitpun tentang putraku?"

Dia seorang Elhundi, sebutan para penguasa dunia peri. Nama lengkapnya Elhundi Hiyavaatara Sansaraath Atharaatum Taazraath. Sebut saja singkatnya Elhundi Hiyavaatara.

"Apa yang kau takutkan? Kau khawatir jika aku merebut putraku darimu?" lanjut Elhundi bertanya. Tak pernah bertekuk lutut terhadap siapapun, lantaran ia adalah penguasa tertinggi dunia peri. Tetapi kali ini, di hadapan istrinya, Ratu Shachini, lutut Elhundi sampai rela menyentuh tanah.

"Ratuku, ada apa sebenarnya? Ceritakan padaku," pinta Elhundi. Tidak lain suami dari Ratu Shachini. Ia datang sejauh ini hanya untuk melihat seperti apa rupa putranya. Ia datang untuk putranya.

Shachini menunduk. Perlahan melihat lelaki itu berlutut seraya mengangkat muka. Tak enak hati membuat Sang Elhundi menunggu satu alasan.

"Ini salahku, Elhundi ...," tangis mulai mengalir dari sudut-sudut mata, Shachini tak sanggup melanjutkan kalimatnya.

"Kau akan marah padaku jika aku menceritakan semuanya ...," kata Shachini sebelum menceritakan sebenarnya yang terjadi.

"Tidak. Aku tidak akan marah. Katakanlah padaku ...," pinta Elhundi dengan menampakkan wajah datar, berusaha meredakan emosi.

"10 tahun lalu, kaum penyihir menculik putra kita. Aku berusaha merebutnya kembali. Tetapi tidak utuh. Putra kita ... tak sempurna lagi ...," kata Shachini, tak kuasa menahan tangis. Berlinang air matanya.

"Raganya hancur, hanya sukma yang tersisa melekat pada wujud ari-arinya ...."

Getir, Shachini menceritakan semuanya. Terbelalak kaget, Elhundi mendengar cerita dari Shachini.

Elhundi ternganga mendengar kabar tragis yang terbayangkan ini.

"Putra kita ... sudah lama tidak ada ...," gemetar Ratu Shachini melanjutkan bicaranya.

"Apa ...?!"

Bagai disambar petir, Elhundi terbelalak. Selama ini istrinya menyembunyikan hal sebesar ini darinya.

"Putraku ... mati ...?! Itu maksudmu ...?!" terbelalak Elhundi. Ia bangkit dengan kemarahan berbaur kecewa dan sedih. Makin murka seketika ingat penyebabnya.

"Kaum penyihir!" pekik Elhundi.

Kelahiran putranya selama ini ditunggu-tunggu selama ratusan tahun. Berakhir dengan kabar buruk.

Ratu Shachini terisak, "Bukan mati sepenuhnya ... putra kita masih hidup ..., tetapi tak punya raga ...."

"Kenapa ... kenapa ... kau tak pernah memberi kabar tentang ini padaku? Seolah semua baik-baik saja. Inikah alasanmu menghindar dariku beberapa tahun terakhir?" heran Elhundi. Jelas emosi dan kecewa makin berkecamuk.

Lihat selengkapnya